Soloraya
Senin, 25 April 2022 - 14:19 WIB

Mengenal Tradisi Ngider di Wonogiri saat Lebaran

Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bersalaman (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, WONOGIRI — Momentum Lebaran dimanfaatkan warga di Wonogiri untuk menjalankan tradisi ngider. Tradisi ngider terlahir dari budaya masyarakat desa yang kental akan semangat gotong royong.

Dikutip dari https://nu.or.id, tradisi ngider sebenarnya hampir sama dengan halalbihalal. Warga saling bersilaturahmi satu sama lain untuk meminta maaf dan saling memaafkan.

Advertisement

Dalam tradisi ngider, warga saling membawa bingkisan untuk diberikan kepada orang yang ditemui. Bingkisan berupa makanan kecil dan jajanan pasar, seperti jadah ketan, tape singkong atau wajik klethik.

Setelah mengobrol dan bersenda gurau saat bersilaturahmi, ada juga warga yang memakan bingkisan secara bersama-sama. Hal itu dinilai semakin menghangatkan suasana di tengah merayakan Hari Kemenangan.

Advertisement

Setelah mengobrol dan bersenda gurau saat bersilaturahmi, ada juga warga yang memakan bingkisan secara bersama-sama. Hal itu dinilai semakin menghangatkan suasana di tengah merayakan Hari Kemenangan.

Baca Juga: Secuil Cerita di Toko Pakaian Wonogiri, Jelang Lebaran Banjir Pembeli

“Itu nikmatnya berlebaran. Bisa makan bersama-sama tetangga. Supaya tidak lekas kenyang, bingkisan yang dibawa bukan berisi makanan besar, seperti nasi dan lauk-pauk. Tapi makanan kecil seperti snack, kue kering, maupun buah-buahan,” kata salah seorang warga asal Giriwoyo, Supriyanti, 42.

Advertisement

Tradisi itu bermula saat warga Desa Bulurejo ingin menyantap daging sapi bersama keluarga saat merayakan Lebaran. Lantaran tak ada dana maka mereka menggelar arisan yang diikuti para warga. Arisan tersebut dilakukan setiap bulan selama setahun.

Baca Juga: Polres Wonogiri Siapkan 7 Pos Pengamanan Mudik Lebaran di Tempat Ini

“Tradisi arisan pembelian sapi muncul sejak puluhan tahun lalu. Sebelum saya menjabat sebagai kepala dusun (kadus), tradisi itu sudah ada. Padahal, saya sudah 12 tahun menjabat sebagai kadus,” kata Kadus Krapyak, Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Purnomo kepada Solopos.com, Selasa (1/7/2014) siang.

Advertisement

Setiap anggota arisan wajib menyetor uang senilai Rp10.000/bulan. Satu warga diperbolehkan dobel atau lebih menjadi anggota kelompok arisan. Uang arisan tersebut disimpan oleh pengurus dusun setempat selama setahun. Uang arisan warga selama setahun mencapai Rp17 juta. Selanjutnya, uang arisan itu digunakan untuk membeli beberapa ekor sapi.

Pembelian sapi dilakukan sepekan menjelang Lebaran. Biasanya, pembelian sapi di pasar hewan di Kecamatan Sidoharjo atau sapi milik warga setempat. Hewan ternak itu disembelih sehari menjelang perayaan Lebaran atau sebelum malam takbiran.

Baca Juga: WGM Wonogiri Berbenah Sambut Lebaran, Pengunjung Bakal Membeludak?

Advertisement

Kemudian, daging sapi dibagikan kepada anggota kelompok arisan secara merata. Dipastikan, para warga di Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi makan daging sapi saat perayaan Lebaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif