SOLOPOS.COM - Tradisi Memule di Sambeng, Juwangi, Boyolali pada akhir Januari 2023 lalu. Tradisi ini dilakukan sebelum masa tanam jagung dengan berdoa bersama agar panen bagus. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALITradisi Memule di Kelurahan Sambeng, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali telah turun-temurun dilaksanakan masyarakat sebelum memulai masa tanam jagung. Tradisi ini digelar dengan berdoa bersama di punden atau bukit yang disakralkan di Kelurahan Sambeng.

Lurah Sambeng, Antonius Pramusinto, mengatakan tradisi ini telah turun-temurun dilaksanakan masyarakat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Terakhir, kami gelar pada 20 Januari 2023, untuk bulan jawanya pada Jumadil Akhir,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (24/2/2023).

Ia mengungkapkan tradisi Memule dilaksanakan di salah satu bukit atau punden daerah Dukuh Kedungdawung. Tradisi tersebut dilaksanakan oleh warga dua dukuh, yaitu Kedungdawung dan Klumpit.

Anton menceritakan biasanya masyarakat datang berbondong-bondong menuju bukit dengan membawa nasi, ayam panggang, dan lauk-pauk lainnya. Kemudian, acara biasanya dimulai pukul 07.00 WIB.

“Ada sambutan dari lurah, sambutan dari Perhutani, dan doa bersama,” jelasnya.

Doa bersama tersebut ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan meminta hasil panen yang bagus.

Ia menjelaskan tempat pelaksanaan tradisi Memule tersebut adalah petilasan Nyi Plandak. Tempat tersebut disakralkan sebagai petilasan tempat bertapa Mbah Nyi dan Nyai Plandak.

“Jadi itu tempat bertapa terus tanahnya bergerak, naik-naik menjadi bukti. Herannya, di sana kan jauh dari gunung, tapi ada batu besar. Ada juga sebuah pohon kesambi yang sangat besar,” kata dia.

Lurah Sambeng tersebut mengungkapkan petilasan Nyi Plandak tersebut juga sering dikunjungi oleh orang-orang yang mencari petuah dan petunjuk.

Beberapa larangan juga berlaku di area petilasan Nyi Plandak tersebut, seperti tidak boleh berkata kotor, tidak boleh buang kotoran, tidak boleh buang air kecil, dan selalu menjaga sikap.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan ada wacana untuk membuat tradisi Memule sebagai wisata religi. Namun, masih perlu beberapa persiapan yang matang.

Sementara itu, salah satu warga, Febri, 25, mengungkapkan tradisi Memule telah ada dan dilakukan turun-temurun. Ia tak tahu persis kapan tradisi tersebut dimulai.

Namun, ia menjelaskan warga masyarakat meyakini jika tradisi tersebut tak digelar dapat menyebabkan gagal panen.

“Nanti di sana mendoakan arwah para leluhur, terus Yasinan, ada ceramah juga, lalu makan bersama. Habis itu pulang,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya