SOLOPOS.COM - para penari tari Sandya Adhikari seusai tampil di Alun-Alun Kidul Boyolali, Jumat (25/11/2022). Tari Sandya Adhikari dari PGRI Gladagsari berhasil memenangkan cabang Porseni HUT ke-77 PGRI Boyolali. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI–Lima penari perempuan berbaju dominan oranye dengan mahkota bulu menari di depan Bupati Boyolali dan peserta upacara peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Alun-Alun Kidul, Jumat (25/10/2022).

Tarian tersebut bernama tari Sandya Adhikari yang memadukan beberapa gerakan seperti tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali, dan tari-tari lainnya. Usut punya usut, tarian tersebut ternyata pemenang dari lomba Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) cabang seni tari yang digelar HUT PGRI tingkat Kabupaten Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Kebetulan khusus cabang lomba seni tari dimenangkan oleh perwakilan PGRI Kecamatan Gladagsari,” ujar salah satu perwakilan PGRI Gladagsari, Rahman Ari Fidianto, kepada Solopos.com, Minggu (27/11/2022).

Pelaksanaan lomba Porseni tersebut, cerita dia, telah digelar pada Senin – Kamis (21 – 24/11/2022) di Panti Marhaen. Untuk lomba seni tari, dilaksanakan pada Selasa (22/11/2022). Kegiatan tersebut diikuti PGRI dari masing-masing kecamatan.

Rahman merasa senang dengan pelaksanaan Porseni untuk memperingati HUT ke-77 PGRI pada 2022 dilaksanakan secara luring dan lebih meriah dibandingkan tahun kemarin yang daring.

“Tim lomba seni tari kreasi kami ada lima orang dengan latar belakang berbeda-beda. Dua orang penari merupakan guru SMP dan tiga merupakan guru SD. Judul tarinya Sandya Adhikari dan kreasi asli dari tim tari Gladagsari,” ujarnya.

Sementara itu, kapten kelompok yang juga guru seni budaya SMPN 1 Gladagsari, Dina Septi Rahayu, mengungkapkan proses penciptaan dan latihan tari hanya dilaksanakan sebulan sebelum ditampilkan dalam Porseni HUT PGRI Boyolali.

Ia menyampaikan ciri khas dari tari Sandya Adhikari adalah penggabungan beberapa ciri khas gerak beberapa daerah seperti dari Sumatra, Jawa Tengah, Bali, Jawa Barat, Betawi, Kalimantan, dan Papua.

“Kami hanya mengambil beberapa gerak yang khas dan sudah familiar bagi masyarakat,” ujarnya.

Dalam proses pembuatan dan latihan tari, Dina mengaku memiliki kendala karena tidak semua guru dalam kelompoknya berasal dari bidang tari. Dari lima orang, hanya dirinya yang menekuni bidang tari.

“Kesulitannya mengajari gerak khas daerah lain yang mungkin sangat awam bagi mereka. Menghafalnya juga cukup lama dan penyamaan gerak dalam satu kelompok agak sulit. Namun, saya salut karena kemauan dan kerja keras ibu-ibu kelompok kami dalam belajar dan menghafal,” jelasnya.

Menurutnya, para ibu-ibu di kelompoknya telah berhasil membawakan tari Sandya Adhikari dengan apik dan kompak walaupun bukan dari latar belakang penari.

Ia menyebut keempat penari selain dirinya antara lain Ornastya Pratiwi Wulandari dan Ika Fajar Rini guru SDN 1 Candisari, Nyawitri guru SMPN 2 Gladagsari, dan El Vera Dwi Wijayanti salah satu guru SDN 1 Ngagrong.

“Tari Sandya Adhikari adalah perwujudan Indonesia sebagai negara indah nan kaya akan kebudayaan yang sangat beragam. Sandya artinya persatuan, dan Adhikari berarti istimewa. Keistimewaan ragam budaya ini diwakili dengan rangkaian gerak khas beberapa daerah dan disatukan dalam sebuah karya sebagai perwujudan berbeda-beda tetapi satu jua,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya