SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indoensia)

Solopos.com, KLATEN – Minimnya pasokan kedelai lokal membuat sejumlah perajin tahu dan tempe di Klaten tetap mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe meski harganya selangit. Selama ini, produksi kedelai lokal di Klaten masih belum mencukupi kebutuhan kedelai per tahun.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, luas tanam kedelai pada 2020 menurun jika dibandingkan 2019. Luas tanam kedelai pada 2020 hanya 561 ha atau menurun 1.031 ha dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan luas tanam hanya 561 ha, produksi kedelai di Klaten pada 2020 hanya sekitar 1.065,9 ton. Angka produksi itu jauh dari kebutuhan 13.275 ton kedelai per tahun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Segera Terima Vaksin, Pemkab Boyolali Siapkan Ruang Penyimpanan

Kepala DPKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan rendahnya luas tanam kedelai lantaran minat petani tanam kedela yang kurang. Pada 2020 lalu, kebanyakan petani yang biasa menanam kedelai memilih tanam palawija lainnya. Nilai keuntungan yang rendah menjadi pertimbangan petani enggan menanam kedelai pada musim kemarau tahun lalu.

“Sebenarnya ada bantuan bibit kedelai. Petani mau diberi bantuan bibit kedelai tetapi tidak mau. Karena saat itu harga jual kedelai rendah. Akhirnya sebagian memilih tanam yang harga jualnya tinggi seperti kacang hijau,” kata Widiyanti, Selasa (5/1/2021).

Soal kualitas, Widiyanti menuturkan kualitas kedelai lokal tak kalah jika dibandingkan kedelai impor. Bahkan, kedelai lokal diklaim lebih unggul digunakan untuk produksi tahu dan tempe.

“Sudah pernah dipraktikkan kedelai lokal digunakan untuk membikin tahu di ATP Humo. Ternyata tahu yang menggunakan kedelai lokal itu rendemennya lebih tinggi,” jelas dia.

Kedelai Impor Jadi Andalan

Sebelumnya, Ketua Paguyuban Tahu Sari Putih Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Maryanto, mengatakan kedelai impor masih menjadi andalan para perajin tahu di wilayahnya meski harganya saat ini terlampau tinggi. Pilihan tetap menggunakan kedelai impor lantaran minimnya pasokan kedelai lokal.

Maryanto mengatakan kualitas tahu yang dibikin menggunakan kedelai lokal tak kalah dibandingkan dengan kedelai impor. “Tetapi selama ini kedelai lokal itu tidak bisa menutup [kebutuhan bahan baku tahu],” kata dia.

Sukoharjo Zona Oranye Covid-19, Hindari Kerumunan di Tempat Umum!

Salah satu anggota Rumah Tempe Srikandi Geneng, Kecamatan Prambanan, Yuli, mengaku hingga kini masih mengandalkan kedelai impor untuk produksi tempe.

“Sebenarnya kualitas kedelai lokal itu bagus. Hanya saja stoknya itu yang jarang dijumpai dan harganya lebih mahal. Sebelum harga kedelai impor naik seperti saat ini atau masih berada pada kisaran Rp7.500/kg, kedelai lokal harganya sudah Rp12.000/kg,” jelas Yuli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya