SOLOPOS.COM - Koordinator Project Bara Demokrasi SMA Negeri 6 Solo, Atik Astrini, saat melihat-lihat karya para siswa, Kamis (15/2/2024). (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO–Tim Project Bara Demokrasi SMA Negeri 6 Solo menyelenggarakan Gelar Karya, sebagai acara puncak dari rangkaian kegiatan projek implementasi Kurikulum Merdeka, Kamis (15/2/2024).

Acara tersebut digeber di aula sekolah mulai pukul 09.00 WIB. Dalam acara itu tim atau kelompok siswa memamerkan karya mereka yang bertema demokrasi. Ada banyak karya yang ditampilkan siswa, seperti majalah dinding (Mading) dengan tema pentingnya menggunakan hak suara.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ada juga papan informasi tentang peran Gen Z dalam membangun demokrasi. Anak muda tidak boleh apatis dengan demokrasi, termasuk agenda Pemilu.

Yang menarik lagi poster tentang bahaya hate speech atau ujaran kebencian. Di situ dijelaskan definisi hate speech, contoh, dampak, upaya pencegahan dan solusinya.

Pengunjung juga dihibur dengan pentas seni dan kreativitas dari para siswa. Tak ketinggalan disediakan booth khusus untuk berfoto. Koordinator Project Bara Demokrasi SMA Negeri 6 Solo, Atik Astrini, mengatakan anak muda harus dikenalkan dengan demokrasi sejak dini. Tujuannya agar mereka mempunyai kesadaran untuk berpartisipasi di setiap pesta demokrasi.

“Jadi ini puncak dari rangkaian kegiatan implementasi yang disebut Pak Nadiem sebagai Profil Pelajar Pancasila. Tema kami yang paling sulit, yaitu tentang demokrasi. Itu menurut saya konsep tentang isu demokrasi kan diidentikkan dengan politik, dengan kontestasi nasional. Padahal kan tidak,” ujar Atik.

Dia menjelaskan justru konsep demokrasi harus dikenalkan kepada anak sedini mungkin, utamanya Gen Z. “Seusia mereka ini, menurut saya belum paham tentang kelompok rentan, dengan keberagaman, yang benar-benar di luar dunia mereka. Selama ini mereka tahunya yang baik-baik saja di sekolah,” kata dia.

Atik menjelaskan sering kali anak-anak kesulitan dalam mengemukakan pendapat atau mengartikulasikan diri mereka. Baik karena budaya setempat maupun karakteristik orang di sekitarnya. Ketika anak mencoba menyampaikan pendapat berbeda, selalu ada masalah psikologis di sekelilingnya, seperti di-bully.

“Nah itu pentingnya konsep demokrasi diusung Pak Nadiem, di masukkan ke sekolah, lalu diimplementasikan. Tantangannya adalah kalau kita mau menyampaikan konsep demokrasi, anak tidak paham. Kami mencoba membumikan dengan setiap tema dibuat menjadi produk, bisa info grafis, bermain peran,” urai Atik.

Penuturan senada disampaikan Ketua Panitia Gelar Karya Demokrasi SMAN 6 Solo, Shafir Baldan. “Setiap karya yang dipajang merupakan hasil kerja lembar kerja teman-teman. Salah satu contohnya seperti info grafis, majalah dinding, mandala, kotak pemilu, semua berhubungan dengan demokrasi,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya