SOLOPOS.COM - Para penari Tari Jati Diri dari Wonosegoro, Boyolali, menampilkan Tari Jati Diri di ajang Porseni PGRI di Panti Marhaen, Boyolali, November 2022. (Istimewa/Sri Hartanti)

Solopos.com, BOYOLALI — Parade Tari Boyolali menampilkan salah satu tari kreasi dari Wonosegoro, Boyolali, yaitu tari Jati Diri. Penciptanya ternyata adalah seorang guru tari dari SMKN 1 Wonosegoro, Sri Hartanti.

Gerakan tari Jati Diri menggabungkan beberapa gerakan tari dari Bali, Jawa gaya Solo, Papua, dan daerah lain. Tarian tersebut berdurasi sekitar enam menit.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Jadi diri kan artinya identitas. Jadi yang kami tampilkan dan ingin tunjukkan itu ini lo Indonesia, kaya, banyak ragam, dan kreasi. Dari daerah A dan B, walaupun beda kami padukan toh bisa dan bagus,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (2/5/2023).

Perempuan 52 tahun yang bekerja sebagai guru tari SMK di Wonosegoro, Boyolali, tersebut mengungkapkan Tari Jati Diri diciptakan dalam waktu sepekan. Tarian tersebut ia ciptakan untuk mengikuti lomba Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) cabang seni tari dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 PGRI tingkat Kabupaten Boyolali.

Sebagai informasi, lomba Porseni tersebut telah digelar pada Senin-Kamis (21-24/11/2022) di Panti Marhaen. Lomba seni tari dilaksanakan pada Selasa (22/11/2022). Kegiatan tersebut diikuti PGRI dari masing-masing kecamatan.

 “Tari Jati Diri dapat peringkat empat dari 22 kecamatan di Boyolali,” jelas pembina Sanggar Srikandhi Srikandhi Wonosegoro tersebut. Tari tersebut ditarikan lima orang. Selain Tanti, ada juga guru SMPN 2 Wonosegoro Andri Tri Susilowati.

Kemudian, guru SMPN 1 Wonosegoro Sri Wiyati, SDN 2 Gunungsari Ninuk Puji Hastutik, dan guru SDN 1 Wonosegoro Ida Nur Hafsah. Ia mengungkapkan penciptaan tarian itu mulai dari mencari inspirasi, mendengarkan iringan musik, mengimprovisasi membutuhkan waktu sepekan.

Keanekaragaman Budaya

Selain menggabungkan gerakan beberapa tari, ada juga gerakan membatik dan properti gunungan yang dibawa dalam Tari Jati Diri ciptaan guru di Wonosegoro, Boyolali, tersebut.

“Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan bahasa, adat istiadat yang sangat banyak dan beragam, dengan kekhasan yang berbeda satu sama lain. Ketika keanekaragaman dan kekayaan itu menyatu menjadi satu bangsa, yang muncul adalah sebuah keindahan,” jelasnya.

Penggambaran tentang kekayaan budaya bangsa Indonesia itu, lanjut Tanti, diekspresikan melalui bentuk karya tari yang indah. Ia mengungkapan perbedaan merupakan keunikan Indonesia, sehingga hal tersebut ia maknai sebagai jati diri Indonesia.

Terpisah, salah satu penari, Ida Nur Hafsah, mengungkapkan dari lima penari Tari Jati Diri, hanya dirinya yang tidak memiliki latar belakang penari atau guru tari. Sehingga, ia mengalami kesulitan saat mempelajari Tari Jati Diri.

“Saya kemarin belajarnya tiga pekan, jadi memang saya enggak punya basic tari sama sekali. Misal Ibu [Tanti] bilang tanjak. Saya kan enggak paham, jadi saya lihat dulu gerakan tanjak itu bagaimana,” cerita dia.

Ida juga menceritakan rekan-rekan lainnya juga mendukungnya untuk belajar tari, sehingga ia merasa termotivasi untuk menguasai Tari Jati Diri. “Selain itu, saya juga sudah suka dengan tari walaupun enggak punya basic tari. Jadi lama-lama juga bisa,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya