SOLOPOS.COM - Sejumlah perempuan anggota Sanggar Tari Tunjungbiru yang masih berusia anak-anak menari dalam Pentas Ujian Akhir Sanggar Tari Tunjungbiru Desa Slogohimo, beberapa waktu lalu. (Istimewa/Sanggar Tari Tunjungbiru)

Solopos.com, WONOGIRI — Sanggar Tari Tunjungbiru di Desa Slogohimo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, menjadi kelompok kesenian yang hingga kini masih diterima warga setempat dan desa di sekitarnya. Sanggar ini memiliki jumlah anggota 110 orang yang berasal dari usia dini hingga remaja SMA.

Salah seorang pelopor pendirian Sanggar Tari Tunjungbiru, Jasmine, mengatakan awal mula pendirian sanggar dimulai tahun 2017. Berbekal semangat ingin memberi ruang bagi anak-anak yang berbakat di bidang seni tari, Jasmine menginginkan anak-anak di Slogohimo dapat menunjukkan kebolehannya di bidang seni tari di desa setempat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Tujuan awalnya memang begitu. Di Slogohimo ini sebenarnya sudah ada sanggar, namanya Kagayuning Urip. Tapi sanggar itu sudah off [mati]. Sebelum membuka sanggar tari, saya dan Veronika melatih anak-anak di sekitar rumah kami. Waktu itu untuk pentas di acara 17-an. Dari situ ternyata yang ikut menari banyak,” kata Jasmine, kepada Solopos.com, Minggu (27/3/2022).

Baca Juga: Tahukah Kamu? Ini Orang Wonogiri yang Menciptakan Tari Kethek Ogleng

Banyaknya orang yang berminat belajar menari, menjadikan Jasmine berpikir mendirikan sanggar tari. Setelah berdiskusi panjang dengan pemerintah desa, akhirnya proposal pendirian sanggar disetujui. Mulai tahun 2017, Sanggar Tari Tunjungbiru resmi berdiri. Setelah itu, berbagai promosi gencar dilakukan dengan menggandeng pemdes.

“Setelah satu tahun berjalan, kami sempat tidak aktif selama setahun karena waktu itu saya sedang sibuk mendaftar kuliah. Tapi setelah itu hingga sekarang, sudah berjalan lagi. Anggotanya bahkan sudah sampai 110 anak yang terdaftar. Di luar itu mungkin masih ada lagi,” ungkap Jasmine yang saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu.

Jasmine mengatakan di Sanggar Tari Tunjungbiru terdapat tingkatan penari berdasarkan usia dan kemampuannya. Perbedaan tingkat itu, terdiri dari kelompok tingkat I (anak usia dini hingga kelas II SD), tingkat II (anak usia kelas III-V SD), tingkat III (kelas III-VI SD), dan tingkat IV (SMP-SMA).

Baca Juga: Angkat Kesenian di Tengah Pandemi Covid-19, Karang Taruna Doho Wonogiri Gelar Lomba

“Sistem bertingkat itu agar yang sudah bisa menari dikasih materi yang lebih sulit lagi. Biar mereka lebih berkembang. Kalau dicampur, yang belum bisa, enggak bisa mengikuti yang sudah bisa,” kata dia.

Ketua Sanggar Tari Tunjungbiru sekaligus Kepala Dusun Bondalem, Larno, mengatakan Pemdes Slogohimo telah menyediakan anggaran untuk para pelatih seni tari. Namun jumlahnya tak banyak. Anggaran melatih seni tari diambilkan dari anggaran kesenian Pemdes Slogohimo senilai Rp200.000 per bulan.

“Sanggar Tari Tunjungbiru mempunyai misi penting untuk nguri-nguri budaya. Biar mengenal budaya, mereka mencari murid biar tahu kesenian tari itu apa saja,” kata dia.

Baca Juga: Pekerja Seni Wonogiri Menjerit, Desak Pemkab Izinkan Hajatan

Di Sanggar Tari Tunjungbiru, Larno mengaku lebih banyak bertugas sebagai pengawas. Hal itu dilakukan juga saat anggota Sanggar Tari Tunjungbiru unjuk kebolehan dengan mementaskan sembilan tarian di acara Pasar Ndalu Sambirejo, Sabtu (26/3/2022).

“Siapa yang mau pentas di Pasar Ndalu itu kami persilakan. Selama itu bertujuan agar Tunjungbiru bisa dipahami orang-orang, jadi saya persilakan,” kata Larno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya