Soloraya
Selasa, 12 April 2022 - 08:12 WIB

Merindukan Buka Bersama

Setiyana  /  Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Ramadan, (freepik)

Solopos.com, SOLO—Ketika kita melihat semut yang begitu rukun saat bekerja sama, kita bisa tahu bahwa segala sesuatu yang berat akan terasa terasa ringan ketika dilakukan bersama. Kerja sama membuat masalah apa pun bisa teratasi.

Semut-semut itu membawa makanan dari suatu tempat menuju persembunyian. Makanan yang kadang lebih besar dari ukuran semut sendiri mampu dibawa walaupun harus dengan sabar dan tertatih–tatih.

Advertisement

Para semut mampu mengatasi masalah itu dengan baik karena kerukunan. Begitu indah bukan? Kalau semut saja bisa, kenapa kita tidak? Bukankah kita bisa mencontoh apa yang mereka lakukan.

Buka puasa bersama dengan guru dan karyawan SMA tiga tahun yang lalu, membuatku ingat akan kehidupan semut-semut itu. Kami berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Namun, semua menyatu, saling bertoleransi dan saling memaafkan ketika ada yang salah.

Advertisement

Buka puasa bersama dengan guru dan karyawan SMA tiga tahun yang lalu, membuatku ingat akan kehidupan semut-semut itu. Kami berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Namun, semua menyatu, saling bertoleransi dan saling memaafkan ketika ada yang salah.

Buka bersama guru dan karyawan SMAN 1 Cawas adalah contoh bentuk kerukunan hidup beragama. Bulan Suci Ramadan 2019 merupakan momen yang mendalam. Pada masa awal pandemi Covid-19 itu, kelompok guru dan karyawan dapat mengadakan buka bersama yang terus kuingat sampai sekarang.

Begitu rukun warga SMAN 1 Cawas menyambut bulan yang begitu agung tersebut. Sejak pagi, semua guru dan karyawan bahu-membahu, bergotong-royong menyiapkan kegiatan buka bersama yang akan dilaksanakan pada sore harinya. Wajah ceria para guru yang akan menyambut buka bersama terlihat di sana-sini. Mereka bergotong-royong mempersiapkan panggung, membersihkan ruangan dan lingkungan aula yang akan digunakan untuk lokasi buka bersama.

Advertisement

Hari bergulir begitu cepat. Pagi hilang disusul siang. Jalannya hari tak dirasakan mereka yang muslim meski mereka sedang berpuasa. Rasa lapar berganti rasa gembira dalam mempersiapkan buka bersama. Alunan musik kasidah dan lagu islami terdengar sayup-sayup, pertanda sore telah tiba. Yang kami kerjakan mendekati sempurna.

Saat suara azan Asar berkumandang, guru dan karyawan muslim bergegas ke masjid, salat berjamaah. Khusus guru dan karyawan nonmuslim tetap melanjutkan kegiatan persiapan buka dan menjaga aula. Sebagian guru perempuan membantu memasak dan mengemas makanan yang hendak disajikan. Matahari semakin turun mendekati Gunung Merapi dan Merbabu. Para guru dan karyawan mempersiapkan diri dengan berganti pakaian untuk menyesuaikan acara buka bersama.

Tamu undangan pun mulai berdatangan. Warga SMAN 1 Cawas hadir dengan penuh senyum. Ketika acara hendak dimulai, para guru dan karyawan bergegas menuju aula di mana pengajian menjelang buka puasa dilaksanakan. Tak terasa mentari hilang dari pandangan. Dengan tetap menjaga protokol kesehatan (prokes), semua yang hadir mematuhi aturan sehingga acara demi acara dapat berjalan lancar.

Advertisement

Akhirnya buka puasa, yang ditandai suara azan yang dikumandangkan guru SMAN 1 Cawas, tiba. Waktunya menikmati hidangan yang tersedia.
Saya begitu terharu bisa makan bersama di antara guru dan karyawan dengan latar belakang agama berbeda. Semuanya menikmati hidangan buka bersama. Bagi guru muslim, pada saat itu, sudagh cukup makan snack dan minum terlebih dulu sebab mereka akan menunaikan Salat Magrib. Seusai salat barulah mereka makan.

Di sisi lain, guru dan karyawan nonmuslim menjaga dan memastikan hidangan siap. Dengan sukacita, para guru yang sudah melaksanakan Salat Magrib akhirnya menikmati lezatnya hidangan buka bersama. Kami bisa bersama dalam kebahagiaan pada malam itu walau agama kami berbeda-beda. Buka bersama itu membuat kami bisa menyatu menuju ketenteraman.

Sambutan dari kepala sekolah untuk menjaga kerukunan dalam keberagaman masih terus saya ingat. Kami memang perlu menjaga toleransi, memahami perbedaan yang ternyata membuat segala sesuatunya menjadi lebih kuat dan indah. Warga SMAN 1 Cawas harus mempererat kebersamaan dan kerja sama. Satu jam lebih sudah kami menikmati buka bersama itu sebelum kemudian acara dilanjutkan dengan Terawih. Sebagian guru pulang.

Advertisement

Sebenarnya ingin mengulang momen itu pada masa mendatang, tapi belum bisa karena situasi Covid-19 yang belum memungkinkan. Akhirnya rencana buka bersama ditunda entah sampai kapan. Doa saya, semoga kebersamaan dalam keberagaman di SMAN 1 Cawas tidak luntur walaupun Covid-19 belum juga hilang dari Indonesia.

Penulis adalah guru di SMAN 1 Cawas.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif