SOLOPOS.COM - Ibu-ibu di Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten, memainkan musik ciblon di Umbul Tirtomulyani, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Musik ciblon menjadi seni tradisional unik yang hingga kini terus dilestarikan warga Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Tepukan tangan pada permukaan air yang dilakukan bersama-sama menghasilkan perpaduan suara indah.

Musik ciblon itu dimainkan warga Pluneng di sumber mata air atau umbul di desa tersebut. Seperti yang dilakukan sekelompok ibu-ibu di Umbul Tirto Mulyani, Desa Pluneng, Kamis (3/8/2023). Kelompok itu tergabung dalam Ciblon Tirto Wening.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Enam ibu-ibu masuk ke umbul dan mulai mengayunkan lengan dan menepukkan telapak tangan ke permukaan air. Mereka melakukannya di dalam umbul dengan kedalaman setinggi dada orang dewasa. Tepukan tangan itu menghasilkan suara tuk, tak, tek, gung.

Perpaduan suaranya menghasilkan suara musik selayaknya musik perkusi mengiringi lagu yang dinyanyikan dua ibu-ibu lainnya. Lagu daerah hingga nasional dimainkan ibu-ibu Pluneng, Klaten, itu dengan iringan musik ciblon, seperti Gugur Gunung, Bersih Desa, Bandung Lautan Api, serta 17 Agustus.

“Hari ini kami ingin ikut memeriahkan perayaan HUT RI. Kami rindu kebudayaan lama. Sudah lama karena pandemi tidak ciblon,” kata salah satu ibu-ibu yang menjadi salah satu pemain musik ciblon, Sawitri.

Sawitri mengatakan musik ciblon sudah ada di Pluneng sejak lama dan dilestarikan secara turun temurun. “Sejak dari orang tua kami ada musik air,” kata Sawitri.

Sawitri menjelaskan musik air atau musik ciblon seperti yang dimainkan ibu-ibu di Pluneng, Klaten, bisa untuk mengiringi berbagai genre musik. Permainan musik air juga bisa dikolaborasikan dengan alat musik seperti gamelan, seruling  dan alat musik lainnya. “Dulu pernah main musik air di Ngawi, Jawa Timur,” kata dia.

Kepala Desa (Kades) Pluneng, Wahyudi, mengatakan musik air atau ciblon sudah ada di Pluneng sejak zaman dulu. Musik yang dimainkan dengan menepuk permukaan air menggunakan tangan itu hingga kini terus dilestarikan warga.

“Sudah ada sejak nenek moyang. Kalau yang pertama siapa kami belum pernah menelusuri. Tetapi yang jelas dari nenek-kakek kami sudah memainkan musik air,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya