SOLOPOS.COM - Erwin Nurdiyanto,37, saat menyungging wayang Arjuna di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jumat (10/6/2022). Ia belajar menyungging selama dua tahun sejak 2014. Jumat (10/6/2022) (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIWayang kulit menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Konon, sejak abad ke-17 masyarakat Desa Kepuhsari telah mampu membuat wayang kulit.

Sampai sekarang, sebagian masyarakat di Kepuhsari tidak hanya menjadi perajin wayang untuk hidup. Tetapi juga sebagai gaya hidup.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah seorang perajin wayang, Erwin Nurdiyanto, 36, mengatakan telah menjadi perajin wayang selama delapan tahun terakhir, tepatnya sejak 2014 silam. Erwin menjadi perajin wayang khusus menyungging atau mewarnai wayang.

Ia belajar menyungging wayang selama dua tahun. Sedikitnya lima buah wayang bisa ia kerjakan dalam sebulan.

“Satu wayang bisa selesai dikerjakan dalam waktu tiga hingga lima hari. Bergantung dengan ukuran dan jenis tokoh wayangnya. Semakin besar ukuran wayang maka semakin lama. Pun kalau tokohnya merupakan tokoh wayang keraton atau raja-raja keraton, pengerjaannya juga lebih lama. Sebab lebih banyak ornamen yang harus diwarnai,” kata Erwin saat ditemui Solopos.com di rumahnya Desa Kepuhsari, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga: WISATA WONOGIRI : Inilah Paket Wisata di Kampung Wayang Kepuhsari Manyaran

Erwin biasa menjual wayang hasil karyanya melalui media sosial (medsos). Konsumennya masih sekitar Soloraya.

Harga yang ia patok pun berbeda-beda. Bergantung dengan kelompok wayang. Misalnya kelompok wayang Bambangan, yaitu kelompok wayang tokoh-tokoh kesatria muda biasa dihargai mulai dari Rp700.000.

Sementara, kelompok wayang Dugangan, yaitu kelompok wayang tokoh-tokoh raja dan kesatria gagah, dijual mulai dari Rp1,5 juta. Sedangkan kelompok wayang Jangkahan atau kelompok wayang besar dan gagah, dijual seharga lebih kurang Rp2 juta. Setiap satu wayang terjual, ia bisa mendapat untung hingga Rp200.000.

“Entah mengapa, meski hasilnya tidak seberapa, tetapi Alhamdulillah selalu cukup untuk hidup. Wayang itu seperti memberikan berkah tersendiri. Ada suatu hubungan yang tidak bisa dijelaskan antara wayang dengan pengrajin,” ujar pria tiga anak itu.

Baca Juga: Pasang Surut Sentra Pembuatan Wayang Kulit di Kepuhsari Wonogiri

Dia menambahkan, para perajin wayang seperti selalu mendapatkan keberkahan dari wayang. Hidupnya selalu tercukupi. Sementara, orang-orang yang meninggalkan profesi sebagai perajin wayang, terkadang justru merasa kekurangan. Kemudian mereka kembali lagi menjadi perajin.

Hal yang sama disampaikan perajin wayang lain, Sutar, 57, yang mengaku telah menjadi penatah atau pemahat wayang sejak usia 10 tahun. Ia mengatakan hidupnya tidak bisa dipisahkan dari wayang.

Sejak 1975 sampai sekarang, hari-harinya selalu diisi dengan menatah wayang. Bahkan, meski tidak ada pesanan, ia tetap membuat wayang.

“Kemarin waktu pandemi Covid-19 sedang tinggi. Saya sempat mencoba menjahit. Tapi membuat wayang tidak saya tinggalkan. Saya tetap menatah wayang walaupun tidak ada yang memesan. Ya sekalian menjadi tabungan wayang. Tidak akan ada ruginya orang yang mempunyai wayang,” tutur Sutar.

Baca Juga: Belum Kelar, Gunung Kotak Kepuhsari Wonogiri Sudah Ramai Pengunjung

Menurutnya, setiap wayang yang telah dibuat, pasti memiliki jalan masing-masing. Setiap wayang seperti memilih sendiri siapa yang pantas memilikinya.

Ia berharap generasi muda di Desa Kepuhsari tetap melestarikan tradisi pembuatan wayang. Sebab, lanjut dia, orang yang mempunyai keterampilan membuat wayang, hidupnya seperti sudah terjamin.

“Buat jaga-jaga saja kalau ke depan ada apa-apa [secara finansial]. Kalau sudah pernah belajar membuat wayang dan mempunyai keterampilan. Maka keterampilan itu tidak akan hilang meski sudah 25 tahun tidak digunakan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya