Soloraya
Selasa, 26 Februari 2013 - 18:58 WIB

MESUM KLATEN: Teduh, Hutan Kota Adem Buat Nongkrong

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pelajar tengah nongkrong di kawasan Hutan Kota Klaten di Kelurahan Bareng, Klaten Utara, Klaten, Selasa (26/2/2013). (JIBI/SOLOPOS//Moh Khodiq Duhri)

Sejumlah pelajar tengah nongkrong di kawasan Hutan Kota Klaten di Kelurahan Bareng, Klaten Utara, Klaten, Selasa (26/2/2013). (JIBI/SOLOPOS//Moh Khodiq Duhri)

KLATEN—Aksi mesum dua remaja Klaten di Hutan Kota Klaten, Senin (25/2/2013), menjadi keprihatinan banyak pihak. Padahal hutan kota itu dibangun sebagai paru-paru kota, yang lebih ironis kawasan itu berdekatan dengan jalan raya dan beberapa sekolah.

Advertisement

Pepohonan di kawasan itu tinggi menjulang. Kerindangannya menghadirkan kesejukan bagi siapa saja yang berteduh di bawahnya. Kursi taman sengaja disediakan bagi pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kesegaran embusan angin.

Bagi yang punya waktu luang bisa berjalan-jalan melintasi jalur setapak yang dibangun di Hutan Kota seluas 5.100 m2. Hutan Kota yang berlokasi di kawasan Bareng, Kecamatan Klaten Utara itu memang menjadi tempat favorit bagi warga yang mulai jenuh dengan tingginya tingkat polusi udara di Kabupaten Bersinar.

Aneka jenis pohon seperti mahoni, munggur, trembesi, sawo kecik dan lain-lain tumbuh subur di Hutan Kota. Lokasi itu pun asyik buat tempat nongkrong.

Advertisement

“Saya biasa berlama-lama di sini bersama teman-teman selepas pulang sekolah. Udara di sini sejuk. Di luar udaranya panas dan dipenuhi polusi dari asap kendaraan bermotor,” ujar Dwi, 16, pelajar SMP negeri yang tak jauh dari Hutan Kota Klaten saat ditemui di lokasi, Selasa (26/2/2013).

Tidak dipungkiri, keberadaan paru-paru-paru kota ini  bermanfaat untuk mengurangi tingkat polusi di Kota Klaten. Keberadaanya juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan warga untuk sekadar melepas penat.

Namun, kurangnya perawatan yang memadai membuat sejumlah fasilitas mulai rusak. Sebagian paving pada jalan setapak sudah hilang dari tempatnya. Sejumlah tempat duduk yang terbuat dari beton juga sudah berlumut dan mulai retak-retak. Pada bagian lain, rerumputan juga tumbuh kelewat subur.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif