SOLOPOS.COM - Ilustrasi tradisi Sebar Apam Keong Mas di Pengging, Boyolali. (jatengprov.go.id)

Solopos.com, BOYOLALI — Masyarakat Kabupaten Boyolali memiliki tradisi yang unik bernama Sebar Apam Keong Mas. Tradisi itu diselenggarakan di Pengging, Banyudono, untuk menghormati ajaran pujangga Raden Ngabei (RNg) Yosodipuro I yang hidup di era era Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) IV.

Menurut informasi di laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, sebaran apam keong mas merupakan acara ritual yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat pendukungnya yakni masyarakat Pengging, Boyolali. Umumnya, upacara ritual ini dilaksanakan setahun sekali untuk menghormati Pujangga RNg Yosodipuro I terkait ajarannya kepada murid-muridnya (santri).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Upacara ini dilakukan pada bulan Sapar penanggalan Jawa dan dimulai setelah Salat Jumat di halaman Masjid Cipto Mulyo. Jumat yang dipilih untuk melaksanakan sebar apam keong mas ini yakni Jumat terakhir di bulan Sapar pada penanggalan Jawa.

Sementara itu, laman jatengprov.go.id menginformasikan dalam tradisi Sebar Apam Keong Mas di Pengging, Boyolali, biasanya disiapkan sebanyak 30.000 apam kukus keong mas yang kemudian dibagi menjadi dua gunungan untuk disebar ke kerumunan warga.

Beberapa warga ada yang menyebut ritual ini dengan istilah “Saparan”, karena ritual biasa dilakukan saat bulan Sapar pada kalender Jawa. Ritual ini sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur warga atas kelimpahan rezeki dan hasil pertanian dari Tuhan Yang Maha Esa.

Konon sejarahnya, ritual sebar apam keong mas ini bermula dari kejadian pagebluk atau wabah hama tanaman padi. Dahulu pada saat terjadi wabah hama tanaman, para petani setempat tidak ada yang bisa memanen padi.

Namun, mengutip direktoripariwisata.id,  seorang pujangga pada zaman Paku Buwono IV, yakni Raden Ngabei Yosodipuro melakukan ritual dengan melepas keong mas di persawahan. Dengan disebarkan keong mas tersebut, wabah hama tanaman dapat diatasi dan warga bisa memanen padi.

Warisan Budaya Tak Benda

Dari hal tersebut kemudian dilakukan syukuran dengan menyebarkan apem keong mas tanda kemakmuran warga sekitar. Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi dan bertemu antarwarga di ruang dan waktu yang sama.

Prosesi Tradisi Sebar Apam ini dimulai dari Kantor Kecamatan Banyudono, Boyolali. Sebelum itu dua gunungan apam didoakan kemudian dikirab bersama para prajurit dan abdi dalem Keraton Solo.

Diiringi marching band dan paskibra, kedua gunungan dikirab dan disebar di Kawasan Masjid Ciptomulyo serta di pertigaan Pasar Pengging. Dilansir laman resmi Pemkab Boyolali, boyolali.go.id, tradisi sebar apem keong mas ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Menurut penjelasan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih, di laman tersebut, penetapan itu berdasarkan hasil sidang Kemendikbud di Jakarta yang digelar secara daring pada 8 Oktober 2020.

Penetapan tradisi sebar apem keong mas ini berdasarkan beberapa kriteria yang telah terpenuhi, yaitu tradisi tersebut dilakukan setiap tahun, merupakan ciri khas daerah tersebut, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya