SOLOPOS.COM - Penampilan para penari Asean Panji Festival dari 9 negara di Balaikota Solo, Rabu (25/10/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO–Hikayat Panji Semirang tidak hanya mengisahkan perang. Kisah tersebut justru merupakan bentuk perjalanan cinta Dewi Sekartaji dan Raden Inu Kertapati.

Cerita yang berasal dari mulut ke mulut di Jawa Timur tersebut rupanya telah berkembang di ASEAN dengan berbagai bentuk interpretasi dan gubahan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hal tersebut tercermin dalam Pertunjukan Kolaborasi Panji dalam ASEAN Panji Festival pada Rabu (25/10/2023) malam. Pertunjukan tersebut menampilkan bagaimana Hikayat Panji Semirang digubah sesuai 9 negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Merupakan sebuah pengalaman luar biasa untuk melihat bagaimana kisah cinta tersebut disajikan menurut gubahan masing-masing negara. Pantauan Solopos.com, penampilan dimulai dengan tarian Panji Semirang dari Laos.

Laos menampilkan tiga talent mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna pink dan ornamen emas merata di pakaian mereka. Iringan musik yang disajikan tidak jauh berbeda dengan iringan tarian Jawa yang menggunakan gamelan.

Tiba-tiba, para penari Laos mundur digantikan oleh interlude dari Kamboja. Pakaian khas kerajaan mereka juga dipakai dalam penampilannya, lengkap dengan sedikit nyanyian menggunakan bahasa asli. Dalam penampilan kali ini, iringan musik juga masih memiliki jangkauan yang dekat dengan iringan gamelan.

Kisah Panji Semirang menceritakan kisah Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana yang terusir dari kerajaan Daha atau Kediri akibat perlakuan adiknya, Galuh Ajeng.

Prabu Lembu Amisena dari Kerajaan Daha memberikan golek (boneka) kayu terbungkus kain kepada Dewi Sekartaji dan Dewi Galuh Ajeng. Dewi Sekartaji mendapatkan golek kencana, sedangkan Dewi Galuh Ajeng mendapat golek kayu biasa.

Merasa mendapat golek kurang bagus, Dewi Galuh Ajeng berusaha merebut golek kencana Sekartaji. Perkelahian keduanya membuat Prabu Lembu Amisena marah. Ia memotong rambut Sekartaji dan mengusirnya keluar keraton. Cinta sejoli Sekartaji dan Inu Kertapati akhirnya juga terpisah.

Dewi Sekartaji terpaksa harus meninggalkan Pangeran Kerajaan Jenggala, Raden Inu Kertapati yang sudah akan dijodohkan dengannya.

Dewi Sekartaji memilih melarikan diri menjadi Panji Semirang menggunakan topeng untuk menutupi identitas aslinya. Meski begitu, rasa cinta Raden Inu Kertapati begitu tinggi, membuatnya berkelana mencari cinta sejatinya itu.

Penampilan dari Laos dan Kamboja menunjukkan bagaimana kisah dimulai di Kerajaan Daha. Setelah itu adegan berganti menyajikan interpretasi Hikayat Panji Semirang oleh Malaysia, menunjukkan petualangan Dewi Sekartaji yang membela rakyat kecil dan menumpas ketidakadilan.

Dalam tarian Malaysia, Dewi Sekartaji memiliki penampilan sederhana karena dia sudah menyamar menjadi Panji Semirang. Dia tidak lagi mengenakan pakaian kerajaannya.

Adegan bertransisi secara halus menuju tarian dari Myanmar yang masih menceritakan perjalanan Panji Semirang dan Raden Inu Kertapati. Setelah itu ditampilkan interpretasi Panji Semirang dari Vietnam dan Thailand yang menceritakan kisah perang dan pelarian lakon tersebut.

Dalam pengembaraannya, Sekartaji dua kali berubah wujud. Yaitu menjadi sosok satria bernama Panji Semirang dan sosok Gambuh Warga Asmara. Dalam wujud itu, ia bertemu dengan Panji Inu Kertapati. Yang membuat Inu Kertapati ingat akan Sekartaji adalah golek kencana yang dibawa keduanya. Namun, Panji Semirang memilih kabur saat Inu Kertapati menikahi Galuh Ajeng.

Kisah pelarian ini juga masih terbawa dalam tarian gubahan Filipina. Menariknya, tarian yang dibawakan mereka menggunakan iringan musik modern dan gerakan yang lebih kontemporer.

Setelah itu, dengan cepat tari Panji Semirang gubahan Jogja, Solo, dan Jawa Timur ditampilkan berturut-turut. Gubahan Jogja menampilkan tokoh Panji Semirang yang sedang dalam perjalanannya. Dia mengenakan topeng khas Panji Jogja yang serupa dan berwarna putih krem.

Dalam perjalanan itu, dia bertemu dengan Raden Inu Kertapati yang juga mengenakan topeng Panji. Pertemuan terjadi saat Raden Inu Kertapati menemui pamannya dan malah bertemu sosok Gambuh Warga Asmara, dalam pentas gambuh yang dipersembahkan sang paman untuk Inu Kertapati. Hubungan batin keduanya bertautan.

Namun, guna menunjukkan perbedaan gubahan, topeng Panji yang digunakan oleh lakon tersebut memiliki kekhasan Solo yaitu berwarna warni sesuai dengan emosi manusia.

Pertemuan mereka begitu tiba-tiba tetapi membawa kebahagiaan. Dalam hal ini, gubahan bergeser menjadi tari Jawa Timur yang khas dengan sengkaknya. Topeng tidak lagi digunakan oleh pengiring kedua lakon tersebut.

Dewi Sekartaji begitu senang karena setelah perjalanannya, dia berhasil bertemu dengan cinta sejatinya. Akhirnya mereka kembali ke kerajaannya dan menikah. Pernikahan ini ditampilkan dengan gubahan Singapura yang menunjukkan pakaian kerajaan khas Indochina dan iringan musik Eropa didominasi akordion.

Transisi dari gubahan satu negara ke negara lain menjadikan interpretasi Panji Semirang begitu kaya dan hebat sekaligus menunjukkan kekayaan budaya di Asia Tenggara.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irene Dewi Wanti, mengatakan tidak mudah menyelaraskan gerakan dan iringan tarian dari 9 negara agar menjadi sebuah cerita. Namun, hal tersebut berhasil terwujud.

“Gaya tari dan musiknya berbeda, jadi ini sebuah tantangan tersendiri untuk menyelaraskan antara masing-masing negara ya, terutama karena meskipun cerita Panji secara utuh pengenalannya di beberapa negara Asean sangat tipis, antara lain di Vietnam dan Filipina,” papar Irene saat diwawancara media, Rabu malam.



Dia menambahkan kondisi tersebut bukan berarti tidak ada hikayat cerita Panji di negara-negara tersebut tetapi mungkin belum diteliti saja. Irene juga menjelaskan beberapa tantangan terutama iringan musik diakali dengan musik rekaman sehingga temponya harus sama.

Cerita Panji adalah cerita asli Indonesia yang berkembang pada abad ke-12 Masehi dan berkembang ke negara-negara Asean. Unesco telah menetapkan cerita Panji sebagai Memory of the World (MoW) pada 31 Oktober 2017 lalu.

Irene mengatakan ASEAN Panji Festival adalah refleksi dari warisan panjang dan beragam yang dimiliki negara-negara Asean, dan sudah saatnya hal tersebut dirayakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya