SOLOPOS.COM - Warga berebut gunungan saat acara haul agung sadranan di makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Senin (20/3/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, menggelar haul agung sadranan di kompleks makam Sunan Pandanaran di Bukit Jabalkat, Senin (20/3/2023).

Tradisi yang digelar setiap tanggal 27 Ruwah pada penanggalan Jawa itu berlangsung meriah dengan hingga rebutan gunungan. Rangkaian sadranan diisi kirab dari rumah kepala desa (kades) sampai kompleks makam Sunan Pandanaran di Bukit Jabalkat.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kirab diikuti warga, paguyuban pedagang, serta paguyuban ojek. Selain itu tahun ini kegiatan itu diikuti pula oleh Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa).

Iring-iringan kirab membawa dua gunungan berisi hasil bumi dan aneka jajanan. Selain itu, ada kirab jodang serta 20 tumpeng perwakilan masing-masing RW di Paseban.

Warga juga membawa tenong berisi aneka jajanan pasar dan buah-buahan pada kirab Sadranan di kompleks makam Sunan Pandanaran Bukit Jabalkat, Bayat, Klaten, itu.

Sesampainya di pendapa kompleks Makam Sunan Pandanaran, warga menggelar doa bersama. Gunungan yang diusung kemudian diperebutkan warga.

Kepala Desa (Kades) Paseban, Al Eko Triraharjo, menjelaskan tradisi kembali digelar secara meriah pada tahun ini. Tiga tahun sebelumnya, tradisi itu ditiadakan lantaran pandemi Covid-19.

Eko mengatakan rangkaian acara sudah digelar sejak sepekan sebelumnya diawali dengan penggantian kain mori di Makam Sunan Pandanaran yang dilakukan rutin setiap tahun. Selain itu ada pengajian akbar, malam midodaren yang diisi pentas laras madya dan macapat.

“Setelah pagi sadranan di Makam Sunan Pandanaran, masing-masing warga ziarah ke makam leluhur mereka. Setelah sadranan di makam Sunan Pandanaran ada pentas karawitan dari ibu-ibu PKK di kompleks parkiran,” kata Eko saat ditemui Solopos.com di sela acara.

Sore nanti, kata Eko, ada pertunjukan Reog-Jathilan dan malamnya ada pentas wayang kulit. Tradisi sadranan di kompleks makam Sunan Pandanaran di Bukit Jabalkat itu bakal terus dirawat warga Paseban, Bayat, Klaten, dan sekitarnya.

Eko berharap tradisi itu bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan serta peziarah yang berdatangan. Berdasarkan pantauan Solopos.com, rangkaian tradisi itu dimeriahkan para peziarah yang berdatangan.

Tak sekadar menonton dan ikut doa bersama, sejumlah peziarah ikut berebut isi gunungan. Salah satu peziarah asal Ponorogo, Jawa Timur, Tobhari, 66, mengaku rutin datang ke Makam Sunan Pandanaran saat Bulan Ruwah.

Tobhari ikut rebutan isi gunungan untuk memeriahkan acara sekaligus ikut berebut keberkahan. “Mudah-mudahan dengan bertawasul kepada walinya Allah semakin barokah kualitas ibadah,” kata Tobhari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya