Soloraya
Jumat, 22 Desember 2023 - 22:44 WIB

Meriahnya Warna-Warni Lurik di Fashion Show Jalanan Pedan Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Fashion show jalanan lurik Pedan dilaksanakan di Jl Ronggowarsito, Desa Tambakboyo, Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (22/12/2023). (Solopos.com/Taufik S)

Solopos.com, KLATEN – Tenun lurik sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Kecamatan Pedan selama beberapa dekade terakhir.

Untuk semakin meneguhkan Pedan dengan ikon tenun luriknya, Lurik Pedan Fashion Fair digelar.

Advertisement

Fashion show dilaksanakan di Jl Ronggowarsito, Desa Tambakboyo, Kecamatan Pedan, Jumat (22/12/2023).

Sore itu ruas jalan ditutup dan mendadak jadi catwalk jalanan.

Karpet merah digelar sepanjang 50 meter terhubung dengan panggung yang berdiri di depan resto Seminyak Pedan.

Advertisement

Di sepanjang karpet merah, para peserta tampil mengenakan balutan kain lurik yang apik memadukan aneka motif.

Selain menampilkan lurik selayaknya pakaian harian, ada yang menampilkan balutan wastra Indonesia itu dengan tampilan festival hingga tradisional.

Puluhan peserta yang terdiri dari pelajar hingga masyarakat umum tampil selayaknya model profesional.

Ada yang tampil luwes, ada pula yang masih canggung. Sorakan anak-anak hingga nenek-nenek yang memenuhi sekitar lokasi menggema menyemangati para peserta.

Advertisement

Rangkaian kegiatan itu dimeriahkan dengan pembagian doorprize dari 3.500 kupon yang sudah dibagikan.

Fashion show itu digelar untuk merayakan Hari Ibu yang diperingati saban 22 Desember.

Selain itu, kegiatan sekaligus merayakan ultah ke-2 holding ultramikro yang merupakan sinergi antara Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk pengembangan segmen UMKM.

Rangkaian kegiatan itu digelar bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Pedan.

Advertisement

Gagasan fashion show yang baru kali pertama digelar itu muncul dari seorang guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rofikoh Rokhim.

Perempuan kelahiran Pedan, Klaten itu masih ingat betul saat-saat tenun lurik masih mengalami masa kejayaannya di Pedan era 1980-an.

Suara oklak atau alat tenun bukan mesin (ATBM) terdengar di hampir setiap rumah di Pedan.

Suara itu menandakan aktivitas ekonomi warga berjalan, memproduksi pesanan tenun lurik.

Advertisement

“Saat itu hampir setiap rumah ada kerajinan lurik. Apalagi ketika ada kewajiban dari Gubernur Jateng waktu itu Pak Ismail dengan setiap Jumat pakai lurik. Jadi waktu itu sangat booming. Kemudian perlahan kok menghilang. Lurik yang ditenun pakai tangan, berubah menjadi mesin. Akhirnya banyak yang gulung tikar. Hanya ada beberapa yang bertahan,” kata perempuan yang juga menjadi Wakil Komisaris Utama BRI tersebut.

Agar tak menghilang, kemudian muncul gagasan menggelar fashion show itu.

Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menyegarkan kembali ingatan warga Pedan akan ikon kecamatan tersebut yakni tenun lurik.

Kegiatan tersebut sekaligus untuk menunjukkan bahwa tenun lurik Pedan masih ada. Harapannya, tenun lurik sebagai wastra Indonesia seperti batik, bisa menasional bahkan mendunia.

“Harapan kami dari kegiatan ini, warga Pedan menyadari bahwa lurik masih bisa dihidupkan. Masyarakat daerah lain juga tahu bahwa lurik Pedan masih ada dan bisa meluas sampai nasional syukur-syukur internasional,” kata Rofikoh.

Para peserta fashion show itu dinilai para juri yang berasal dari berbagai unsur.

Advertisement

Mereka yakni Komisari Utama PT Pegadaian, Loto Srinaita Ginting, Guru Besar FEB UI, Rofikoh Rokhim, Komisaris Independen PNM, Nurhaida, Lurik Prasojo Pedan, Maharani Setiawan, Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih, serta Pemred Kedaulatan Rakyat, Octo Lampito.

Penilaian meliputi kreativitas, penampilan, dan kesesuaian tema.

Komisaris Utama PT Pegadaian, Loto Srinaita, merasakan kegembiraan penyelenggaraan fashion show sore itu.

“Saya ikut merasakan kegembiraan dan semangat masyarakat Pedan ikut mendukung pelestarian Lurik Pedan melalui event fashion show nuansa lurik. Senang melihat keterlibatan masyarakat mulai dari orang tua, anak muda, hingga anak-anak ikut berpartisipasi,” kata dia.

Maharani Setiawan dari Lurik Prasojo Pedan pun menyambut baik penyelenggaraan fashion show tersebut.

“Kami sampaikan terima kasih dari Bu Rofikoh sudah memfasilitasi untuk mempromosikan lurik yang asalnya dari Pedan. Semoga setiap tahun bisa diselenggarakan sekaligus untuk promosi ke mana-mana tidak hanya di Pedan,” kata Rani.

Rani mengatakan perkembangan lurik Pedan luar biasa karena muncul banyak inovasi. Lurik bisa dipakai semua kalangan dari menengah ke bawah sampai menengah ke atas.

Camat Pedan, Marjana, mengatakan peserta fashion show sore itu sebanyak 49 kelompok. Lantaran baru kali pertama, peserta khusus warga Kecamatan Pedan yang terdiri dari 14 pedan.

“Ini semua perajin lurik baik ATBM maupun mesin semua kami libatkan. Ada sekitar 12 ATBM kecil di Pedan,” kata Marjana.

Senada dengan para juri, Marjana berharap lurik Klaten khususnya Pedan semakin dicintai dan dikenal oleh masyarakat luas.

Lurik Klaten sendiri sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kemendikbudristek dan sudah mendapatkan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari Kemenkumham.

Pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Ke-8 2023, Lurik Klaten menyabet juara I kategori Cinderamata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif