SOLOPOS.COM - Pemilik Rumah Makan Jenang Laweyan Omi, Nurul Fadhilah meracik jenang di rumah makan miliknya, Selasa (6/2/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Perempuan asal Solo Nurul Fadhilah mantap memulai bisnis kuliner jenang sejak 2012. Bisnis kuliner khas Solo itu ia mulai dari kesukaannya membuat jenang mengikuti resep dari sang ibu.

Pemilik Rumah Makan Jenang Laweyan Omi itu bercerita kepada Solopos.com, Selasa (6/2/2024), dirinya sejak kecil sangat dekat dengan makanan jenang. Pasalnya waktu kecil dirinya sering dibuatkan jenang. 

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Sebetulnya ibu bukan penjual jenang, tapi sering membuat jenang. Ibu itu kalau membuat jenang banyak, biasanya buat sepuluh orang saudara-saudara saya,” kata dia.

Keluarganya sering membuat jenang ketika momen-momen tertentu seperti saat hamil sampai momen selamatan. Setiap kali ibunya membuat jenang, Nurul selalu memperhatikan proses meraciknya hingga siap saji. Semakin lama ia mampu membuat jenang sendiri.

Melalui kemampuan membuat jenang itu, Nurul berpikir membuat usaha kuliner khas Solo itu. Tidak hanya jualan, dia juga membawa misi untuk melestarikan warisan resep jenang dari sang ibu.

“Saya memang tertarik dengan jenang karena nggak setiap orang bisa membuat jenang dan nggak semua orang mau melestarikan makan tradisional ini,” kata dia.

Apalagi saat ini, menurut dia, sudah lumayan susah menemukan jenang. Keadaannya berbeda dibandingkan dengan 1980-an. “Kalau dulu kan jenang itu masuk ke kampung-kampung, panjualnya pakai gendongan, sekarang kan sudah tidak ada,” kata dia.

Guna mewujudkan keinginan melestarikan kuliner jenang, Nurul menghadirkan enam jenis jenang di buku menu yakni Jenang Pati Telo, Jenang Mutiara, Jenang Ketan Ireng, Jenang Sagu, Jenang Grendul, dan Jenang Sumsum.

Dia mengatakan sampai saat ini peminat jenang masih banyak. Salah satunya jenang sumsum yang sering dipesan untuk hajatan atau nikahan. Selain itu rekan kerjanya juga sering memesan jenang sumsum. Menurut dia, jenang sumsum memiliki filosofi tersendiri.

“Janang sumsum itu biar hilang rasa lelahnya, jadi kalau dia habis kerja dibuatkan jenang sumsum itu badannya enak, hilang lelahnya,” kata dia. 

Selain itu jenang sumsum yang memiliki warna putih dan tekstur yang lengket itu dianggap bisa menjadi simbol kerekatan hubungan antarsesama. Makanya seperti disebutkan Nurul tadi, seringkali jenang sumsum dipesan untuk upacara adat dalam budaya Jawa seperti pernikahan.

Selain untuk kepentingan acara, jenang buatannya juga sering dipesan perorangan. Banyak yang datang ke tempatnya untuk sekadar mencicipi cita rasanya. Beberapa ada juga yang pesan dari rumah.

“Yang minat dari menengah ke bawah sampai menengah ke atas itu ada semua. Saya pernah ada pelanggan yang hamil ngidamnya jenang,” kata dia. 

Jenang Laweyan Omi yang beralamat di Jl. Dr. Rajiman No.456, Bumi, Kecamatan. Laweyan, Kota Solo itu menawarkan harga yang murah. Pembeli cukup mengeluarkan uang Rp12.000 sampai Rp14.000 per porsi. Rumah makan buka dari pukul 10.00 WIB sampai 18.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya