Soloraya
Jumat, 4 September 2020 - 05:00 WIB

Merantau Ke Solo, Joni Jadi Bandar Judi Bola Sejak Mahasiswa, Ternyata Ini Alasannya

Ichsan Kholif Rahman  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Judi (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO -- Praktik Joni sebagai bandar judi sepak bola offline Kota Solo tidak berumur panjang. Mengawali praktik itu pada 2016 saat masih menjadi mahasiswa, Joni harus menyerah dengan gempuran judi online yang marak akhir-akhir ini.

Kepada Solopos.com yang menemuinya, Kamis (3/9/2020), Joni bercerita awal mulanya ia kenal dengan dunia perjudian. Jauh sebelum pindah ke Solo dan menjadi bandar judi bola, Joni yang tumbuh dan besar di daerah pelosok sudah akrab dengan dunia perjudian.

Advertisement

Lelaki berusia 26 tahun itu sejak kecil sudah terbiasa melihat orang main judi. Saat masih SMP dan SMA, Joni pun sering kali menjadi pemain judi. Ia menceritakan judi kelas pelajar cukup mudah, berbeda dengan saat jadi bandar judi bola setelah pindah ke Solo.

Tepis Spekulasi, Purnomo Restui Gibran-Teguh Sebagai Cawali-Cawawali Pilkada Solo

Saat sekolah, ia menjadi bandar judi tebak koin, tebak jumlah sedotan, hingga yang paling tak masuk akal tebak jumlah keramik setiap lorong sekolah.

Advertisement

Padaa setiap perjudian ia selalu menjadi bandar, sangat jarang bermain sebagai pemasang. Hingga akhirnya, saat kuliah ia memutuskan membuka perjudian sepak bola darat (offline).

Kebutuhan Hidup

Bukan tanpa alasan ia menjadi bandar judi bola begitu merantau ke Solo. Tuntutan kebutuhan sebagai perantau sangat tinggi ketimbang kehidupan pelosok. Semester pertama hingga keempat ia menyadari kebutuhan hidup semakin besar.

Pernah Kelola Bisnis Miliaran Rupiah, Pimpinan Gondhez's Solo Kini Jualan Burung

Advertisement

Tak mau membebani orang tuanya, dengan berbekal pengalamannya ia mendeklarasikan diri sebagai bandar judi bola. Meski masih mahasiswa, dalam sehari belasan juta rupiah hingga puluhan juta rupiah masuk ke kantongnya.

Bahkan, saat weekend Joni bisa meraup Rp50 juta. Namun, ia hanya menerima pemasang yang ia kenal. "Tidak ada ceritanya bandar kok kalah, kalaupun kalah paling hanya sekali dua kali," paparnya.

Kendati untungnya terbilang besar, Joni mengaku tidak tergiur lagi untuk menjadi bandar judi bola di Solo. "Kalau saya boleh berpesan, sudah jangan berjudi lagi. Pemasang tidak akan menang dan bandar selalu menang. Banyak hal dalam perjudian termasuk psikologis [yang terdampak]," kata Joni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif