SOLOPOS.COM - Ilustasi mengalami gerah saat suhu udara panas. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Akhir-akhir ini cuaca terasa lebih panas di Soloraya. Tidak hanya di Indonesia cuaca panas secara umum juga terasa di kawasan Asia.

Seperti dilansir Bisnis dari Bloomberg, Minggu (23/4/2023), Thailand mencetak rekor suhu tertinggi pekan lalu, yakni 45 derajat Celcius. Pada saat yang sama Bangladesh mencatat suhu lebih dari 40 derajat celcius.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di India, panas ekstrem telah meningkatkan risiko krisis energi. Pemerintah telah memperingatkan mengenai risiko pemadaman listrik seiring dengan temperatur tinggi yang membuat penggunaan pendingin udara dan pompa irigasi naik. Pada 2022, gelombang panas di India berdampak pada suplai gandum di negara tersebut.

Panasnya suhu ini disebut akibat dampak dari El Nino. Fenomena alam ini membuat iklim di seluruh dunia disebut menjadi merubah.

Perubahan iklim secara global ini diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. Diketahui, El Nino dapat memicu terjadinya kondisi kekeringan di seluruh wilayah di Indonesia.

Seperti dilansir Bisnis, ciri terjadi El Nino adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti.

Fenomena ini ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut lebih dari 0,5 °C (0,9 °F) untuk setidaknya lima musim tiga bulan yang tumpang tindih secara berurutan.

Biasanya, El Nino terjadi selama periode rentang 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan.

Nama El Nino awalnya digunakan selama abad ke-19 oleh para nelayan di Peru utara mengacu pada aliran tahunan perairan khatulistiwa yang hangat ke selatan sekitar waktu Natal.

Ilmuwan Peru kemudian mencatat bahwa perubahan yang lebih intens terjadi pada interval beberapa tahun dan dikaitkan dengan bencana banjir musiman di sepanjang pantai yang biasanya gersang, sedangkan anomali termal berlangsung selama satu tahun atau lebih.

Waktu dan intensitas kejadian El Nino sangat bervariasi. Kejadian pertama yang tercatat dari curah hujan gurun yang tidak biasa adalah pada tahun 1525, ketika penakluk Spanyol Francisco Pizarro mendarat di Peru utara.

Sejarawan berpendapat bahwa hujan gurun dan tumbuh-tumbuhan yang dihadapi oleh orang-orang Spanyol mungkin telah memfasilitasi penaklukan mereka atas kerajaan Inca.

Intensitas episode El Nio bervariasi dari anomali termal yang lemah (2–3 °C [sekitar 4–5 °F]) dengan hanya efek lokal sedang hingga anomali yang sangat kuat (8–10 °C [14–18 °F]) terkait dengan gangguan iklim di seluruh dunia.

Proses Terjadinya El Nino

Pada saat-saat tertentu air laut yang panas dari perairan Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri equator, hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah selatan, hingga sampai ke pantai barat PeruEquador.

Akhirnya akan terjadilah pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dai Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan berkumpulan massa air laut panas dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas.

Permukaan air laut yang panas tersebut, kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya, sehingga udara di daerah itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah bertekanan rendah, di pantai barat PeruEquador. Akibatnya angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang El Nino juga memiliki efek yang kuat pada kehidupan laut di lepas pantai Pasifik.

Pada kondisi normal, upwelling membawa air dari kedalaman ke permukaan; air ini dingin dan kaya nutrisi. Selama El Nino, upwelling melemah atau berhenti sama sekali. Tanpa nutrisi dari dalam, ada lebih sedikit fitoplankton di lepas pantai. Hal ini memengaruhi ikan yang memakan fitoplankton dan, pada gilirannya, mempengaruhi semua yang memakan ikan.

Perairan yang lebih hangat juga dapat membawa spesies tropis, seperti tuna ekor kuning dan albacore, ke daerah yang biasanya terlalu dingin.

Dampak Cuaca Panas

Dampak dari panas ekstrem di Asia mengancam ekonomi di luar wilayah. China dan Vietnam merupakan pusat produksi sebagian besar pasokan elektronik hingga pakaian di dunia. Isu cuaca saat ini dengan risiko kekeringan datang saat kedua negara tengah dalam pemulihan dari pandemi Covid-19.

Provinsi Yunnan, di barat daya China, sudah merasakan dampak dari panas ekstrem. Produksi aluminium di wilayah itu berkurang sejak September 2022 karena produksi listrik tenaga air berkurang.

China akhirnya saat ini, bersama dengan India, mengandalkan batu bara untuk menjaga pasokan listrik.

Selain dampak ekonomi, cuaca ekstrem juga yang terjadi dia Asia dan beberapa negara di Asia Tenggara juga menjadi ancaman pemerintah mengenai kesehatan masyarakat. Gelombang panas di India, dalam studi terbaru, membuat masyarakat di sana lebih rentan terhadap penyakit dan kelaparan.

“Rekor panas di Thailand, Cina, dan Asia Selatan adalah tren iklim yang jelas akan menyebabkan tantangan kesehatan masyarakat untuk tahun-tahun mendatang,” kata Fahad Saeed, seorang ilmuwan Analisis Iklim yang berbasis di Islamabad.

Cuaca ekstrem semakin sering terjadi karena perubahan iklim, dan dunia baru saja mengalami dua tahun La Nina — yang menyebabkan banjir di Pakistan dan kekeringan di Amerika Selatan.



Pada tahun ini, kemungkinan juga akan kembali terjadi El Nino, yang akan membawa kondisi lebih kering di beberapa wilayah Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya