SOLOPOS.COM - Dirut The Lawu Group, Parmin Sastro Wijono. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Jembatan kaca Kemuning Sky Hills di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar sudah diluncurkan menjelang pergantian tahun 2022 ke 2023 atau Sabtu (31/12/2022) malam.

Meski belum dibangun secara penuh, jembatan yang akan menghubungkan dua bukit perkebunan teh itu sudah bisa dinikmati oleh warga sejak Minggu (1/1/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kemuning Sky Hills merupakan destinasi wisata baru hasil kerja sama PT Rumpun Sari Kemuning, Pemkab Karanganyar, dan dikembangkan oleh The Lawu Group.

The Lawu Group sebelumnya sudah mengelola belasan usaha di bidang pariwisata seperti destinasi, kuliner, dan pusat oleh-oleh yang berlokasi di Karanganyar dan daerah lainnya. Di antaranya The Lawu Park, Wonder Park Tawangmangu, Sakura Hills, dan Sate Lawu.

The Lawu Group dinakhodai oleh Parmin Sastro Wijono sebagai Direktur Utama. Sebagai seorang yang sekarang sukses memimpin berbagai usahanya itu, Parmin Sastro ternyata punya liku-liku kehidupan yang bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

Pria yang lahir di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar ini menghabiskan masa kecilnya hingga usia SD di tempat asalnya. Di tengah masyarakat yang kental dengan budaya kawin usia dini, Parmin Sastro  sempat dilarang melanjutkan sekolah setelah lulus SD. Saat itu orang tuanya meminta Parmin agar kawin meskipun baru akan menjalani rumah tangganya di usia dewasa kelak.

Sebagian masyarakat di lereng Gunung Lawu ini menganggap pendidikan formal tidaklah penting. Namun Parmin menganggap sebaliknya. Sehingga, ia tidak mau dikawinkan dan bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.

Namun usaha untuk sekolah ini gagal karena Parmin salah memasukkan nomor ujian saat tes masuk SMP. “Sebenarnya saya termasuk lima besar di SD. Tapi saya tidak lulus masuk SMP, sedangkan teman-teman di bawah saya lolos masuk SMP. Setelah saya cek, ternyata saya salah memasukkan nomor ujian. Ini mungkin karena orang tua memang tidak merestui saya melanjutkan sekolah,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di Tawangmangu, beberapa waktu lalu.

Niatnya untuk melanjutkan sekolah belum surut. Ia meminta kepada ayahnya untuk mencarikan sekolah di tempat lain. Akhirnya, ayahnya mengizinkan ia sekolah di sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) di Ngablak, Magelang, tempat ayahnya berjualan bibit kol/kubis.

Di sana Parmin dititipkan untuk tinggal di rumah teman ayahnya. “Saya ngenger [tinggal] di Ngablak selama saya sekolah di MTs di Ngablak, Magelang. Selama di sana saya harus membantu orang yang saya tunuti. Ya merawat kebun, ya panen, ya mengangkat hasil panen, dan sebagainya. Tidak apa-apa yang penting saya bisa sekolah,” imbuh Parmin.

Lulus MTs, Parmin kembali meminta izin melanjutkan sekolah. Cita-citanya sejak kecil menjadi seorang guru agama mendorongnya untuk sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA). Namun lagi-lagi niatnya tidak diizinkan orang tua. Sehingga ketika ia nekat mendaftar pun akhirnya gagal.

Aktif di Masjid

Parmin pun pulang kampung ke Tawangmangu dan mulai menerima kenyataan bahwa dia tidak akan sekolah lagi. Di rumah ia lebih banyak berkegiatan di masjid di dekat rumahnya.

Pada suatu hari Jumat, ibadah Salat Jumat di sana nyaris tidak dilaksanakan karena sang khotib tidak datang. Parmin pun kemudian memberanikan diri menjadi khotibnya. Dan sejak saat itu, ia dikenal cakap dan dipercaya merintis kegiatan-kegiatan agama di lingkungannya.

“Sampai pukul 13.00 WIB Salat Jumat belum dimulai karena khotibnya, Pak Mardi Guru Agama, tidak datang. Jadi kalau dia tidak datang ya tidak jadi jumatan. Akhirnya saya beranikan diri jadi khotib,” imbuhnya.

Ia kemudian mendirikan kelompok pengajian (semacam Taman Pendidikan Al Quran/TPA) untuk anak-anak di kampungnya. Pesertanya kian hari kian banyak sehingga musala yang hanya berukuran 3 x 3 meter persegi tak muat lagi menampung peserta.

Jemaah salat juga mulai banyak sehingga kegiatan salat dipindah ke rumahnya yang lebih luas dibandingkan musala. Dan ketika mereka tidak tertampung lagi, kegiatan salat dilakukan di dua rumah yang menyatu agar tempatnya luas.

Kabar tentang perkembangan kegiatan masjid, jemaah yang kian banyak, dan kebutuhan masjid yang lebih luas ini terdengar oleh pemilik Batik Danar Hadi Solo, Santosa Doellah. Santosa menawarkan pembangunan masjid dengan syarat sudah ada lahannya.

“Kami minta ke Pak Lurah untuk disediakan tanah desa dan akhirnya diberi dan masjid pun dibangun. Itu sekitar 1985. Masjid An Nur jadi masjid pertama di Blumbang,” ujarnya.

Setahun mengurus masjid, Parmin sempat mengadakan pengajian dan mengundang mubalig Sulthon Abdul Karim. Pertemuan tersebut membuka peluang bagi Parmin untuk sekolah lagi.

“Beliau Sulthon Abdul Karim ternyata diam-diam nembung ke bapak saya supaya saya sekolah lagi. Lalu saya sekolah di MAN 1 Karanganyar. Di sana saya tidur di gudang sekolah,” imbuhnya.

Lulus MAN, ia kembali ke Tawangmangu dan kembali berkegiatan di masjid sambil mengajar di SDN Blumbang dengan harapan bisa ikuti ujian persamaan PGA. Baru enam bulan mengajar, pemerintah menghapus PGA dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), sehingga tak ada ujian persamaan dan cita-citanya menjadi guru agama pun pupus.

Namun demikian semangatnya untuk belajar belum tumbang. Tanpa sepengetahuan orang tua ia kuliah di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang gedungnya sekarang dipakai SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar. Biaya awal masuk kuliah ia pinjam dari uang kas masjid senilai Rp60.000.

Di tengah waktu menempuh studi, salah satu teman kuliahnya yang sudah bekerja menawari pekerjaan di perusahaan asuransi di Solo sebagai sales/marketing.

Jadi Dirut Perusahaan Asuransi

Merasa sudah terbiasa mempersuasi orang, tantangan itu diterima Parmin dengan penuh rasa optimistis. Benar saja, baru ikut training dua hari ia sudah bisa mendapat nasabah. Dan pada hari ketiga ia sudah mengumpulkan uang dari nasabah sebanyak Rp750.000 yang langsung ia setorkan ke kantor. Dari perolehan itu, ia mendapat komisi Rp150.000 yang sebagian ia pakai untuk membayar pinjaman kas masjid.



Saat itu, ia mulai terbuka kepada orang tua dan meminta izin kuliah. Orang tua akhirnya sudah rida dan bahkan membelikan sepeda motor agar Parmin bisa kuliah sambil bekerja.

Sementara itu, dalam pekerjaan tersebut Parmin dinilai berprestasi sehingga dalam waktu tiga bulan ia mendapat promosi menjadi kepala unit. Enam bulan berikutnya promosi lagi menjadi ketua distrik. “Sampai kuliah semester ketiga, saya promosi ke Pekalongan sebagai Kepala Wilayah Karesidenan sehingga kuliah saya tinggalkan dengan harapan bisa transfer ke Pekalongan,” lanjutnya.

Prestasi dalam pekerjaan ini terus bergulir sehingga ia dilirik oleh perusahaan lain dengan tawaran jabatan dan penghasilan yang lebih tinggi. Ia sempat menjadi kepala cabang di berbagai wilayah di Pulau Jawa serta Sumatra dan akhirnya menduduki jabatan sebagai direktur utama sebuah perusahaan asuransi.

Dalam posisi tersebut ia sadar bahwa ia harus membantu saudara-saudaranya supaya mereka ikut maju. Sayangnya, meskipun posisinya direktur utama tidak memungkinkan bagi dia untuk merekrut orang di luar standar pendidikan yang dibutuhkan. Menurutnya, sebagian saudaranya merupakan lulusan SD.

Pada 2017, ia berpikir untuk membuat usaha yang bisa melibatkan saudara-saudaranya. Didirikanlah Sate Lawu di Tawangmangu yang salah satu menu utamanya adalah daging kambing yang dipasok dari saudara-saudaranya yang beternak kambing.

Usaha perdana ini pun berhasil dan Parmin terus mengembangkan usaha-usaha lainnya di bidang pariwisata.  Hingga saat ini usaha-usaha tersebut sudah mencapai belasan jumlahnya. Usaha-usaha itu dikembangkan dengan berbagai model, mulai dari permodalan sendiri secara penuh maupun sistem kerja sama dengan pihak lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya