SOLOPOS.COM - Pertunjukan Orkestra musik dari siswa SMK Negeri 8 Solo membawakan lagu Bengawan Solo saat acara Gesang Day di Jl Bedoyo, Kemlayan, Solo, Minggu (1/10/2023). Acara memperingati hari lahir maestro keroncong Gesang ke-106 tahun tersebut diikuti segenap keluarga besar dan puluhan warga sekitar dengan menampilkan pertunjukan musik, Pameran Memorabillia Gesang, dan Pameran Arsip dan Foto Gesang sebagai bentuk penghormatan terhadap karya-karya Gesang. (Solopos.com/Joseph Howi Widodo).

Bengawan Solo

Riwayatmu ini

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sedari Dulu

Perhatian Insani..

Lirik lagu keroncong Bengawan Solo sayup-sayup terdengar di gang kecil wilayah Kelurahan Kemlayan, Kecamatan Serengan, Minggu (1/10/2023) malam.

Terdapat sebuah panggung kecil berukuran 8 meter x 3 meter yang dihiasi dengan karpet merah. Puluhan kursi lipat ditata rapi tepat di depan panggung.

Lagu itu ditampilkan sejumlah siswa jurusan seni musik SMKN 8 Solo. Mereka membawakan lagu Bengawan Solo yang diciptakan almarhum maestro keroncong Indonesia, Gesang Martohartono. Tak hanya Bengawan Solo, mereka juga membawakan beberapa lagu keroncong karya almarhum Gesang.

Malam itu, sejumlah seniman musik dan pegiat seni dan budaya berkumpul tepat di depan rumah almarhum Gesang. Mereka mengenang 106 tahun almarhum Gesang yang telah melahirkan karya-karya yang mendunia.

Acara bertajuk Gesang Day itu diinisiasi oleh Solo is Solo, komunitas seniman mural yang menyulap koridor Gatot Subroto (Gatsu) menjadi ikon wisata malam di Kota Bengawan.

“Kami ingin mengenang dan melestarikan karya-karya emas maestro keroncong, Gesang Martohartono yang berasal dari Kampung Kemlayan, Solo,” kata Direktur Solo is Solo, Choirul Hidayat, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu malam.

Pria akrab disapa Irul ini menyampaikan pada zaman dahulu, banyak seniman musik yang lahir dan tumbuh di Kampung Kemlayan. Salah satunya adalah almarhum Gesang yang tersohor lewat karya lagu Bengawan Solo.

Kampung Kemlayan terhubung dengan koridor Gatsu yang kini berubah menjadi ruang kreatif dan kreasi bagi kawula muda. Banyak anak muda yang melewati Kampung Kemlayan setelah berkunjung di art market dan street food di koridor Gatsu.

“Kampung Kemlayan ini merupakan kampung empu seniman. Tradisi keroncong tak bisa dipisahkan. Dan harapannya muncul maestro muda musik keroncong dari sini,” ujar dia.

Sementara itu, keponakan almarhum Gesang, Yuniarti mengaku senang lantaran ada pegiat seni dan budaya serta masyarakat yang menggelar peringatan 106 tahun almarhum Gesang.

Gesang meninggal di usia 92 tahun di RS PKU Muhamamdiyah Solo pada 2010. Kala itu, Gesang sempat beberapa kali menjalani rawat inap di rumah sakit.

Semasa hidup, almarhum Gesang memiliki hobi bermain musik keroncong. Almarhum bersama rekan-rekannya membentuk kelompok musik keroncong bernama Irama Sehat. Mereka berlatih musik di rumah almarhum Gesang setiap pekan.

“Latihan keroncong di sini. Di rumah ini. Kalau tidak salah setiap malam Rabu. Saya jadi teringat almarhum saat para siswa membawakan lagu Bengawan Solo. Sebelum meninggal di rumah sakit, almarhum minta menyanyi Bengawan Solo. Saat itu, saya yang menunggu di rumah sakit,” ujar dia.

Bagi Yuniarti, Gesang bukan hanya kerabat keluarga melainkan panutan dalam hidup. Almarhum Gesang merupakan sosok sederhana dan berjiwa sosial tinggi. Dia tak kenal pamrih membantu tetangga rumah atau kenalan yang membutuhkan.

Dia berharap karya-karya emas Gesang dilestarikan oleh generasi muda. “Pakdhe Gesang itu anak nomor empat dari 10 bersaudara. Sebagian kakak dan adiknya merupakan pengrajin batik. Hanya dia yang menjadi seniman keroncong di keluarga kami,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya