SOLOPOS.COM - Suasana saat sosialisasi materi tentang hak anak dan ragam kekerasan terhadap anak di SMP Pangudi Luhur (PL), Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Sosialisasi dilakukan dengan sistem diskusi berkelompok. Foto diambil, Selasa (8/11/2022) siang. (Istimewa/Theresia Ari Dwi Utami)

Solopos.com, WONOGIRI — Pengenalan hak anak dan ragam kekerasan terhadap anak dinilai perlu dilakukan di lingkungan sekolah. Selain agar siswa mengetahui contoh-contohnya, hal itu juga menjadi upaya mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak yang mungkin terjadi di sekolah.

Sejumlah program tersebut disampaikan Yayasan Yekti Angudi Piadeging Hukum Indonesia (Yaphi) saat menyambangi SMA Pangudi Luhur (PL), Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Tim Yayasan Yaphi yang berjumlah tujuh orang menyosialisasikan materi kepada 30 siswa di sekolah setempat, mencakup hak anak, ragam kekerasan terhadap anak, membangun perdamaian diri, hingga pengenalan terhadap hak asasi manusia (HAM).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sekretaris Yayasan Yaphi, Christina Vera, mengatakan materi tersebut penting disampaikan agar siswa SMA yang masih berusia remaja memahami haknya serta mencegah terjadinya kekerasan serupa terhadap mereka. Tak hanya menyosialisasikan materi, Vera dan timnya memprogramkan 30 siswa SMA PL yang terdiri atas siswa kelas X-XII menjadi pemateri.

“Kami berikan materi lima kali dalam waktu yang berbeda. Setelah itu, mereka kami minta menjadi pemateri. Istilahnya penyampai informasi agar materi dari kami disampaikan ke siswa yang lain,” kata Vera kepada Solopos.com, Selasa (8/11/2022).

Dalam penyampaian materi kepada 30 siswa, tak dilakukan sama dengan penyampaian materi pelajaran di sekolah. Vera dan timnya lebih banyak menggunakan sistem pembelajaran berbasis kelompok serta diselingi beberapa permainan.

Baca Juga: RSUD Wonogiri Siapkan Rp1,05 Miliar untuk Perawatan Gratis Pasien Warga Miskin

“Kalau sama dengan di kelas akan monoton. Dengan dinamika kelompok dan diselingi beberapa games, menurut kami bakal membuat siswa mudah memahami,” ujarnya.

Setelah menerima materi, 30 siswa SMA PL terpilih diminta menyosialisasikannya ke siswa lain. Pada Selasa (8/11/2022) siang, 30 siswa yang disebut sebagai tim 30 memberi materi serupa kepada 118 siswa SMP PL, Kecamatan Giriwoyo. Sekolah menengah pertama itu lokasinya bersebelahan dengan SMA PL.

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMA PL, Theresia Ari Dwi Utami, mengatakan bakal terus menggalakkan sosialisasi serupa. Tujuannya, menciptakan sekolah ramah anak di SMA PL maupun SMP PL.

“Bermula dari 30 siswa SMA PL, harapannya mereka dapat menjadi pioner di masing-masing kelasnya sehingga menjadi kebiasaan dan menularkan apa yang mereka dapat ke siswa lainnya. Kami akan terus mengampanyekan anti kekerasan terhadap anak di sekolah,” terang Ari kepada Solopos.com, Selasa.

Baca Juga: Penganiayaan Berujung Kematian Warga Wonogiri, Tersangka Beri Keterangan Palsu

Upaya kampanye tersebut juga bukan karena pernah ada kasus kekerasan di lingkungan sekolah. Sebaliknya, kampanye justru dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan.

“Selain berupaya menciptakan sekolah ramah anak, sosialisasi dari Yaphi hingga pembentukan tim 30 juga merupakan serangkaian perayaan HUT ke-31 yayasan pendidikan PL yang berlokasi di Kecamatan Giriwoyo,” kata Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya