Soloraya
Minggu, 3 Juni 2012 - 19:22 WIB

MINUM SUSU: DPRD Desak Disnakkan Perhatikan Nasib Peternak

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternak Boyolali (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Peternak Boyolali (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

BOYOLALI–Kalangan anggota DPRD Boyolali menggelar aksi minum susu sapi murni di gedung DPRD, Sabtu (2/6/2012). Acara ini sebagai ajakan kepada masyarakat khususnya Boyolali untuk rajin mengonsumsi susu sapi asli.

Advertisement

Wakil Ketua DPRD, Turisti Hindriya mengatakan, Boyolali merupakan penghasil utama susu perah di Jawa Tengah. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya mengonsumsinya setiap hari untuk kesehatan.

Ia menerangkan, produksi susu segar yang disetorkan ke industri pengolahan susu (IPS) melalui KUD mencapai 120.000 liter/hari. Sedangkan peternakan sapi perah di Boyolali tersebar di sejumlah kecamatan. Antara lain, Musuk, Cepogo, Selo, Boyolali Kota dan Mojosongo.

“Banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari susu sapi ini sebagai petani sapi perah,” ujarnya.

Advertisement

Turisti menjelaskan, ternak sapi perah baru sekadar sampingan lantaran harga susu masih rendah. Hal ini dikarenakan kualitas susu yang juga masih rendah.

Ia mendesak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali untuk lebih memerhatikan nasib para peternak sapi perah. Ia menengarai penyebab rendahnya kualitas susu ada beberapa faktor yakni, ketergantungan pada pakan dari industri serta kekurangan air bersih.

“Peternak terpaksa menjual sebagian sapi untuk membeli air bersih. Kami berharap kampanye minum susu sapi segar ini bisa diikuti masyarakat lain,” imbuhnya.

Advertisement

Salah satu peternak, Ari, warga Mojosongo mengaku usaha peternakan sapi perah ini bagus. Menurutnya, berapapun hasil susu dari peternak bisa disetorkan ke KUD.

Akan tetapi, usahanya terkendala mahalnya harga pakan. Ia memiliki 6 ekor sapi, 4 di antaranya menghasilkan susu sebanyak 25 liter/hari. KUD pun membelinya dengan harga Rp3.250/liter.

“Kami juga menggunakan pakan lain seperti rumput dan singkong. Selain itu, pemeliharaannya dikerjakan sendiri,” ujarnya. Sedangkan, kotoran ternak bisa untuk pupuk. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengeluaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif