SOLOPOS.COM - Mete (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Mete (Dok/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI–Produksi mete di Kabupaten Wonogiri tahun 2014 diperkirakan anljok sampai lebih dari 40%.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hujan yang terus mengguyur kabupaten yang dikenal sebagai pusat produksi mete tersebut membuat tanaman mete tidak berbunga sehingga praktis tidak menghasilkan. Hal itu seperti terjadi pada ribuan pohon mete di Kelurahan Beji, Kecamatan Nguntoronadi. Di kelurahan yang selama ini memasok mete mentah tersebut tidak ada pohon mete yang berbunga.

“Sudah mau berbunga karena sempat panas beberapa hari, tapi kemudian tidak jadi sebab hujan terus terjadi. Sekarang tanaman trubus, rimbun lagi, daun-daunnya semi lagi,” ungkap Lurah Beji, Sunardi, saat dihubungi Solopos.com awal pekan kemarin.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Wonogiri, Sri Djarwadi, mengakui tahun ini produksi buah mete berpotensi anjlok sampai lebih dari 40% karena pohin mete terus terpapar hujan. Menurutnya, agar dapat berbunga, pohon mete harus mendapat paparan sinar matahari yang konsisten. Jika sudah berbunga, 60-70 hari setelah itu buah mete bisa dipanen. Kenyataannya, pohon mete di banyak daerah tidak berbunga. Kalau pun sudah berbunga, bunga mete rontok karena diguyur hujan.

“Tahun ini mete memang terkendala. Petani biasanya tidak terlalu risau kalau hujannya di bulan Januari. Tapi jika sampai Mei masih hujan terus, ya berat. Kalau musimnya begini mungkin bisa turun lebih dari 40%,” jelas Djarwadi.

Harga

Berdasarkan data Dishutbun, tahun 2012 silam, petani mete di Kabupaten Wonogiri bisa memanen 10.983 ton gelondong kering dari 12.921 batang pohon. Tahun ini, dipastikan jumlah mete yang bisa dipanen jauh berkurang. Djarwadi menambahkan persoalan yang kini menimpa petani mete tidak bisa teratasi karena berkaitan dengan musim. Untuk itu dia berharap petani bisa menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.

Menurut Djarwadi, harga mete selalu membumbung setiap menjelang Lebaran. Saat ini harga mete mentah mencapai Rp50.000-Rp55.000 per kilogram (kg) sedangkan harga mete matang Rp70.000-Rp75.000 per kg. Mendekati Lebaran, harga mete matang bisa mencapai lebih dari Rp100.000 per kg. Saat ini tanaman mete tersebar hampir di semua kecamatan, terutama Kecamatan Ngadirojo, Jatisrono dan Jatiroto.

Di sisi lain, Suradi mengungkapkan anjloknya produksi mete jelas merugikan warganya, khususnya warga Kelurahan Bodeh, Pudak dan Pandan yang selama ini banyak menanam pohon mete. Apalagi, menjelang Lebaran, mete menjadi komoditas yang sangat dicari. Gara-gara pohon mete belum juga berbunga dan berbuah, petani mete terpaksa menjual stok lama untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan jelang Lebaran.

“Terpaksa mereka menjual stok lama. Padahal kalau mendekati Lebaran yang mencari mete banyak. Petani biasanya jual mete mentah ke pedagang yang datang langsung ke rumah-rumah petani,” kata Suradi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya