SOLOPOS.COM - Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakoe Boewono (PB) XIII menghadiri acara tingalan Jumenengan SISKS Pakoe Boewono (PB) XIII di Sasana Sewaka Keraton Solo, Selasa (6/2/2024). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO–Bau dupa menyengat hidung ketika Solopos.com masuk ke area Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Ratusan tamu undangan duduk berjejer di kursi. Mereka memakai baju batik atau Jawi Jangkep berupa beskap warna gelap.

Sementara ribuan abdi dalem Keraton Solo duduk bersila di depan Sasana Sewaka Keraton Solo. Tak berapa lama, sejumlah penari mulai berlenggak-lenggok mementaskan Tari Bedhaya Ketawang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Tarian sakral dan suci itu  dipentaskan saat Tingalan Dalem Jumenengan atau peringatan naik tahta ke-20 Raja Keraton Solo, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono (PB) XIII.

Tarian warisan Raja Mataram, Sultan Agung Hanyakrakusuma itu dipentaskan secara utuh atau selama satu jam lebih 35 menit. Tarian itu hanya ditampilkan ketika acara Tingalan Dalem Jumenengan yang dibawakan gadis remaja yang masih perawan atau belum menikah.

“Tari Bedhaya Ketawang dipentaskan secara utuh. Kalau tidak salah, selama satu jam 35 menit,” ujar Ketua Panitia Tingalan Dalem Jumenengan Keraton Solo, K.G.P.H. Dipokusumo, saat berbincang dengan wartawan, Selasa (6/2/2024).

Gusti Dipo, sapaan akrabnya, mengatakan tradisi Tingalan Dalem Jumenengan digelar sesuai adat Keraton Solo. Tradisi Tingalan Dalem Jumenengan bagian dari merawat dan memelihara budaya Jawa.

Termasuk, prosesi adat Keraton Solo yang digunakan selama acara tersebut. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kirab agung ditiadakan dalam tradisi Tingalan Dalem Jumenengan tersebut.

“Kirab agung itu sebenarnya digelar hanya saat momen-momen tertentu. Ada hajat pesta demokrasi pada 14 Februari, sehingga kirab agung ditiadakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar dia.

Pengageng Parentah Keraton Solo itu menjelaskan tradisi tersebut dihadiri sekitar kurang lebih 2.000 abdi dalem dan 300 tamu undangan. Mereka mengikuti prosesi Tingalan Dalem Jumenengan secara khidmat. Tampak sejumlah perwakilan kerajanan di Nusantara turut hadir dalam tradisi tersebut. Termasuk penguasa Pura Mangkungeran, KGPAA Mangkunagoro X.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya