SOLOPOS.COM - Taman Sekartaji di Jl Tentara Pelajar, Solo. (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO–Fenomena taman kota yang dimanfaatkan untuk praktek mesum menandakan dicap sebagai penyakit mental di  sebagian golongan masyarakat Kota Solo. Pasalnya tak mampu melakukan kontrol diri.

Demikian disampaikan pakar Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Susatyo Yuwono, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (31/12/2013). Ia mengatakan perilaku mesum di taman kota menandakan ketidakpahaman fungsi dari fasilitas umum.  Diungkapkan, perilaku tersebut secara psikologis bermasalah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa mengontrol diri, saat ada dorongan nafsu disalurkan tanpa peduli lagi rasa malu dan menghargai orang lain,” ujarnya.

Hal itu lanjutnya juga bagian penyakit masyarakat yang perlu menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah, lanjutnya, dapat melakukan operasi penegakan disiplin dan diberikan sanksi tegas. Sementara masyarakat secara pro aktif melakukan pengamanan lingkungan dengan ronda.

“Keluarga harus  memberikan perhatian kepada perilaku remaja. Remaja sekarang memang mulai tidak mendengar saran dan menghargai orangtua. Sekarang mulai banyak remaja yang hanya menuruti kemauannya sendiri,” terangnya.

Menurutnya taman kota semestinya dikembalikan pada fungsi asalnya yakni sebagai tempat refreshing masyarakat dari kepenatan kerja, sarana penghijauan, dan tempat bermain anak. “Saat taman kota dimanfaatkan sebaliknya, pertanda masyarakat belum siap dengan penyedian fasilitas tersebut. Mereka cuek dan seenaknya,” tandasnya.

Sementara, Psikolog Universitas Sebelas Maret  (UNS), Tuti Hardjajani, mengatakan perilaku mojok ditaman-taman kota tidak hanya kalangan remaja tetapi juga orang dewasa. Ia menilai masa remaja memang pada periodenya masa menjalin kasih untuk pengembangan sosial  dan memahami lawan jenis. Namun karena longgarnya pergaulan dan lemahnya pengawasan orangtua  menjadikan persoalan tersendiri.

“Banyak orangtua yang menganggap anak sudah tahu sendiri, padahal anak belum memiliki pengalaman memadai. Orangtua  seharusnya memberikan pengawasan tanpa ada alasan sibuk atau menyita waktu. Kenakalan remaja dan anak disorot, kenapa tak menyorot kerusakan kalangan dewasa,” ujar pengajar di Psikologi UNS ini.

Sementara pemerintah juga harus kembali mengacu tujuan awal pembuatan taman-taman kota tersebut. Ia menilai saat masyarakat tertib sudah terbentuk persoalan taman kota menjadi tempat mojok tentu tidak akan terjadi.

“Taman kota agar tidak dimanfaatkan untuk kegiatan negatif dilengkapi fasilitasnya saja agar tidak menjadi objek remang-remang,” tandas wanita yang juga mengajar di Bimbingan Konseling FKIP UNS ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, taman kota di Solo, berdasarkan kesaksian warga, tampak lengang pada siang hari tetapi padat aktivitas pada malam hari. Kalangan berusia remaja menurut kesaksian warga melakukan aktivitas di malam hari. Pada pagi harinya, seringkali ditemukan  kondom bekas pakai yang bertebaran di sana-sini. (Himawan Ardhi Ristanto).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya