SOLOPOS.COM - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yohana Yembise, berkunjung ke Karanganyar, Jumat (25/11/2016). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Menteri Yohana berkunjung ke Karanganyar dan berdiskusi musik dengan pelajar.

Solopos.com, KARANGANYAR –Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, Jumat (25/11/2016), menghadiri salah satu program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu Diskusi Musikal Bersama Lindungi Anak (Berlian) di Gedung Wanita Karanganyar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ratusan pelajar SMP dan SMA/SMK di Karanganyar mengikuti diskusi musikal yang dipandu grup band Sister In Danger dari Jakarta. Diskusi tentang anak, perempuan, kekerasan terhadap anak dan perempuan dipadukan dengan pertunjukan musik.

Band project untuk kampanye setop kekerasan terhadap anak dan perempuan itu beranggotakan JP Millenix (finalis Indonesia Mencari Bakat pada drum), Gede Bagus (finalis X-Factor Indonesia pada vokal), Qoqo (gitaris SHE), Arnie (bassist SHE), Satria Landika (keyboard). Diskusi itu menghadirkan M. Berkah Gamulya  sebagai pemateri.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan program itu sebagai bentuk upaya menurunkan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan. Selain isu tawuran yang akan dilakukan anak SD di Semarang, Yohana juga berkomentar tentang isu penculikan anak yang marak belakangan ini.

Isu itu tersebar melalui media sosial. Dia berharap keluarga mengambil peran penting melindungi anggota keluarga terutama anak-anak.

Perempuan berkacamata itu tidak habis pikir banyak kejahatan menimpa anak-anak. Padahal, dahulu tidak ada kejahatan seksual, fisik, emosi yang menimpa anak-anak seperti kasus yang terjadi akhir-akhir ini. Dia menduga kejadian itu karena pengaruh teknologi.

“Saya pikir karena perubahan ilmu pengetahuan. Teknologi menyebabkan anak terpengaruh. Zaman kami dahulu enggak seperti itu. Sekarang ini adalah dampak dari perubahan teknologi,” tutur dia.

Yohana menekankan penyelesaian menggunakan pendekatan kekeluargaan dan pembinaan. Oleh karena itu, kementerian berkepentingan menguatkan masyarakat.

Salah satu cara adalah kementerian akan membuat RUU Pengasuhan Keluarga. Isinya, keluarga harus dibekali tanggung jawab, mengawasi tumbuh kembang, memastikan hak anak dipenuhi, dan lain-lain.

Saat diskusi musikal itu, pemateri M. Berkah Gamulya, memaparkan sejumlah data kekerasan terhadap anak dan perempuan. Persentase kekerasan pada anak sebanyak 42% pada 2012 kemudian meningkat menjadi 62% pada 2015.

Kementerian mendata jumlah kasus kekerasan di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 3.971 kasus. Angka itu diperoleh berdasarkan pemberitaan di media online. Persentase kekerasan didominasi kekerasan seksual sebanyak 51%, sisanya kekerasan fisik 30% dan emosi 19%.

Kekerasan terhadap anak dan perempuan paling banyak terjadi di lingkungan sosial, yaitu 56% dan sisanya di rumah dan di sekolah. Data lain menyebutkan kekerasan berawal dari pertemanan online sebanyak 38%.

Sementara itu, Bupati Karanganyar, Juliyatmono, berharap seluruh warga mau berperan serta bersama Pemkab untuk melindungi dan mencerdaskan anak. Menurut dia, generasi muda adalah modal membangun bangsa.

“Anak itu adalah modal membangun Indonesia. Dan jangan lupa memuliakan ibu karena itu sama dengan kecintaan kepada Tuhan. Slogan Berlian [Bersama Lindungi Anak] ditambah Permata [perempuan masa depan kita],” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya