SOLOPOS.COM - Sartono, tokoh pergerakan kemerdekaan RI yang lahir di Wonogiri. (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Wonogiri patut berbangga hati karena ada dua tokoh dari daerah tersebut yang turut berperan penting bagi terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dari penjajahan Belanda pada 17 Agustus 1945 atau 78 tahun silam.

Mereka adalah Suwiryo dan Sartono. Dua tokoh pergerakan kemerdekaan RI ini diketahui lahir atau berasal dari Wonogiri. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, kedua tokoh yang masih keturunan bangsawan itu pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan pada masa-masa awal kemerdekaan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bahkan, Suwiryo diketahui pernah menjabat Wakil Perdana Menteri di masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Soekiman Wirjosandjojo. Suwiryo pula salah satu orang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya proklamasi di kediaman Bung Karno.

Sementara Sartono pernah menjabat sebagai menteri pada kabinet pertama Indonesia. Untuk lebih mengenal kedua tokoh penting dalam pergerakan kemerdekaan RI asal Wonogiri tersebut, berikut informasi yang berhasil dihimpun Solopos.com:

Sartono

Sartono atau Raden Mas Sartono adalah putra dari Raden Mas Martodikarjo yang merupakan keturunan dari Mangkunagoro II dan ibunya adalah anak dari Mangkunagoro III. Hal ini menandakan RM Sartono dan saudara-saudaranya merupakan keturunan bangsawan.

Anak kedua dari tujuh bersaudara ini lahir di Slogohimo, Wonogiri, pada 5 Agustus 1900. Sartono adalah seorang murid yang cerdas. Ia pernah bersekolah di ELS I Surakarta pada 1906-1913 dan lulus dengan peringkat pertama.

Kemudian ia bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) Surakarta dan tamat dengan hasil yang gemilang pada 1916. Setelah itu, Sartono melanjutkan sekolahnya di Rechts School di Jakarta. Karena gelar kebangsawanannya, Sartono dapat memasuki sekolah-sekolah Belanda.

Organisasi Perjuangan Indonesia di Belanda

Setelah lulus dari Rechts School, tokoh pergerakam kemerdekaan RI kelahiran Wonogiri itu bekerja di kantor Pengadilan Negeri Surakarta. Lalu pada September 1922, Sartono bersama temannya pergi ke Belanda untuk melanjutkan sekolah di Rijks Universiteit di Leiden.

Di universitas ini, Sartono mendaftarkan diri sebagai mahasiswa tingkat doktoral pada Fakultas Hukum. Sartono kemudian lulus dengan disertasi cumlaude dan memperoleh hadiah Gajah Mada.

Di Belanda, Sartono ikut dalam organisasi bernama Perhimpunan Indonesia (PI) yang merupakan organisasi perjuangan para mahasiswa Indonesia di Belanda. Sartono kemudian kembali ke Indonesia setelah lulus dari universitas di Belanda.

Di Indonesia, ia melanjutkan karier sebagai pengacara di Kota Bandung. Dilansir kemdikbud.go.id, Sartono juga merupakan salah satu tokoh yang ikut mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) bersama Bung Karno, Dr Cipto Mangunkusumo, Boediarto, Soenario, dan lainnya.

Tokoh kelahiran Wonogiri itu juga turut membentuk Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang menjadi wadah pemersatu tokoh pergerakan kemerdekaan RI.

Setelah PNI dibubarkan, Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo) pada 29 April 1931 dan diangkat sebagai ketua. Kemudian, Sartono terpilih menjadi salah satu anggota panitia perancang UUD pada 1945.

Ada 19 orang dalam kepanitiaan yang diketuai oleh Ir Soekarno itu. Setelah Indonesia merdeka, Sartono diangkat menjadi menteri negara pada kabinet pertama. Sartono meninggal dunia di Jakarta pada 15 Oktober 1968.

tokoh pergerakan kemerdekaan RI asal wonogiri
Suwiryo, tokoh pergerakan kemerdekaan RI yang lahir di Wonogiri. (wikipedia.org)

Suwiryo

Tokoh pergerakan kemerdekaan RI, Raden Suwiryo, lahir di Wonogiri pada 17 Februari 1903. Suwiryo pernah bersekolah di AMS (Algemeene Middlebare School) di Yogyakarta dan melanjutkan pendidikannya di Rechtshogeschool namun tidak sampai selesai.

Pada awal kariernya, Suwiryo pernah bekerja di Centraal Kantoor voor de Statistik. Kemudian ia juga pernah menjadi guru di Perguruan Rakyat dan setelah itu menjadi pemimpin majalah Kemudi.

Jadi Wakil Wali Kota Pertama Jakarta

Selain itu, ia pernah menjadi pegawai pusat kantor asuransi Bowkas Beringin serta pernah menjadi pengusaha obat di daerah Cepu. Suwiryo juga termasuk salah satu tokoh yang ikut dalam organisasi Jong Java dan PNI.

Ia merupakan salah satu pendiri Partai Indonesia (Partindo) bersama Sartono setelah PNI bubar pada 1931. Selain itu, Suwiryo pernah ikut dalam organisasi Jawa Hokokai dan Putra di masa penjajahan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang, tokoh pergerakan kemerdekaan RI asal Wonogiri ini pernah dilantik menjadi Wakil Wali Kota Jakarta pada Juli 1945 sehingga menjadikan Suwiryo sebagai Wakil Wali Kota pertama Jakarta dengan Wali Kotanya saat itu Tokubetsyu Sityo.

Ketika Jepang dikalahkan Sekutu, berita itu ia sampaikan di Jakarta dan dengan cepat menyebar hingga ke telinga Ir Soekarno dan Hatta. Setelah kemerdekaan, Suwiryo pernah ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri RI sebagai pimpinan Biro Usaha Daerah Pendudukan.

Kemudian pada September 1949, Suwiryo dijadikan wakil Pemerintah RI pada Republik Indonesia Serikat (RIS). Lalu Soekarno melantik Suwiryo sebagai Wali Kota Jakarta Raya pada 17 Februari 1950.

Suwiryo juga pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo pada 2 Mei 1951. Suwiryo meninggal pada 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya