Soloraya
Minggu, 2 April 2023 - 16:53 WIB

Mengenal Kampung Kauman, Salah Satu Pusat Islam di Kota Solo

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gapura utara Masjid Agung Solo yang dulunya merupakan pusat kegiatan keislaman di Kauman, Minggu (2/3/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati).

Solopos.com, SOLO—-Sebelum Kampung Kauman terkenal sebagai kampung batik, Kauman lebih dulu menjadi pusat kegiatan keislaman di Solo. Hal ini lantaran kampung tersebut menjadi tempat tinggal para abdi dalem Keraton dari kalangan ulama dan santri.

“Kauman memang dari awal dibentuk oleh keraton untuk tempat para abdi dalem. Abdi dalem tersebut disebut abdi dalem pametakan yang berasal dari kata petak (putih). Dalam hal ini adalah golongan para ulama dan santri,” ujar Ketua Solo Societiet, Dani Saptoni kepada Solopos.com, Minggu (2/4/2023).

Advertisement

Dani menyebut kegiatan ulama dan santri itu lebih banyak melakukan dakwah dan pengajaran atau aktivitas pendidikan berbasis pesantren tradisional.

“Awalnya memang mereka punya latar belakang pendidikan tradisional, namun kemudian semakin berkembangnya zaman, mereka melakukan edukasi yang lebih modern,” jelas dia.

Advertisement

“Awalnya memang mereka punya latar belakang pendidikan tradisional, namun kemudian semakin berkembangnya zaman, mereka melakukan edukasi yang lebih modern,” jelas dia.

Hal ini didukung oleh munculnya organisasi yang lebih modern di Kauman yakni Muhammadiyah. Salah satu tokoh Muhammadiyah awal yang tinggal di Kauman bernama Muhtar Bukhari. “Rumahnya sekarang menjadi Kooken Kafe itu,” lanjut Dani.

Dani menambahkan kegiatan komunitas Muslim di Kauman juga sering bersinggungan dengan Penghulu, satu lembaga keagamaan di Keraton. Salah satu tokoh penghulu yang paling terkenal adalah Kiai Penghulu Tafsir Anom VI yang hidup di era Paku Buwono X.

Advertisement

Dengan begitu Dani mengatakan pusat dari kegiatan komunitas muslim di Kauman terletak di Masjid Agung Solo yang menjadikan sentra atau pusat aktivitas, termasuk Pesantren Mambaul Ulum. 

Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Solo, Syamsul Bakri, dalam buku Gerakan Komunisme Islam Surakarta 1914-1942 menyebut Mambaul Ulum didirikan untuk mengkader ulama Keraton yang semakin berkurang.

“Latar belakang berdirinya Mambaoel Oeloem adalah sulitnya mencari pengganti ulama yang sudah meninggal, dan untuk mempersiapkan generasi ulama pengulu,” tulis Syamsul, dikutip Minggu (2/4/2023).

Advertisement

Syamsul menjelaskan melalui berdirinya Mambaul Ulum kemudian menginspirasi pendirian madrasah di berbagai tempat sehingga berimplikasi pada kemajuan pendidikan Islam. “Sekaligus melekatnya identitas keislaman bagi masyarakat Solo,” lanjut dia. 

Melalui pendirian Masjid Agung Solo 1757 hingga pendirian Mambaul Ulum pada 1905 atas inisiatif Paku Buwono X memberikan warna kental Kauman sebagai pusat Keislaman di Solo.

Ini sekaligus membuktikan bahwa Islam sudah menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa, baik di Solo ataupun daerah di sekitarnya, terutama Kampung Kauman. “Islam sudah menjadi spirit dan budaya di komunitas keraton,” tulis Syamsul.

Advertisement

Seiring waktu, kini Kauman berbeda dengan Kauman di masa lalu. Kampung itu berubah menjadi tempat wisata yang terkenal dengan batiknya. Kauman juga mencerminkan tempat hunian perkotaan masa kini. 

Namun, sisa jejak Kauman sebagai pusat keislaman di Keraton Solo masih terasa. Menurut Dani, tetap ada sisa tradisi dan kebiasaan mereka sebagai wilayah yang dulunya tempat tinggal para ulama dan kaum santri di masa lalu. 

“Misalkan di setiap rumah di Kauman, rumah kuno pasti ada langgar. Kedua, untuk tradisi keislaman di sana lebih kuat, misal ada pengajian [dan upacara keagamaan lain]. Itu tidak ditinggalkan oleh mereka,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif