Soloraya
Jumat, 28 Januari 2022 - 21:34 WIB

Menyusut 6.391 Ton, Alokasi Pupuk Subsidi NPK di Wonogiri 34,43 Persen

Rudi Hartono  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pupuk NPK Phonska. (Istimewa/Dokumentasi PT Petrokimia Gresik)

Solopos.com, WONOGIRI—Kabupaten Wonogiri pada 2022 ini mendapat alokasi awal pupuk bersubsidi jenis NPK Phonska sebesar 17.752 ton atau 34,43 persen dari rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

Alokasi itu menyusut 6.391 ton dibanding alokasi terakhir pupuk bersubsidi jenis yang sama pada 2021. Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Wonogiri akan meminta tambahan alokasi.

Advertisement

Sebagai informasi, pupuk NPK Phonska atau biasa disebut NPK menjadi pilihan petani karena memiliki sejumlah unsur hara makro yang bermanfaat bagi tanaman pangan, seperti padi. Unsur hara makro yang terkandung, yakni nitrogen (N), phospor (P), kalium (K), dan sulfur (S).

Baca Juga: Kartu Tani Belum Familiar, Penyaluran Pupuk Bersubsidi Wonogiri Rumit

Advertisement

Baca Juga: Kartu Tani Belum Familiar, Penyaluran Pupuk Bersubsidi Wonogiri Rumit

Pupuk NPK bersubsidi kandungan unsur hara makronya, meliputi N 15, P 10, K 12. Manfaatnya, seperti membuat tanaman lebih hijau dan segar, memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, memacu pembentukan bunga, mempercepat panen, dan menambah kandungan protein.

Data yang Solopos.com peroleh dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Jumat (28/1/2022), kebutuhan pupuk bersubsidi NPK yang tertuang dalam RDKK setiap tahun paling tinggi. Penebusan atau serapannya pun maksimal.

Advertisement

Baca Juga: Kompleks, Masalah Pupuk Bersubsidi di Wonogiri Belum Terurai

Kepala Bidang (Kabid) Sarana Prasarana (Sarpras) Dispertan Pangan Wonogiri, Giyanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat, menyampaikan alokasi tersebut masih sementara. Dia tak memungkiri alokasi NPK tahun ini lebih kecil dari alokasi tahun-tahun sebelumnya.

Dibanding alokasi terakhir 2021, alokasi NPK 2022 menyusut lebih dari 6.000 ton. Pihaknya akan meminta tambahan alokasi atau realokasi, terutama jenis NPK, ketika rapat koordinasi (rakor) tentang pupuk bersubsidi di tingkat provinsi mendatang.

Advertisement

Menurut Giyanto, alokasi NPK 2022 berpeluang bertambah. Berkaca pada 2021 lalu alokasi terakhir NPK bertambah, meski hanya 100 ton. Dia meyakini, alokasi pupuk jenis lain mencukupi. Hal itu becermin pada serapan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Terkait Kelangkaan Pupuk, Begini Penjelasan Dinas KUKM dan Perindag Wonogiri

Harga Murah

Selama tiga tahun terakhir serapan urea berkisar 25.000 ton-26.000 ton. Pada 2021 alokasi terakhir urea tercatat 28.213 ton terserap 24.226 ton atau 85.87 persen, masih tersisa 3.987 ton. Sementara, alokasi awal urea 2022 ini tercatat 27.179 ton.

Advertisement

“Petani menggunakan NPK karena banyak keuntungannya. NPK adalah pupuk majemuk. Menurut petani memakai NPK lebih praktis dan efisien dari sisi tenaga dan ekonomi,” kata Giyanto.

Dia berharap jika alokasi pupuk bersubsidi yang diperoleh dinilai kurang, petani bisa mencukupi kebutuhan menggunakan pupuk nonsubsidi. Namun, fakta di lapangan petani masih sangat mengandalkan pupuk bersubsidi lantaran harganya jauh lebih murah dari pada harga pupuk nonsubsidi.

Baca Juga: Kepala Dispertan Beri Penjelasan soal Sinyal Pupuk Langka di Wonogiri

Terpisah, petani warga Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Rusdiyanto, mengatakan alokasi pupuk bersubsidi setiap tahun tidak bisa memenuhi RDKK. Alokasi yang diperoleh selalu kurang.

Dia mencontohkan, dalam 1 hektare (ha) membutuhkan lebih kurang 5 kuintal pupuk. Namun, faktanya alokasi yang diterima hanya lebih kurang 300 kg atau 3 kuintal.

Hal itu yang selalu membuat masalah selalu muncul di lapangan. Belum lagi stok pupuk bersubsidi di tingkat kios pupuk lengkap (KPL) tak selalu ada saat dibutuhkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif