SOLOPOS.COM - Ank-anak di Deles, Kemalang, Klaten menggunakan gerobak mengambil air bersih di permukiman. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Ank-anak di Deles, Kemalang, Klaten menggunakan gerobak mengambil air bersih di permukiman. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Ank-anak di Deles, Kemalang, Klaten menggunakan gerobak mengambil air bersih di permukiman. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Untuk mendapatkan air bersih, warga rela menunggu abu dan pasir mengendap ke dasar kolam penampungan air hujan (PAH). Hal itu dilakukan menyusul keruhnya air di PAH milik warga akibat hujan abu yang terjadi pada Senin (22/7/2013) lalu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Salah satu warga Deles, Sidorejo, Cipto Marsono, 50, mengatakan saat terjadi hujan abu, dirinya lupa menutup saluran air dari genteng rumahnya ke dalam kolam PAH. Akibatnya, air hujan yang mengandung abu vulkanis masuk ke dalam kolam PAH berukuran 2 meter (m) x 5 m yang belum sempat dia tutup.

“Dulu karena panik, pukul 04.30 WIB pada Senin itu pokoknya langsung lari dahulu, jadi tidak sempat memikirkan air di rumah,” jelasnya saat ditemui Solopos.com, Kamis (25/7/2013).

Dia baru teringat saat pulang ke rumah dan air di kolam miliknya telah bercampur pasir dan abu. Meski demikian, pada Kamis kemarin dirinya sudah bisa menggunakan air dari kolam PAH miliknya, baik untuk keperluan konsumsi sehari-hari maupun untuk ternak.

Berdasarkan pantauan, Kamis, ada juga warga yang mengambil air bersih dari kolam penampungan yang ada di Karang, Sidorejo. Kolam penampungan berukuran 1,5 m x 1,5 m dan tinggi 2 m itu berisi air bersih yang berasal dari Bebeng, Sleman, Yogyakarta. Kolam itu menjadi salah satu sumber air bersih yang bisa dimanfaatkan sekitar 43 kepala keluarga (KK) yang ada di Karang.

Kepala Desa (Kades) Sidorejo, Jemakir, mengatakan hingga Kamis siang kemarin bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten belum tiba.
“Padahal, masalah air kami masih butuh karena dampak hujan abu menimbulkan pencemaran. Untuk mendapatkan air, warga harus mengendapkan abu dan pasir dalam kolam PAH,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis.

Dia membenarkan untuk konsumsi warga sehari-hari, air bersih masih mencukupi. Namun, kebutuhan air untuk 1.735 ekor sapi potong dan 253 ekor sapi perah yang ada di Sidorejo dinilai masih kurang.

Dia mengungkapkan rencana pemberian air bersih dari BPBD masing-masing 10 tangki air bersih di empat desa di Kemalang belum mencukupi kebutuhan. Di Sidorejo, sambungnya, ada lebih dari 5.000 jiwa dari 10 RW/ 28 RT. Jika bantuan kurang, dia mengkhawatirkan terjadi gejolak di antara masyarakat.

Selain itu, bantuan pakan ternak dari BPBD juga belum turun hingga Kamis siang kemarin. Untuk sementara, ada sebagian warga yang nekat memberi pakan ternak dari rumput di lereng Merapi yang masih mengandung abu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya