SOLOPOS.COM - Acara Sharing Sessions Menjadi Birokrat Berhikmat, digelar oleh Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) UNS, di Ruang Seminar Fisip UNS, Senin (25/3/2024). Pj Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi, yang menjadi salah satu pembicara di acara itu menyampaikan untuk menjadi birokrat berhikmat harus menaklukan dua hal, ketakutan dan kemalasan. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO–Untuk menjadi birokrat yang berhikmat, seseorang harus mampu menaklukan ketakutan dan kemalasan yang menghinggapi dirinya. Hal itu disampaikan oleh Pj Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi saat menjadi salah satu pembicara di acara Sharing Sessions Menjadi Birokrat Berhikmat, yang digelar oleh Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) UNS, di Ruang Seminar FISIP UNS, Senin (25/3/2024).

Timotius mengawali pembicaraannya dengan menyampaikan kuptipan atau quotes yang ia bikin sendiri. Ia juga mengaku bahwa kutipan itulah yang selalu menjadi pegangan sekaligus pendorongnya hingga menduduki jabatan Pj Bupati Karanganyar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Saya izin memulai dengan sebuah quotes yang saya bikin sendiri. Begini, ‘tak ada yang membatasi manusia, kecuali dua hal, yaitu ketakutan dan kemalasan’,” kata dia yang juga merupakan alumnus MAP UNS 2003.

Ia kemudian menjelaskan kalau dua hal itu tidak sanggup dihadapi oleh seseorang, niscaya orang itu tidak akan pernah maju alias diam di tempat seperti kebanyakan orang lainnya.

Caranya, lanjut dia, adalah dengan menciptakan satu harapan yang mampu mengikat seseorang untuk terus melawan ketakutan dan kemalasan. Selain itu kesadaran kapan harus ngerem atau merespon rasa takut serta kapan harus ngegas keinginan-keinginan yang muncul.

“Saya bukan berarti tidak memiliki rasa takut, justru rasa takut itu bagi saya penting sebagai penanda kalau saya atau kita masih manusia. Namun, kalau kalah dengan rasa takut maka kita tidak akan pernah jadi apa-apa,” kata dia.

Rasa takut dan malas mengambil risiko bisa muncul, menurut dia, karena banyak orang merasa takut sengsara. Di saat yang bersamaan, orang-orang itu juga inginnya mengejar kesenangan semata.

Lebih lanjut, kepada peserta sharing sessions yang mayoritas merupakan mahasiswa MAP UNS itu, dia menyampaikan bahwa politik dan administrasi publik itu tidak ada batasnya. Semua bidang dalam kehidupan bermasyarakat pasti terdampak oleh kegiatan politik.

Timotius menjelaskan bahwa sejak seorang anak lahir, ia otomatis menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi makhluk sosial. Yang mana makhluk sosial itu, lanjut dia, pasti membutuhkan bantuan dari orang lainnya.

“Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan bantuan dari yang lainnya. Tarzan pun dibantu oleh hewan dan tumbuhan yang ada disekitarnya,” jelas dia yang kemudian disambut tawa peserta sharing sessions.

Untuk mengatur makhluk sosial itu, menurut dia, dibutuhkan politik. Dia juga memberi contoh pada bidang hukum, misalnya, yang mengikat seluruh masyarakat juga merupakan produk politik.

“Dan setiap produk politik pasti ‘berwarna’. ‘Warna’ itu bisa diganti 5 tahun sekali. Dan apakah produk politik itu cerminan dari keinginan rakyat? Belum tentu,” kata dia.

Timotius juga membagikan tip dan trik untuk menjadi birokrat berhikmat. Setidaknya, menurut dia ada lima hal yang harus ada di dalam diri calon birokrat. Di antaranya, bisa dipercaya, punya nilai tambah dalam diri, sikap yang menyenangkan semua pihak agar tidak mendapat tuduhan hanya ingin mencari muka di depa atasan, mampu dikenal oleh orang yang tepat, serta memantaskan diri dengan cara meningkatkan kapasitas diri.

Ia tidak menampik bahwa menjadi birokrat bukan hal yang mudah walaupun sudah memenuhi lima hal itu. Sebab, dibutuhkan keberanian mengambil risiko yang besar dan hal itu juga biasanya membuat seseorang menjadi tidak independen.

“Meminjam istilah dari Bambang Pacul [politikus PDIP], untuk melenting, butuh galah. Dan galah itu gak gratis. Butuh keseimbangan integritas,” kata dia.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UNS, Ismi Dwi Astuti, dalam sambutannya menyampaikan digelarnya acara sharing sessions itu bertujuan agar mahasiswa serta alumnis Fisip UNS secara umum serta mahasiswa MAP UNS secara khsus mendapat pelajaran bagaimana mengelola serta mengimplementasikan kebijakan publik.

“Para mahasiswa, galih lah sebanyak mungkin ilmu dari Pak Timotius yang merupakan Pj Bupati Karanganyar sekaligus alumnus MAP UNS,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya