Soloraya
Senin, 6 November 2023 - 10:48 WIB

Menjamur di Mana-mana, Mengulik Keunikan Teh Solo yang Terkenal Ginastel

Nugroho Meidinata  /  Chelin Indra Sushmita  /  Nugroho Meidinata  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deretan gerai es teh jumbo di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Jl. Garuda Mas, Kamis (9/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kedai teh dengan branding nama Kota Solo, Jawa Tengah, mulai menjamur di berbagai daerah di Indonesia karena teh dari Kota Bengawan ini dipercaya memiliki keunikan tersendiri.

Berbicara Kota Solo, tentu tak bisa lepas dengan kulinernya dan salah satu yang legendaris hingga sekarang adalah minuman teh racikan yang memiliki rasa ginastel, akronim dari legi, panas, dan kenthel. Dalam bahasa Indonesia diartikan manis, panas, dan kental. Selain ginastel, teh dari Solo juga terkenal akan wangi dan sepat.

Advertisement

Bahkan, saking terkenalnya, teh dari Solo disebut-sebut sebagai jantung kuliner dari kota kelahiran Jokowi tersebut. “Kalau di Solo itu parameter warung atau restoran enak bukan cuma dari makanannya saja, tapi juga tehnya. Kalau tehnya enak, pasti makanannya enak,” ujar pelaku bisnis teh racikan khas Solo, Blontak Poer saat dihubungi Solopos.com pada 2021 lalu.

Dengan keunikan cita rasa yang khas itu, tak ayal kedai teh dengan embel-embel nama Solo menjamur di berbagai daerah. Tujuannya yakni untuk menarik daya beli masayrakat.

Keunikan teh dari Solo bukan hanya soal cita rasanya saja, melainkan tradisi di Keraton Solo. Konon, tradisi ini bukanlah kultur asli, tetapi dipengaruhi orang Belanda pada masa kolonial.

Advertisement

Hal itu diketahui dari kesaksian masyarakat pesisir Jawa yang blak-blakan mengaku mengikuti tata cara masyarakat kolonial Belanda dalam hal minum teh, seperti dilakukan keluarga Kartini. Catatan ini ditulis oleh Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah diizinkan untuk dikutip Solopos.com pada Minggu (12/12/2021).

Kala itu, teh biasa disajikan dalam poci yang disandingkan dengan gula, susu, serta kudapan lokal maupun kue tradisional Belanda. Penulis Sejarah Wisata Kuliner Solo itu juga mengatakan teh selalu disajikan di setiap acara jamuan makan keluarga bangsawan dalam tradisi kerajaan Jawa, seperti dilakukan di Kadipaten Mangkunegaran. Paku Buwono X tercatat pernah beberapa kali menjamu Raja Siam dari Negeri Gajah Putih (Thailand) dengan secangkir teh dengan cara yang amat santun.

Tak hanya cita rasa dan budaya yang lekat dengan Keraton Solo, teh dari Kota Solo juga diracik secara oplosan. Hal ini menjadi nilai tambah sendiri bagi penikmat dan pecinta teh.

Advertisement

Mengutip laman resmi Pemkot Solo, teh yang dihasilkan di Kota Solo mempunyai aroma dan rasa autentik yang berasal dari oplosan berbagai merek teh tertentu.

Meskipun dominan teh yang digunakan adalah teh melati, tetapi juga dicampur dengan teh lainnya. Untuk mendapatkan rasa yang pas, diperlukan 3 (tiga) merek yang berbeda dalam sebuah racikan teh.

Oplosan dari merek-merek teh tersebut mampu menghasilkan warna teh yang lebih cokelat dan pekat. Ini menjadi daya tarik sendiri bagi siapa pun yang ingin mencobanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif