SOLOPOS.COM - Mie Ayam Subur di Jalan RE Martadinata, Gandekan, Jebres Solo, Senin (12/6/2023). (Istimewa/ Liliana Nur Hanifa).

Solopos.com, SOLO —  Menjamurnya penjual mi dengan berbagai jenis olahan di Solo bermula dari perdagangan lintas etnis yakni Tionghoa dan Jawa pada 1745.

Kala itu, Solo sudah dipadati para pedagang dari etnis Tionghoa yang berpusat di Pasar Gede, etnis Arab di Pasar Kliwon, etnis Eropa di sekitar Benteng Vastenburg, etnis Bali, dan Jawa sebagai si tuan rumah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, saat diwawancara Solopos.com, Sabtu (10/6/2023), mengatakan mi sampai ke Solo pada abad ke-17 di Pasar Gede.

Tionghoa datang ke Solo dengan tujuan utama berdagang. Di sela berdagang, mereka tidak meninggalkan budaya kulinernya yakni membuat, meracik, dan menikmati mi.

Heri menambahkan, dulu mi sangat identik dengan daging babi. Bisa dilihat dari awal mula namanya yakni bakmi dari kata babi dan mi.

Kesukaan pada bakmi hingga muncul peternakan babi di daerah Widuran, Jebres, yang diberi nama kampung Baben. Peternakan babi dibangun di dekat Kali Pepe agar mudah membuang kotorannya.

Hobi mengonsumsi mi terus dilakoni etnis Tionghoa di Solo. Kebiasaan tersebut kemudian ditiru dan dijadikan lading bisnis oleh etnis Jawa yang dimulai dari warga Gunung Kidul.

“Mulanya orang-orang yang bermukim di Gunung Kidul ini bekerja kepada etnis Tionghoa. Kemudian mempelajari resep dan akhirnya mampu untuk membeli gerobak lalu berjualan mi. Mi gerobak masih ada sampai saat ini,” terang Heri, Sabtu.

Sedikit berlebihan, Heri, mengatakan kekuatan mi mampu meruntuhkan sekat-sekat sosial. Termasuk meredakan konflik dan kerusuhan antaretnis di Solo.

Bukti sejarah perkembangan mi di Solo juga bisa dilihat dari eksisnya warung mi legendaris, Toko Pojok atau dikenal dengan Warung Pelem, di kawasan Pasar Gede Solo, Jebres, Solo.

Warung mi yang sudah berdiri sejak 1942 ini bertahan hingga empat generasi. “Bahkan pedagang mi yang menggunakan gerobak kebanyakan belanja mi di Toko Pojok,” kata Heri, Jumat (16/6/2023) siang.

Toko mi yang sudah berumur 81 tahun ini masih menggunakan resep dasar yang sama. Mempekerjakan 12 orang, mi di Toko Pojok dibuat secara manual tanpa bantuan mesin.

Anak dari pemilik Toko Pojok, David, menilai bisnisnya masih berjaya karena kecintaan masyarakat pada mi yang tinggi. “Kalau saya sendiri memang dari kecil sudah suka mi, lebih sukanya sih mi rebus menurut saya rasanya lebih enak,” ujar David, beberapa waktu lalu.

Kesuksesan menjual mi di sekitar Pasar Gede Solo juga dialami pemilik Mie Ayam Subur, Erna. Warung tenda Mie Ayam Subur milik keluarga Tionghoa ini eksis sejak 1998. Kecintaan mereka pada mi memunculkan ide bisnis yang diminati semua kalangan sampai hari ini.

Erna merupakan generasi kedua bisnis Mie Ayam Subur. Melalui olahan mi tersebut, pembeli bisa menikmati lezatnya racikan asli etnis Tionghoa dengan beberapa penyesuaian lidah Jawa. Bahan baku utama dan bumbu racikan mi di warung tersebut juga dijamin halal.

“Sampai sekarang ini ya masih banyak kalau mau beli selalu tanya ini halal ndak cik? Tapi aku ya selalu tegasin ini halal tidak ada campuran yang mengandung babi apapun itu,” ujar Erna, Senin (12/6/2023).

Sejarah bakmi di Solo
Suasana warung tenda Mie Ayam Subur di Jalan RE Martadinata, Gandekan, Jebres Solo, yang selalu ramai pembeli, Senin (12/6/2023). Bisnis mi milik keluarga Tionghoa ini eksis sejak 1998. (Istimewa/ Liliana Nur Hanifa).

Mi Kekinian

Perkembangan kuliner berbahan tepung itu di Solo kemudian disusul dengan maraknya mi kekinian. Sebut saja Mi Gacoan dan Mi Kalia yang ekspansi bisnisnya selalu laris manis. Hampir setiap hari, pembeli Mi Kalia bahkan harus rela antre hingga lebih dari satu jam saat.

Warung Mi Kalia di kawasan Mendungan, Pabelan, Sukoharjo menyuguhkan olahan mi yang diklaim kekinian. Resepnya hampir mirip dengan Mi Singapura dengan bentuk mi gepeng dan warna merah.

Pembeli bisa memilih beragam toping tambahan, mulai dari bakso, siomai, ceker, hingga pangsit rebus.

“Kami jualan sejak 4 september 2022. Ya, berawal dari hobi kami makan mi. Lalu kepikiran ide membuat Mi Kalia” ungkap pemilik Mi Kalia, Fauzia Rizqi Amalia, 36, Senin (12/6/2023) siang.

Fauzia dan suaminya, Oscar Okarino, 38, mengakui inspirasi menu Mi Kalia datang dari konten YouTube pasangan selebritas Nagita Slavina dan Raffi Ahmad. Sekitar awal tahun lalu Pasangan Nagita dan Raffi plesiran ke Singapura dan makan mi di sana.

Video makan mi pedas Singapura itu sempat viral hingga menginspirasi Fauzia dan Oscar.

“Kami kemudian mengeluarkan varian mi baru dengan rasa pedas Singapura dan laris. Pada waktu itu di Solo belum ada yang berjualan mi dengan varian pedas Singapura. Kami memang memilih mi kekinian karena kalau mi biasa sudah banyak yang jualan,” kata Fauzia.

Salah satu penikmat mi di Solo, Daniati, 34, mengamini Solo sebagai surganya mi. Variasi olahan mi di Solo cukup beragam mulai dari gaya lawasan sampai kekinian bertoping keju.



Bagi Daniati, menikmati mi di Solo bisa sembari belajar sejarah kebudayaan nenek moyang. Akulturasi Jawa Tionghoa sangat lekat bahkan pada olahan mi sekarang. “Apalagi kalau makannya di Pasar Gede ya. Rasanya seperti makan mi di kawasan pecinan. Yang saya salut dengan penjual mi dari Tionghoa, sangat menghargai pembeli dengan berkomitmen menyajikan mi tanpa babi. Padahal bagi mereka kan, babi dan mi ya berpasangan. Itu yang saya sebut akulturasi,” kata Daniati, Kamis (29/6/2023).

Mengutip pernyataan sinolog dari Universitas Indonesia, Agni Malagina, saat diwawancara Solopos.com beberapa waktu lalu, hubungan antara makanan Tionghoa dan Jawa bukan lagi berdekatan.

Keduanya telah berasimilasi, saling mengisi dan memiliki. Ia menyontohkan adanya kuliner bakmi, bacang, wedang ronde, tahu, tempe, hingga bakpia.

“Tionghoa ataupun Jawa jadi part of our identity. Enggak bisa lagi bilang kamu lian, aku others. Kuliner China dan Indonesia bukan lagi saling mempengaruhi, tapi saling membumbui,” terang Agni yang beberapakali melakukan penelitian soal budaya Jawa-Tionghoa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya