SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO–Pemerintah melalui Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mengajukan lima arsip dokumenter sebagai Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of The World (MoW), United Nation Educational Scientific and Culture Organization (UNESCO)

Plt. Kepala ANRI, Imam Gunarto menyampaikan tiga arsip diajukan secara bersama beberapa negara lainnya, seperti arsip Surat-surat Kartini yang diajukan bersama Belanda, arsip Karya-karya Hamzah Fansuri yang diajukan bersama Malaysia, dan arsip Pembentukan ASEAN yang diajukan bersama negara anggota ASEAN.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sisanya, dua arsip diajukan secara mandiri, yakni arsip Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dari Jawa Barat serta arsip Tarian Khas Mangkunegaran dari Jawa Tengah.

“Naskah Tarian Khas Mangkunegaran ini adalah sesuatu yang sebelumnya belum pernah kami ajukan. Dan ini sangat unik. Kalau tidak salah ini karya Mangkunegara IV,” ungkap Imam Gunarto saat diwawancarai wartawan beberapa waktu lalu.

Arsip yang berisi kumpulan naskah tentang gerak tari, notasi musik pengiring tari, artikel dan berita tari yang jumlahnya mencapai 1.539 lembar, serta foto-foto tari yang jumlahnya mencapai 529 foto itu seluruhnya masih tersimpan rapi di Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran, Solo.

Salah satu Pustakawan Reksa Pustaka, Bayun Marsiwi menyampaikan karena isinya dianggap menarik oleh ANRI, mulanya naskah-naskah itu diberi predikat sebagai Ingatan Kolektif Bangsa dari ANRI pada 2023 lalu.

Namun, kumpulan arsip yang berjudul Archives of Javanese Dance: Mangkunegaran Dance Art itu kemudian berlanjut diusung sebagai Ingatan Kolektif Dunia.

Memuat puluhan tari yang diciptakan sejak masa Mangkunegara IV hingga Mangkunegara VII (1861-1944), arsip-arsip itu ditulis menggunakan aksara Jawa sebagian lagi aksara Latin.

“Isinya repertoar tari-tarian dari empat generasi,” ungkap Bayun Marsiwi saat ditemui di Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran, Rabu (12/6/2024).

Dia kemudian menunjukkan beberapa naskah asli kepada Solopos.com. Salah satunya naskah Beksan 41 Warni yang ditulis pada masa Mangkunegara VII berkuasa (antara 1916-1944).

Wujud asli naskah itu tampak rapuh karena usia, kertasnya tipis dan berwarna cokelat, jilidan menggunakan tali tampak tidak lagi mengikat.

Naskah Beksan 41 Warni merupakan naskah terpanjang dari beberapa naskah yang terhimpun dalam arsip tarian khas Mangkunegaran, karena berisi satu jenis tari namun memiliki 41 variasi, lebih kurang terdiri dari 850-an lembar. Beraksara Jawa dan seluruhnya ditulis menggunakan pena.

Menariknya, di beberapa bagian, tampak dalam satu lembar kertasnya dibagi menjadi dua bagian secara vertikal, satu sisi untuk tulisan penjelasan gerak tari, sisi lainnya berisi ilustrasi langkah penari.

Selain gerakan tari, naskah itu juga menjelaskan jenis musik seperti apa yang dimainkan untuk mengiringi tari serta bagaimana cara memainkan musiknya.

“Naskah Beksan 41 Warni itu juga sudah dialih aksara sejak 1987, untuk memudahkan pengunjung Reksa Pustaka,” kata Bayun Marsiwi.

Tak hanya itu, dia juga menunjukkan naskah yang jauh lebih tua, yakni Pakem Tari Topeng yang ditulis pada masa Mangkunegara IV berkuasa (antara 1811-1881) merupakan adaptasi dari Cerita Panji. Bentuknya tidak berbeda dari Beksan 41 Warni, juga tampak rapuh karena usia.

Bayun kemudian bercerita bahwa naskah-naskah tari yang dibuat pada masa Mangkunegara IV berkuasa merupakan adaptasi dari cerita-cerita yang dibuat oleh pujangga masyhur pada masanya, yakni Ranggawarsita.

“Ranggawarsita yang saat itu sudah sepuh, tidak aktif lagi di Kasunanan [Surakarta] kemudian ditarik ke Mangkunegaran dan diminta untuk membuat epos berjudul Pustaka Raja. Itulah yang menjadi pakem dari [sebagian] tari-tari itu,” kata dia.

Selain naskah yang berisi gerak tari dan ilustrasinya. Bayun juga menunjukkan beberapa naskah yang berisi notasi musik pengiring tari dalam bentuk notasi angka, serta beberapa naskah yang berisi penjelasan gerak tari namun disertai oleh foto-foto yang dibuat pada masa Mangkunegara VII.

Ada pula foto-foto pementasan tari, serta beberapa artikel dan berita mengulik tentang Tarian Khas Mangkunegaran yang ditulis oleh beberapa intelektual pada masanya, termasuk Mangkunegara VII sendiri dan beberapa intelektual asal negara luar., seperti Claire Holt, dan sebagainya.

Semua arsip itu dihimpun menjadi satu dan saat ini sedang dalam proses penilaian untuk menentukan apakah layak menjadi Ingatan Kolektif Dunia atau tidak. Diusung karena dianggap unik serta memiliki nilai kebaruan pada masanya.

Kesetaraan Gender

Hal penting lainnya dari arsip yang berisi kumpulan naskah dan foto itu ialah nilainya yang juga dianggap menjunjung kesetaraan gender.

Bayun menjelaskan bahwa sebagian besar tari khas Mangkunegaran itu Wireng atau tarian yang menampilkan gambaran prajurit sedang berperang atau sedang unjuk kekuatan. Tidak jarang, kata dia, tarian khas Mangkunegaran seperti itu dibawakan oleh perempuan.



Selain itu, ada pula satu tari khas Mangkunegaran yang memiliki cerita yang berkaitan dengan kesetaraan gender, kata Bayun, yaitu Tari Langendriyan, yang kerap dianggap opera versi Jawa.

Tarian itu, lanjut dia, mulanya dibuat oleh pengusahan batik asal Belanda, Godliep Kilian bersama seniman RM. Tandakusuma, yang hidup semasa dengan Mangkunegara IV dan kemudian menjadi menantunya. Mereka berdua terinspirasi dari pembatik yang sedang menembang dan kemudian dibuatlah Tari Langendriyan.

Tak sampai di situ, lanjut Bayun, tari itu diperagakan oleh banyak wanita, sementara pada masa Mangkunegara IV berkuasa ada keyakinan yang timbul penari perempuan kurang bisa diterima di dalam keraton di beberapa tempat karena dianggap bisa mengotori keraton.

“Mangkunegara IV, saat itu kan sebagai Adipati, jadi lebih luwes, kemudian mengajak penari wanita untuk memeragakan tarian itu. Karena itu pula, kumpulan naskah ini kemudian dianggap cocok sebagai MoW karena ada nilai kesetaraan gender di dalamnya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya