Soloraya
Jumat, 19 Agustus 2022 - 16:37 WIB

Milenial di Klaten Jangan Ketinggalan, Potensi Pertanian Segede Ini Lo

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyemprotan tanaman padi menggunakan drone di Desa Bolopleret, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah pada Minggu (2/1/2022). Penyemprotan menggunakan drone lebih efektif dan efisien dibandingkan secara manual dan bisa menarik minat kaum muda menekuni pertanian. (Istimewa/Dokumentasi Pemdes Bolopleret)

Solopos.com, KLATEN — Potensi bisnis sektor pertanian di Klaten disebut-sebut masih menjanjikan. Perputaran uang pada sektor pertanian diperkirakan mencapai triliunan rupiah per tahun.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, saat ditemui di halaman DKPP, Jumat (19/8/2022).

Advertisement

“Saya kasih contoh di sisi tanaman padi saja. Tanpa menghitung potensi penyediaan pupuk anorganik, perputaran uang pada budi daya padi di atas Rp4 triliun. Padahal masih ada jagung, kedelai, peternakan, dan lain-lain,” kata Widiyanti.

Widiyanti menjelaskan perputaran uang mencapai Rp4 triliun itu mulai dari penyediaan benih, jasa sewa sarana pertanian, hingga pemasaran.

Dari sisi penyediaan benih, Widiyanti menjelaskan kebutuhan benih padi di Klaten per tahun mencapai 22.000 ton. Jumlah itu berdasarkan total luas tanam padi di Klaten rata-rata 37.000 ha per tahun.

Advertisement

Baca Juga: Pasar Tani Klaten, Stan Tanaman Hias Petani Muda Diserbu Pengunjung

“Benih padi 22.000 ton kalau diuangkan nilainya Rp22 miliar. Jika mengambil keuntungan 10 persen saja, nilai keuntungannya sudah Rp2,2 miliar per tahun,” kata Widiyanti.

Dia menggambarkan dari sisi penyediaan jasa sarana pertanian, yakni mengoperasikan transplanter, mesin penanam padi.

Advertisement

Transplanter itu sekali jalan nilai sewa per ha Rp1 juta. Alat itu menggunakan bibit yang persemaiannya dengan sistem dapog. Per ha itu butuh 210 dapog dan sistem semainya tidak membutuhkan lahan yang luas, bisa di halaman rumah. Peluang ini juga bisa diambil,” kata dia.

Widiyanti menilai potensi bisnis di sektor pertanian hingga saat ini masih besar. Lantaran hal itu, dia mendorong agar peluang bisnis di sektor pertanian bisa diambil warga lokal Klaten terutama para milenial.

Baca Juga: Cuaca Tak Menentu, Petani Kedelai di Klaten Sulam Tanaman Berkali-Kali

“Potensi bisnisnya sangat besar. Untuk milenial ini potensi yang bagus. Jangan sampai merasa rendah diri ketika menjadi petani,” kata Widiyanti.

Terkait jumlah petani di Klaten, Widiyanti menjelaskan ada puluhan ribu orang. Mayoritas mereka merupakan petani yang sudah berumur lebih dari 60 tahun. Berdasarkan data petani pengguna pupuk bersubsidi sesuai data RDKK, ada 87.000 orang.

Widiyanti menjelaskan saat ini mulai bermunculan generasi milenial yang menggeluti sektor pertanian. Selain pertanian padi, para milenial itu menggeluti pertanian hortikultura. Mereka tergabung dalam Komunitas Petani Muda Klaten.

“Jumlah anggotanya sekarang sudah sampai 500 orang. Mereka semua aktif di sektor pertanian,” jelas dia.

Baca Juga: Jos! Petani & Peternak Klaten Bisa Jadi Penopang Kedaulatan Pangan

Widiyanti berharap di setiap kecamatan muncul komunitas petani milenial. Soal dukungan dinas terhadap regenerasi petani, Widiyanti mengatakan salah satunya dengan melibatkan petani milenial dalam berbagai pelatihan yang diadakan oleh pemerintah pusat hingga daerah.

“Di setiap pelatihan selalu kami pesan agar melibatkan yang muda dan aktif di pertanian,” jelas dia.

Ketua Komunitas Petani Muda Klaten, Afif Amrizal Basri, menjelaskan inisiasi pembentukan komunitas itu bermula dari diskusi empat orang pada pertengahan tahun 2020 lalu.

Mereka memiliki keresahan yang sama, yakni mengurai permasalahan kompleks di bidang pertanian. Salah satunya soal regenerai petani. Mayoritas petani berumur di atas 50 tahun.

Baca Juga: Bisnis Cuan Budi Daya Jamur Tiram di Klaten, Omzet Rp28,8 Juta/Bulan

Hingga pada akhir Agustus 2021, terbentuk komunitas tersebut. Seiring perkembangannya, minat milenial pada dunia pertanian bertambah. Kini komunitas itu beranggotakan ratusan orang.

Kegiatan komunitas tersebut di antaranya ngobrol bareng (Ngoper). Kegiatan tersebut mendatangkan berbagai pembicara dari instansi terkait, ahli pertanian, serta akademisi.

Ada juga kegiatan tandur bareng serta pelatihan bidang pertanian maupun peternakan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif