SOLOPOS.COM - Mendiang Wahyu Dian Silviani, 34, (kanan) dan rekannya Ika Feni Setiyaningrum. (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO — Wahyu Dian Silviani, 34, seharusnya menjalani wawancara untuk program beasiswa LPDP Kementerian Agama, Senin (28/8/2023) besok.

Wahyu Dian sebelumnya sudah menjalani tes bahasa Inggris dan mendapat skor 7,5, yang lolos untuk program kuliah di luar negeri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Namun takdir berkata lain. Impian Wahyu Dian untuk kuliah S3 Ilmu Lingkungan di Inggris terkubur bersama jasadnya di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (FEBI) UIN Surakarta itu meninggal dunia, diduga dibunuh oleh tukang yang merenovasi rumahnya di Desa Tempel, Gatak, Sukoharjo bernama Dwi Feriyanto, 23.

Fakta itu diungkapkan satu-satunya teman satu angkatan Wahyu Dian Silviani saat diterima sebagai PNS di UIN Surakarta tahun 2020, Ika Feni Setiyaningrum.

Selain teman satu angkatan, Wahyu Dian dan Ika Feni terlibat dalam lingkup kegiatan yang sama sehingga selalu bersama-sama.

“Jadwal beliau wawancara Senin besok tapi qadarullah beliau sudah berpulang lebih dulu,” ujar Ika Feni kepada Solopos.com, Minggu (27/8/2023).

Ika Feni mengungkapkan, ia dan Dian saling melengkapi dalam berbagai kegiatan di kampus.

Terutama, karena mereka dan sejumlah dosen lainnya mendapat tugas dari Rektor UIN untuk merintis pendirian Fakultas Ilmu Sains dan Teknologi.

Untuk keperluan itu pula, ia dan Dian lantas mengajukan beasiswa LPDP Kemenag untuk mengambil program doktoral.

“Akhir tahun kemarin beliau mengikuti program PPSL (Persiapan Studi Lanjut Luar Negeri) dari beasiswa BIB Kemenag bersama saya. Kami dinyatakan lolos. Mbak Dian ditempatkan di Jambi, saya di Bengkulu. Setelah mengikuti program tersebut saat ini bersama saya juga sedang proses mengikuti seleksi beasiswa BIB (LPDP Kemenag) untuk studi lanjut doctoral,” katanya.

Sama dengan sejumlah dosen lain, ia menampik tudingan tersangka Dwi Feriyanto, 23, bahwa Dian sering memaki-maki dan menyebut “tukang amatiran”.

Selama lebih tiga tahun berinteraksi, Ika Feni mengenang sosok Dian sebagai orang yang lembut dan sopan.

Menurut Ika Feni, tak hanya kepada sesama dosen Wahyu Dian juga ramah dan sopan kepada mahasiswanya.

“Banyak mahasiswa yang cerita. Beliau orang yang santun, tidak segan meminta maaf,” katanya.

Pernyataan Menyentuh

Sebelumnya, salah satu senior Wahyu Dian Silviani, 34, di UIN Surakarta, Septin Puji Astuti, menulis pernyataan menyentuh di akun Facebooknya, Sabtu (26/8/2023).

Septin menyebut sosok Dian berperangai halus dan sopan, jauh dari tudingan tersangka pembunuhnya, Dwi Feriyanto, 23, yang mengaku kerap dimaki sebagai tukang amatiran.

Septin memberi izin kepada Solopos.com untuk mengutip tulisannya di Facebook.

Dalam tulisan panjangnya itu, Septin menyebut Wahyu Dian meskipun berperangai halus namun merupakan sosok pekerja keras.

Dian yang berasal dari Mataram, NTB yang masih single itu tak kenal lelah dalam bekerja.

Bersama beberapa dosen lainnya termasuk Dian, Septin mendapat tugas menyiapkan fakultas baru di UIN Surakarta yakni Fakultas Saintek.

Untuk mendukung Fakultas Saintek, saat ini UIN Surakarta sudah membuka program studi baru yakni Ilmu Lingkungan.

Prodi Ilmu Lingkungan itu selaras dengan keilmuan Wahyu Dian yang merupakan alumnus Ilmu Lingkungan dari sebuah kampus di Australia.

“Dia salah satu andalan kami di Saintek. Dia yang selalu saya ikutkan project tim gerilya sementara teman-teman Saintek lain gerak di kerjaan lainnya,” lanjut Septin.

Septin yang sangat dekat dengan Dian sangat terpukul dengan kepergian putri sulung salah satu guru besar di Universitas Mataram, Hasil Tamzil itu.

Ia berjanji meneruskan perjuangan Dian hingga Fakultas Saintek terbentuk dan menerima banyak mahasiswa.

“Dian terima kasih banyak ya. Kerja kerasmu luar biasa. Terakhir saya geret dia ke pendirian Fakultas Sains dan Teknologi. Insyaallah saya kawal serius ini ya Dian, sesuai cita-citamu,” tulis Septin.

Septin juga membantah pernyataan tersangka Dwi Feriyanto yang mengaku nekat membunuh dosen UIN Surakarta itu karena sakit hati lantaran kerap dimaki-maki korban

“Saya bersaksi, Dian itu bicaranya halus banget. Sangat tidak mungkin dia memaki tukang apalagi sampai bilang tolol,” tandas Septin.

Bantahan terhadap pengakuan tersangka juga diungkapkan rekan-rekannya sendiri sesama tukang.

Sebagai informasi, tersangka dan tiga rekannya beberapa waktu terakhir bekerja merenovasi rumah milik Wahyu Dian.

Mereka menyebut Wahyu Dian sosok yang baik dan sopan.

“Kalau mau lewat saja pasti permisi dulu, orangnya sangat sopan dan baik. Saya juga tidak pernah melihat langsung bagaimana wajahnya. Biasanya hanya sekilas datang dan memakai masker,” ungkap tukang lain yang namanya tak ingin disebutkan saat berbincang dengan wartawan seusai diperiksa pihak kepolisian di Mapolsek Gatak, Sukoharjo.



Ia juga mengaku tak mengenal dekat pelaku karena baru 10 hari bekerja bersama.

Ia menceritakan di hari yang sama pada Kamis (24/8/2023) saat ditemukannya jenazah korban di kediamannya, pelaku mengaku sakit dan meliburkan diri.

Menurut cerita yang didengarnya, pelaku justru sempat membetulkan handphone milik korban yang dicuri.

Sementara itu Kasatreskrim Polres Sukoharjo AKP Teguh Prasetyo mengungkapkan pada Solopos.com tersangka baru kali pertama melakukan aksinya.

Dalam pantauan di lokasi jumpa pers, tersangka tampak tak menyesali perbuatannya. Ia juga lantang menjawab pertanyaan polisi.

Sementara itu, barang bukti yang disita kepolisian juga mengungkap kekejian pelaku.

Di antaranya segenggam rambut milik korban yang tercabut, kuku-kuku jari korban, bantal dan guling yang terdapat bercak darah hingga kasur yang menutupi jenazah korban.

Ada pula handphone dan laptop yang dicuri korban. Juga pakaian korban yang terdapat banyak darah.

Sementara kepolisian sempat tak menemukan pisau daging yang digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa korban. Pelaku sempat berupaya menghilangkan jejak agar tak tertangkap.



Namun polisi lebih cerdik ketimbang pemuda asal RT 002/RW 005, Dusun Taru, Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo tersebut dan berhasil menangkapnya.

Kurang dari 12 jam polisi berhasil menangkap pembunuh Wahyu Dian yang ternyata tukang bangunan yang dipekerjakan korban.

Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit juga mengungkapkan jika pelaku sempat membuang barang bukti berupa pisau daging berukuran 40cm tersebut di sungai. Pelaku juga sempat membakar pakaian yang dikenakannya saat melakukan aksi.

“Kami sudah menyisir sungai bersama sejumlah relawan untuk menemukan pisau tersebut. Baru ditemukan pada Jumat sore di Sungai Blimbing dekat rel kereta Stasiun Gawok. Sementara abu pembakaran bajunya ditemukan di sekitar TKP,” ungkap AKBP Sigit.

Baca Juga





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya