Soloraya
Kamis, 25 Mei 2023 - 22:02 WIB

Meriah! Kirab Budaya Ramaikan 1.122 Tahun Prasasti Sarungga di Cepogo Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kemeriahan Sarungga Fest yang digelar untuk memperingati 1.122 tahun usia Prasasti Sarungga di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, Kamis (25/5/2023). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Prasasti Sarungga yang diperkirakan berusia 1.122 tahun dan ditemukan di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, memiliki arti sangat penting bagi pengetahuan sejarah Boyolali di masa lampau.

Prasasti itu dinilai sebagai bukti adanya budaya tulis di wilayah lereng Gunung Merbabu itu di era Mataram Kuno abad ke-8 atau 9 Masehi. Menghargai pentingnya prasasti itu, Karang Taruna Madewa Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, menggelar Sarungga Fest pada Kamis (25/5/2023) siang.

Advertisement

Kegiatan sebagai ajang memperingati 1.122 tahun umur Prasasti Sarungga itu berlangsung meriah, salah satunya dengan kirab budaya. Ketua Boyolali Heritage Society (BHS), Kusworo Rahadyan, menjelaskan Prasasti Sarungga sebenarnya sudah diketahui warga sejak lama.

Namun, warga hanya sebatas tahu itu sebuah batu tanpa memahami arti pentingnya bagi sejarah dan ilmu pengetahun. “Berhubung 2019 dulu marak blusukan, teman-teman mulai mengenal, lalu dari teman-teman itu ada yang laporan, warga sini juga, tanya di Facebook, ini batu apa? Akhirnya teman-teman blusukan dari Mbo’ja Lali tahu itu prasasti,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara.

Advertisement

Namun, warga hanya sebatas tahu itu sebuah batu tanpa memahami arti pentingnya bagi sejarah dan ilmu pengetahun. “Berhubung 2019 dulu marak blusukan, teman-teman mulai mengenal, lalu dari teman-teman itu ada yang laporan, warga sini juga, tanya di Facebook, ini batu apa? Akhirnya teman-teman blusukan dari Mbo’ja Lali tahu itu prasasti,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara.

Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah hingga akhirnya dilakukan penelitian. Hasil penelitian tersebut membenarkan batu itu adalah prasasti.

Kusworo mengatakan batu tersebut adalah prasasti in situ atau masih di lokasi yang sama sejak dulu. Ia menjelaskan Prasasti Sarungga di Cepogo, Boyolali, itu dipahat pada batu monolit.

Advertisement

Tulisan dalam prasasti tersebut menggunakan aksara Jawa Kuno yang ditulis kira-kira pada abad ke-9 atau 10 pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung di Kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Tertulis tahun Saka 823 yang jika dikonversi ditambah 78 tahun untuk menentukan tahun Masehi yaitu 901 Masehi.

Prasasti Sarungga yang diperkirakan berusia 1.122 tahun di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, Kamis (25/5/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Kusworo mengungkapkan alih bahasa pada tulisan di Prasasti Sarungga tersebut berbunyi “swasti saka warsa tita 823 jyesta masa pancami sukla hawaso kala niki patapan ri sarunga nama…”.

Kirab Budaya

Artinya “selamat tahun Saka yang telah lalu 823 pada bulan Jyesta tanggal 5 bagian bulan terang. Haryang (hari bersiklus enam), Wagai (hari bersiklus lima), Soma (hari bersiklus tujuh atau Senin), pada saat ini (terdapat) pertapaan di Sarunga (yang) hendaklah dinamai…”

Advertisement

“Nah, setelah bagian hendaklah dinamai itu hilang tulisannya. Tapi menurut prasasti, wilayah ini disebut sebagai Sarungga,” ujar dia. Lebih lanjut, ia mengapresiasi para pemuda Dukuh Wonosegoro yang merespons positif kegiatan BHS pada 2022 lalu.

Kusworo menjelaskan pada 2022 Boyolali Heritage Society lebih dahulu memperingati 1.121 tahun Prasasti Sarungga. Baru pada 2023 ini, pemuda Wonosegoro berperan aktif memperingati dengan menyelenggarakan Sarungga Fest.

Ketua Karang Taruna Madewa, Misdiyanto, 22, mengungkapkan selain memperingati 1.122 tahun Prasasti Sarungga, kegiatan Sarungga Fest juga diisi bazar makanan lokal Dukuh Wonosegoro, tarian khas, peluncuran buku karya muda-mudi setempat tentang Dukuh Wonosegoro, dan kirab budaya menuju Prasasti Sarungga.

Advertisement

Warga melakukan kirab sambil membawa air suci untuk membersihkan Prasasti Sarungga. Kegiatan tersebut diikuti warga Dukuh Wonosegoro.

“Kami pemuda ingin ikut nguri-nguri dan melestarikan apa yang ada di dukuh kami. Apalagi Prasasti Sarungga kan menjadi bukti jika kebudayaan di tempat kami ternyata sudah maju sejak 1.122 tahun yang lalu,” jelasnya.

Terpisah, Kepala Desa Cepogo, Mawardi, mengapresiasi dan berterima kasih kepada Karang Taruna Madewa dalam melestarikan kegiatan budaya. “Kegiatan ini sebenarnya sudah dua kali. Waktu pertama diinisiasi teman-teman Boyolali Heritage Society, dilanjutkan anak-anak Karang Taruna Wonosegoro. Ditambah dengan kekhasan masyarakat sekitar,” ujar dia.

Ia berharap kegiatan tersebut dapat terus dilestarikan dan terus dilaksanakan. Tujuan akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Wonosegoro.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif