SOLOPOS.COM - Perajin gitar Baki Sukoharjo. (Istimewa/solosae.com)

Solopos.com, SUKOHARJO — Di Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Sukoharjo terdapat sebuah kampung unik di mana mayoritas warganya berprofesi sebagai perajin gitar.

Tak heran bila daerah itu sering mendapat sebutan sebagai Kampung Gitar Baki. Kampung ini juga sudah dijadikan sebagai sentra industri gitar oleh Disperindag Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dilansir dari kemenparekraf.go.id, sejak 1975 hampir 90% warga yang tinggal di Kampung Gitar Baki Sukoharjo sudah menggantungkan hidupnya dengan membuat gitar.

Konon, bertahannya Kampung Gitar Baki, Sukoharjo menjadi desa wisata dan sentra gitar berawal dari pemberdayaan masyarakat yang selalu mengedepankan kearifan lokal.

Sudah melegendaris, keahlian para perajin tentu tidak dapat diragukan lagi. Mereka menciptakan berbagai jenis alat musik petik sesuai kebutuhan pasar. Mulai dari gitar klasik, gitar akustik model tanduk, ukulele, mandolin, hingga rebab diproduksi dengan kualitas terbaik.

Melansir dari kanal YouTube Espos Indonesia, beberapa pelaku usaha gitar di kampung Mancasan belajar dari pengalamannya sendiri yang kemudian merintis usaha di Sukoharjo ini.

Hal itu seperti yang dilakukan Insyaf Damaiyanto, salah satu perajin gitar Mancasan yang memulai minatnya saat kuliah di Jogja sambil berjualan gitar lalu membuka toko di sana. Baru kemudian ada inisiatif untuk membuka toko di Sukoharjo karena lebih dekat dengan perajin-perajinnya.

Ada juga beberapa yang belajar dari usaha turun-menurun dari keluarganya. Setiap usaha gitar punya kelebihan masing-masing terhadap produknya. Semua aspek yang diutamakan mulai kualitas fisik, suara yang dihasilkan, hingga harga selalu diperhatikan agar dapat bersaing dengan produk luar.

Untuk mewujudkan aspek tersebut tentu punya tantangan tersendiri dalam pembuatannya. Misalnya untuk produksi gitar dengan kualitas suara yang bagus, hal tersulit saat membuat bagian bodinya.

Begitupun untuk kestabilannya, finishing-nya juga perlu kehati-hatian yang tepat. Jadi untuk perbedaan suara gitar tergantung pada spesifikasi bodi jenis kayunya, beda kayu beda pula suaranya.

Tak sedikit dari para perajin juga mengeluhkan produknya belum mampu bersaing dengan produk luar karena terbatasnya media promosi. Yang paling dirasakan dampaknya oleh perajin adalah setelah adanya pandemi Covid-19.

Omzet menurun karena persaingan yang lebih ketat dengan produk luar. Marketingnya pun semakin sulit jika hanya bergantung pada media online.

Para perajin gitar Mencasan juga berharap agar pemerintah memberikan wadah bagi semua perajin gitar di sini untuk menyalurkan hasil produksi mereka. Diharapkan juga pemerintah dapat meng-handle bahan baku gitar agar kesejahteraan bisa merata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya