Soloraya
Senin, 6 Maret 2023 - 09:54 WIB

Mengenal Ki Ageng Perwito, Pujangga Kerajaan yang Menjadi Guru Desa di Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga bersama Pakasa menggelar doa bersama di makam Ki Ageng Perwito, Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Klaten, Minggu (5/3/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari menggelar peringatan Haul Ki Ageng Perwito yang diisi dengan kirab gunungan berisi legondo dan intip serta aneka hasil bumi, Minggu (5/3/2023) siang. Kegiatan dipusatkan di kompleks Makam Ki Ageng Perwito.

Ki Ageng Perwito merupakan seorang bangsawaan putra Raja Demak Bintoro, Syekh Alam Akbar atau Sultan Trenggono.

Advertisement

“Ketika di Demak [Ki Ageng Perwito] bernama Pangeran Prawoto,” kata pengelola Makam Ki Ageng Perwito saat ditemui di sela peringatan haul ke-312 Ki Ageng Perwito, Minggu (5/3/2023) siang.

Seiring runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan berpindah ke kerajaan yang dipimpin Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya. Pangeran Prawoto kemudian ikut pindah ke Pajang.

Advertisement

Seiring runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan berpindah ke kerajaan yang dipimpin Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya. Pangeran Prawoto kemudian ikut pindah ke Pajang.

Dia kemudian diangkat menjadi pujangga kerajaan dan berganti nama menjadi Pangeran Karang Gayam.

“Singkat cerita, Pajang memiliki anak yang namanya Danang Sutowijaya melakukan babat alas [hutan] di Mentaos. Hutan itu gawat keliwat-liwat [angker],” kata Sucipto.

Advertisement

“Kemudian kalau ada delanggung yang besar, diminta ke timur dan tinggal di sana,” kata Sucipto.

Permintaan itu dilaksanakan Pangeran Karang Gayam. Kemudian, Pangeran Karang Gayam tinggal di daerah yang kini bernama Desa Ngreden.

Pangeran Karang Gayam pun berganti nama menjadi Ki Ageng Perwito. Di daerah tersebut, Ki Ageng Perwito mengajarkan berbagai ilmu. Seperti ilmu bertani, seni dan budaya, agama Islam, serta ilmu makrifat.

Advertisement

Ki Ageng Perwito pula yang mengenalkan legondo dan intip. Semakin hari, pengikut Ki Ageng Perwito semakin banyak.

“Seperti yang telah dijalankan pada pertanian. Delanggu yang dikenal dengan Beras Delanggu, Ki Ageng Perwito yang memimpin pertanian. Kalau di seni dan budaya, di Keraton Solo ada gending Gambir Sawit itu ciptaannya Ki Ageng Perwito,” jelas Sucipto.

Ki Ageng Perwito menjadi sosok yang sangat dihormati warga Ngreden dan sekitarnya. Hingga kini, banyak peziarah yang berdatangan ke makam tokoh tersebut dan berasal dari berbagai daerah mulai dari Soloraya, Jogja, Semarang, Jawa Barat, Jakarta, serta Jawa Timur.

Advertisement

Saban tahun, warga bersama tokoh masyarakat Ngreden menggelar haul Ki Ageng Perwito yang diperingat saban tanggal 13 Sya’ban. Baru pada tahun ini, haul diperingati dengan iring-iringan kirab legondo dan intip serta hasil bumi. Kegiatan itu didukung Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa).

Kapolsek Wonosari, AKP Sriyanto, mengatakan kegiatan kirab pada Minggu berjalan relatif lancar. Polsek Wonosari bersama Koramil Wonosari dan kecamatan membantu keamanan beserta para sukarelawan.

“Ketika ada kegiatan-kegiatan seperti ini kami imbau untuk menghindari membawa barang-barang berharga,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif