SOLOPOS.COM - Tradisi Lebaran Sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali pada Sabtu (29/3/2023). (Solopos/Nimatul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Ratusan ekor sapi memadati jalanan di Lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali pada Sabtu (29/3/2023) pagi.

Beberapa dari sapi terlihat berkalung ketupat dan tanduknya dihias, ada juga yang tubuhnya diwarnai. Beberapa warga juga terlihat menunggangi sapi-sapi mereka.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Terlihat sapi-sapi yang memenuhi jalan ada dari jenis sapi seperti limosin, brahman, sapi perah, dan lain-lain.

Ketua RW004 Dukuh Mlambong, Jaman, mengungkapkan tradisi yang disebut Lebaran Sapi atau Bakdo Sapi itu dilaksanakan setiap hari ke delapan bulan Syawal atau H+7 Lebaran.

Lebaran Sapi adalah tradisi di mana seluruh sapi yang dipelihara warga akan dikeluarkan untuk diarak kemudian dipertemukan dengan sapi-sapi lainnya.

“Tradisi ini sudah ada sejak dulu. Namun, mulai dikoordinir secara resmi kurang lebih pada tahun 2006 – 2007. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 500 sapi, jumlah ini lebih besar dibanding tahun kemarin,” ujarnya di sela-sela kegiatan.

Ia menjelaskan acara Bakdo Sapi berbarengan dengan lebaran Ketupat, sehingga pada pagi hari, warga terlebih dahulu melaksanakan kenduri ketupat. Selanjutnya, pulang ke rumah menyiapkan sapi mereka untuk diarak.

Berbeda dengan acara arak-arakan sapi pada 2022 yang hanya satu arak-arakan dari arah barat. Lebaran Sapi kali ini terdiri dari dua arak-arakan sapi dari arah barat dan timur.

“Dibuat dua arak-arakan karena jumlahnya yang dua kali lebih banyak dibanding tahun kemarin. Selain itu, ada maksud tujuan agar ketika sapi-sapi tersebut bertemu maka mereka akan berteman dan cepat berkembang biak,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengatakan tujuan dari Lebaran Sapi di Mlambong Sruni ini adalah untuk mempererat kesatuan dan persatuan di masyarakat.

“Kami ini di Mlambong mayoritas, bisa dibilang 98 persen warga kami petani dan berternak sapi, terutama sapi perah,” kata dia.

Salah satu warga, Tasih, mengaku sangat antusias mengikuti arak-arakan sapi yang digelar tiap bulan Syawal di dusunnya. Tasil menyebut sapi-sapi miliknya yang diikutkan arak-arakan telah dimandikan dan diberi wewangian.

Selanjutnya, ia mengalungkan satu ketupat untuk sapi-sapinya itu yang kemudian dimakan oleh sapi itu sendiri.

Perempuan 55 tahun tersebut mengungkapkan ada tiga sapi besar dan dua anak sapi di rumahnya. Ia bertugas membawa satu sapi, dan sang suami membawa satu sapi lain.

“Di rumah tinggal satu sapi besar dan dua anakan sapi. Saya sendiri enggak takut menarik sapi karena telah terbiasa berinteraksi dengan sapi,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi tradisi Lebaran Sapi yang telah ada sejak turun temurun tersebut. Tasih mengatakan hal tersebut sebagai wujud rasa syukur untuk rezeki yaitu sapi yang telah diberikan ke keluarganya.

“Harapannya kegiatan ini tetap lestari dan membawa rezeki yang lancar serta membawa berkah,” harap dia. Sebagai informasi, prosesi dari Lebaran Sapi di Sruni ini diawali dengan kenduri ketupat, lalu warga kembali ke rumah masing-masing untuk menyiapkan arak-arakan sapi. 

Sebelum diarak, sapi-sapi akan dimandikan dan diberikan wewangian. Sapi kemudian diarak keliling kampung untuk bertemu sapi-sapi lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya