SOLOPOS.COM - Para narasumber berfoto bersama dengan Wakil Bupati Sragen Suroto dan Ketua DPRD Sragen Suparno seusai Talkshow Nyengkuyung Soloraya #2 di Pendapa Sumonegaran Rumdin Bupati Sragen, Selasa (30/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu).

Solopos.com, SRAGEN — Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 100 megawatt di Waduk Kedung Ombo (WKO) oleh PLN Indonesia Power 2024 mendorong Kabupaten Sragen untuk terus berbenah.

Bupati menginginkan Sragen memiliki kekhususan yang kemudian menjadi branding daerah. Kekhasan Sragen tersebut bisa jadi perpaduan antara pertanian dan industri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Keinginan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati itu menjadi pemantik dalam Talkshow Nyengkuyung Soloraya #2 dengan tema Gotong-royong Nyawiji Kanggo Sukowati yang dihelat Solopos Media Group di Pendapa Sumonegaran Rumah Dinas Bupati Sragen, Selasa (30/5/2023).

Ketua DPRD Sragen Suparno menangkap pemikiran Bupati itu dengan tetap mempertahankan Sragen sebagai lumbung pangan nasional.

Suparno melihat masih banyak lahan yang kurang produktif supaya dapat diolah menjadi produktif. Dia mengungkapkan ada juga beberapa lokasi yang sudah dilirik investor dengan harapan bisa mendatangkan asas kemanfaatan bagi masyarakat.

Bupati Yuni ingat pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa daerah harus memiliki kekhususan.

“Apa sih yang harus dituju Sragen. Kalau di Makasar itu dikenal sebagai Kota Makan Enak. Nah, Sragen ini brandingnya apa? Untuk suportnya jelas dari sektor pertanian dan industri. Pertanian menjadi utama, bagaimana proses menanam kemudian didukung dengan adanya ricemill. Produk pertanian diolah sedemikian rupa, ada pabrik tepung beras, sehingga investasi di Sragen di arah ke sana,” ujar Yuni, sapaan Bupati.

Penjelasan Yuni itu mengarahkan Sragen menuju Kota Beras karena potensi terbesar di Sragen adalah tanaman padi atau sawah. Potensi beras itu kemudian diarahkan menuju ke industrialisasi pertanian.

Perum Bulog di wilayah Soloraya dibawah Pimpinan Cabang Bulog Surakarta Andy Nugroho siap menyerap semua produk gabah dari petani. Bahkan Andy berani menjamin Bulog bisa menyerap gabah petani seoptimal mungkin mengingat Bulog sudah memiliki MRMP di Masaran, Sragen.

“Tengkulak dan pengijon menjadi tantangan tersendiri. Akses kami ke bawah tidak bisa langsung. Kami menginginkan bisa langsung ke kelompok tani dan dinas. Saat panen raya para petani bisa berkoordinasi dengan kami. Untuk harga tentunya mengikuti harga pasar saat itu sehingga bersaing,” katanya.

Corporate Secretary FKS Food, Michael H. Hadylaya, menangkap keinginan Bupati dengan mengusulkan branding Sragen sustainable rice industry atau industri beras berkelanjutan.

Dia juga menerangkan FKS Food saat ini menerapkan sustainable food industry atau industri pangan berkelanjutan.

“Kenapa saya memilih pangan berkelanjutan karena kami melihat agenda ke depan secara global. Ketika perbankan itu mengucurkan dana pinjaman, maka saya bisa kemana, proyek apa, dan potensi yang dimiliki swasta menjadi gayung bersambut. Pilihan itu saya rasa menjadi kolaborasi yang win-win solution bagi semua pihak,” jelas dia.

Konsep berkelanjutan ini, bagi Micahel, bukan di awang-awang karena modalnya ada, yakni sumber daya manusia dan air yang berlimpah.

Di sisi lain, sektor pariwisata Kabupaten Sragen juga berbenah. Kepala Badan Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Iskandar Mulia Siregar, membenahi manajemen Sangiran dengan mulai mengubah kelembagaan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

“Dengan reorganisasi melalui BLU ini diharapkan akan mendapat kucuran dana besar sehingga bisa mengembangkan Sangiran sebagai sarana berekreasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya