Soloraya
Senin, 20 Maret 2023 - 10:06 WIB

Meski Bukan Desa Termiskin di Sukoharjo, Cemani yang Terbanyak Terima Bansos

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potret permukiman Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo dengan kepadatan penduduknya. Foto diambil Sabtu (11/3/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Menurut data pensasaran percepatan penghapusan kemiskinan (P3KE), Grogol menjadi kecamatan dengan warga miskin terbanyak di Sukoharjo. Bonus demografi disebut sebagai faktor utama tingginya angka kemiskinan di kecamatan yan menjadi wilayah satelit Kota Solo itu.

Advertisement

Camat Grogol, Herdis Kurnia Wijaya, menyebut Desa Cemani menjadi penyumbang terbesar kemiskinan di Grogol. Di sana banyak warganya yang menerima bantuan sosial. Di Kecamatan Grogol sedikitnya ada 12.190 keluarga dan 50.436 jiwa masuk kategori miskin.

“Desa Cemani yang paling banyak mendapatkan bansos di wilayah Kecamatan Grogol,” jelas Herdis kepada Solopos.com, Sabtu (11/3/2023).

Advertisement

“Desa Cemani yang paling banyak mendapatkan bansos di wilayah Kecamatan Grogol,” jelas Herdis kepada Solopos.com, Sabtu (11/3/2023).

Dia menyebut tingginya penduduk miskin di wilayahnya merupakan konsekuensi dari bonus demografi. Dengan jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Sukoharjo ditambah tipologi daerah yang masuk dalam masyarakat urban mengakibatkan jumlah keluarga atau jiwa kategori miskin di Kecamatan Grogol menjadi yang paling banyak.

Masih ada rumah yang luasnya hanya 3 x 3 meter persegi namun dihuni oleh lima anggota keluarga bahkan lebih. Herdis memandang hal itu sebagai tantangan untuk mengentaskan kemiskinan di tengah problematika masyarakat urban.

Advertisement

Ditemui terpisah di kantornya, Kepala Desa Cemani, Hadi Indrianto, menyebut bonus demografi menjadi konsekuensi daerah di wilayah perbatasan. “Jumlah penduduk kami hampir sebanyak 24.000 jiwa kalau dihitung dengan jumlah pendatang yang tidak memiliki identitas kependudukan di Desa Cemani. Karena daerah perbatasan, banyak warga Solo yang menetap di Cemani, tapi identitasnya masih di Solo atau daerah lain. Kerjanya juga banyak yang tidak di Sukoharjo,” kata Hadi.

Dia mengatakan data kemiskinan tersebut tidak sama dengan keadaan di wilayahnya. Sebab menurutnya banyak masyarakat mampu mendaftarkan diri sebagai warga tidak mampu agar mendapat bantuan sosial karena faktor kecemburuan sosial.

Dia mengatakan pihaknya terus berupaya mendata kemiskinan di Desa Cemani melalui Ketua RT setempat. Agar kemiskinan terpotret sama dengan data yang ada di lapangan. Dia menyebut kemiskinan di wilayahnya berdasarkan penelusuran lapangan pemerintah desa seharusnya hanya berkisar 2%-3%.

Advertisement

Masalah Sosial

Menurutnya jumlah tersebut juga naik turun dengan banyak faktor, termasuk karena tidak semua warga di wilayahnya merupakan penduduk Desa Cemani. Di sisi lain dengan bonus demografi tersebut turut menimbulkan permasalahan sosial lain. Seperti kriminalitas terkait narkoba, terorisme, perampasan, dan lainnya.

“Setelah dilakukan pengecekan ternyata bukan warga Desa Cemani, hanya mengontrak atau ngekos. Tetapi stigma masyarakat telanjur menempel bahwa Cemani menjadi sarang kejahatan, itu yang ingin kami ubah. Karena pada kenyataannya memang bukan warga Desa Cemani, inilah susahnya berada di daerah perbatasan,” keluh Hadi.

Sementara risiko pembangunan masyarakat harus terus diupayakan desa. Tak terkecuali permasalahan kebencanaan seperti banjir dengan padatnya penduduk harus turut ditangani tanpa membedakan kependudukan. Padahal dalam keseharian banyak warga pendatang tidak mau turut andil menerapkan aturan pemerintah desa (pemdes). Mereka masih memiliki kesadaran rendah menjaga lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan.

Advertisement

“Saya mengimbau kepada warga Desa Cemani yang belum ber-KTP di Cemani dan sudah bertahun-tahun berdomisili, segera saja berpindah menjadi penduduk tetap Cemani. Sehingga kami bisa melakukan penataan wilayah dengan lebih akurat,” ujar Hadi.

Di sisi lain, Desa Cemani telah tercatat sebagai Desa Cerdas pada 2022 bersama dengan 24 desa lain dari total 167 desa di Sukoharjo. Penghargaan tersebut bukan kaleng-kaleng karena diberikan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Menurut Hadi, hal itu diraih sebagai tuntutan dari tekanan sosial yang mengharuskan pemdes membuat kebijakan dengan mengefektifkan pelayanan melibatkan teknologi. Ini menjadi sebagai sisi lain yang positif akibat bonus demografi, sehingga pemerintah desa terpacu untuk terus meningkatkan pelayanan.

Sementara itu berdasarkan penelusuran Solopos.com di wilayah Desa Cemani, beberapa permukinan warga terlihat cukup padat dengan rapatnya rumah dan luas yang tak cukup besar.

Tak jarang beberapa wilayah padat penduduk itu justru menampilkan kesan kumuh tak terawat dengan banyaknya barang yang berada di luar rumah. Karena barang-barang itu tak lagi cukup dimasukkan ke dalam rumah sepetak dengan jumlah anggota keluarga yang terkadang lebih dari empat orang itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif