SOLOPOS.COM - Bekas jalur rel KA membelah permukiman di Bauresan, Kelurahan Giritirto, Wonogiri. Foto diambil Senin (24/4/2023). (Solopos/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLO — Pada masa lalu, tepatnya sebelum ada Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang dibangun pada 1980-an, wilayah Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Baturetno dihubungkan dengan jalur rel kereta api (KA).

Kereta api tersebut menjadi alat transportasi andalan baik bagi pekerja, pedagang, maupun pelajar dari Baturetno yang beraktivitas di pusat kota Kabupaten Wonogiri. Namun, kini jalur rel itu sudah tenggelam di dasar perairan WGM.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hanya tersisa penggal rel yang kawasan permukiman dekat waduk yang tidak ikut tergusur menjadi daerah genangan. Misalnya di wilayah Bauresan, Kelurahan Giritirto, Wonogiri, tak jauh dari Stasiun Wonogiri.

Beberapa sisa penggal rel kereta jalur KA Wonogiri-Baturetno yang pernah aktif itu masih tertanam di kompleks lahan milik PT KAI sampai saat ini. Penggal rel kereta tersebut menjalar beriringan di sepanjang jalan rabat beton dua jari kompleks perumahan warga Bauresan.

Penggal rel juga terlihat jelas di samping bangunan tembok rumah warga yang jaraknya cukup berdekatan. Kompleks perumahan warga yang sederhana di lahan KAI itu berhias penggal rel yang panjangnya kurang lebih 20 meter.

Rumah warga ini juga berdampingan dengan bangunan-bangunan tua milik KAI seperti gudang lokomotif atau tempat kereta. Namun, lapisan tembok yang mengelupas dan atap seng yang berkarat membuat bangunan gudang tampak menyeramkan.

Sejumlah penggal rel yang ada ini mengarah ke gudang-gudang lokomotif. Salah satu warga yang menghuni Bauresan, Supardi, mengaku sudah tinggal di wilayah itu sejak 1980-an.

jalur ka wonogiri
Bekas jalur rel KA membelah permukiman di Bauresan, Kelurahan Giritirto, Wonogiri. Foto diambil Senin (24/4/2023). (Solopos/Nova Malinda)

Supardi meminta izin terlebih dahulu kepada PT KAI sebelum mendirikan bangunan sementara di lahan milik negara. “Sudah sejak 1980-an, penduduk setempat mulai menempati lahan ini,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya, pada Senin (24/4/2023).

Supardi menjelaskan sebagian jalur rel KA Wonogiri-Baturetno di kompleks permukiman tempatnya tinggal kini sudah hilang. Rel tersebut diambil PT KAI sejak jalur rel ke Baturetno tidak difungsikan lagi.

Terdampak WGM

Sementara sisa penggal rel yang ada hanya mengarah ke gudang-gudang lokomotif. “Jalur kereta ke Baturetno tidak aktif karena pertama, mungkin ke arah sana sudah tidak bisa. Jalur relnya itu melewati Waduk Gajah Mungkur. Jadi kan tertutup,” ucapnya.

Supardi mengatakan jalur rel KA mulai ditutup saat terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur (WGM) sekitar 1978. Semenjak saat itu, jalur kereta Wonogiri-Baturetno sepanjang kurang lebih 20 kilometer tidak beroperasi lagi.

Adapun rel-rel yang tenggelam di waduk bisa kelihatan saat air waduk surut atau mengering. Jalur rel yang tenggelam itu diperkirakan sepanjang 10 km di wilayah Kecamatan Nguntoronadi.

Sementara jalur rel KA Wonogiri-Baturetno sepanjang 10 km lainnya melalui WGM sebagian hilang. Dari catatan Solopos.com, operasional KA rute Stasiun Purwosari Solo-Stasiun Baturetno dimulai pada 1 Oktober 1923 oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Pada 1945 hingga 1970-an, operasional dilanjutkan oleh Djawatan Kereta Api (DKA)/Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA)/Perusahaan Jawatan Kereta Api (PNKA).

Jalur kereta api (KA) Wonogiri-Baturetno tak hanya menjadi andalan pedagang dan pelajar sebelum berhenti beroperasi pada 1978, tapi juga saksi kejayaan tambang batu gamping di Gunung Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya