Soloraya
Sabtu, 10 Desember 2011 - 15:21 WIB

Menetralisasi alam dengan upacara Mahesa Lawung

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KEPALA KERBAU - Dua orang warga mengubur kepala kerbau dan keempat kakinya dalam upacara Satya Dharma di halaman Pura Satya Dharma, Desa Jiwan, Kecamatan Karangnongko, Klaten, Sabtu (10/12/2011).(FOTO: Espos/Moh Khodiq Duhri)

Aroma dupa menyeruak di kompleks Pura Satya Dharma, Desa Jiwan, Kecamatan Karangnongko, Klaten, Sabtu (10/12/2011). Suara lonceng menggema mengiringi lantunan doa-doa yang dipanjatkan oleh ratusan umat Hindu yang sedang mengikuti upacara ritual Mahesa Lawung di kaki Gunung Merapi itu.

Advertisement

Pandita Sri Kanjeng Begawan Istri Agung Ratu Gayatri memimpin jalannya upacara yang bertujuan menetralisasi kekuatan alam. Mulutnya komat-kamit membacakan doa untuk keselamatan umat manusia. Aneka buah-buahan dan sayur-sayuran dibuat ubo rampe sebagai ungkapan rasa syukur terhadap nikmat dari alam.

“Wong yen lagi beja, suket godhong dadi rewang. Yen lagi apes, suket godhong dadi mungsuh (kalau orang sedang beruntung, rumput dan daun jadi teman. Tetapi kalau lagi apes, rumput dan daun jadi musuh-red),” tukas ketua pelaksana upacara ritual Mahesa Lawung, Kasiyanto kepada wartawan di lokasi.

Kasiyanto menjelaskan, pepatah itu menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan manusia dengan alam sangatlah tinggi. Namun begitu, terkadang alam tidak bersahabat dengan manusia. Menurutnya, erupsi Gunung Merapi pda 2010 silam sudah menghadirkan penderitaan lahir dan batin bagi masyarakat. Penderitaan lahir itu meliputi hancurnya permukiman warga akibat terjangan wedhus gembel.

Advertisement

Acara inti ritual Mahesa Lawung adalah penguburan kepala kerbau dan keempat kakinya di halaman Pura Satya Dharma. Kegiatan itu dipimpin oleh Pandita Sri Kanjeng Begawan Istri Agung Ratu Gayatri. Kepala kerbau dipercaya sebagai simbol kekotoran atau ketidakberuntungan yang harus dihilangkan dengan cara dikubur tepat ketika matahari berada di atas kepala.

(mkd)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif