SOLOPOS.COM - Nasi gablok Karanganyar. (Solopos/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR – Masyarakat Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya tak asing lagi dengan nasi gablok. Nasi ini sudah dikonsumsi mereka sejak lama secara turun temurun. Dulu, nasi ini disediakan pada saat warga punya acara atau hajat tertentu.

Dari penampilannya, nasi gablok tampak seperti nasi biasa, namun warnanya agak sedikit kekuningan/kehijauan karena menyerap warna daun pisang pembungkusnya saat dikukus. Rasanya gurih dan lebih nikmat saat dinikmati dalam keadaan hangat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Biasanya, nasi ini dipadukan dengan bothok, makanan kukusan khas yang bisa dijumpai di banyak daerah di Jawa. Hingga sekarang nasi gablok masih bisa dinikmati dan tak harus menunggu warga punya hajat. Sebab, sekarang sudah ada warga yang menjualnya.

Baca Juga: Karanganyar Punya Sekolah Sepak Bola Anyar, Punya 120 Siswa

Susi, 51, warga Dukuh Imoroto, Desa Berjo adalah salah satu pembuat nasi gablok yang menjualnya ke warung-warung di desa tersebut. Harganya juga terbilang murah, yakni Rp2.000 per bungkus seukuran nasi kucing di warung hik/angkringan. Sedangkan untuk harga bothok juga sama, yakni Rp2.000 per bungkus. Jadi untuk menikmati satu set makanan ini, pembeli cukup merogoh kocek Rp4.000.

Saat ditemui di sela-sela Festival Desa Budaya di Desa Berjo, Sabtu (12/11/2021), Susi mengatakan bahwa nasi gablok ini dibuat dari bahan-bahan dan cara yang sederhana. Bahan tersebut adalah beras, santan, dan garam. Cara membuatnya, ketiga bahan tersebut direbus hingga airnya mengering. Setelahnya, nasi dimasukkan ke daun pisang dan dikukus selama sekitar 30 menit.

“Beras, santan, dan garam direbus sampai asat [mengering]. Lalu ditempatkan di daun pisang lalu ditutup dan dikukus sampai matang, sekitar setengah jam,” ujarnya.

Sedangkan bothok dibuat dengan bahan petai cina, daun melinjo, kelapa parut dan tempe busuk (tempe kelewat matang) dan dicampur dengan bumbu-bumbu. “Bumbunya bawang putih, bawang merah, cabai rawit, kemiri dan garam. Kalau bahan dan bumbu sudah dicampur, lalu ditempatkan di daun pisang lalu dikukus,” ujarnya.

Gurih

Sementara itu, saat Solopos.com mencoba nasi ini, rasanya memang enak dan gurih. Rasa ini semakin bertambah karena dimakan saat masih panas dan cuaca di sana mendung/gerimis. Sedangkan bothoknya juga terasa enak dengan aroma tempe busuk (tempe kelewat matang) yang lumayan kuat.

Sementara itu, salah satu penikmat nasi gablok asal Karanganyar, Aguswadi mengatakan makanan tersebut memang enak sekaligus bernuansa tradisi. “Nasi gablok ini enak dan masih tradisional karena dibungkus dengan daun dan lauknya juga makanan tradisional, bothok. Apalagi makan di pinggir telaga, rasanya lebih nikmat,” ujarnya setelah menikmati nasi gablok di tepi telaga yang disajikan gratis pada festival tersebut.

Baca Juga: Apa Sih Truk Vibroseis, Mobil Aneh yang akan Lintasi Gondangrejo?

Di sisi lain, meski sudah menjadi makanan khas, namun belum ada warung khusus yang menyediakan menu nasi gablok, termasuk di lingkungan Telaga Madirda ini. Peminat dapat memperolehnya di warung-warung jajanan pinggir jalan.

Sementara itu, Kepala Desa Berjo, Suyatno mengatakan pihaknya sudah berencana membuat stan khusus makanan tradisional di lokasi wisata Telaga Madirda. “Memang salah satu makanan khas daerah sini adalah nasi gablok. Kami sudah merencanakan melalui BUMDes untuk membuat stan makanan-makanan tradisional supaya masyarakat luar atau wisatawan juga tahu makanan khas di sini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya