SOLOPOS.COM - Simpang PB VI Selo dengan pemandangan Gunung Merbabu di Jalan Solo-Selo-Borobudur (SSB) Kecamatan Selo, Boyolali, Jumat (9/6/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI — Kawasan wisata yang diapit dua gunung, Merapi dan Merbabu, di Kecamatan Selo, Boyolali, berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Daerah yang menawarkan keindahan pemandangan dan kesejukan udara itu bahkan disebut-sebut bisa menjadi pesaing kawasan wisata Tawangmangu yang jauh lebih dulu terkenal di Karanganyar.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seperti di Tawangmangu, wilayah Selo yang terbelah Jalan Solo-Selo-Borobudur (SSB) tersebut juga dipenuhi deretan kafe, coffee shop, hingga penginapan seperti hotel, homestay, vila, hingga glamping mewah.

Menurut informasi di laman resmi Pemerintah Kecamatan Selo, Boyolali, https://seloapp.com/petawisataselo/index.php, terdapat 19 destinasi wisata, 22 kafe atau rumah makan, 14 penginapan atau homestay di Selo. Selain itu ada lima sanggar seni yang siap menghibur para wisatawan.

Destinasi wisata di kawasan Selo, Boyolali, ada Embung Manajar, Bukit Sanjaya, Dewisambi, Petilasan Kebo Kanigoro, Simpang PB VI, Taman Bunga Merapi Garden Selo, Bukit Fertile Prosper, Bukit Kinasih, Lodjie Soko Giri, Tuk Babon/Hutan Cemara Selo.

Kemudian ada Bukit Cilenguk, Rest Area Perkemahan Gunung Nganten, Joglo Mandala Selo, New Selo, Jembatan Cinta/Jembatan Gantung, Waterpark Klangi, Jembatan Polkadot, Jembatan Kali Apu, dan Stabelan Tlogolele.

Kafe atau rumah makan ada Argo Loro Kopi, Nuansa Bening, Kopi Dari Hati d’Kebon, D’Garden Cafe Selo, Deselokaton, Merapi Resto Selo, AA Cafe Resto, Queen Sanjaya Coffee, Argobumi, Merapi Garden, Omah Kita, D’highland Cafe.

Selain itu ada Ndalem Coffee, Bolo Kopi Selo, Merbabu Story, Tledung Cafe, Selosa Cafe, Pusat Kuliner Jajanan Selo, Myfather Coffee and Resto, Langit Pitu, Cafe Bimastra, dan The Mahesa Coffee & Eatery.

wisata ketinggian boyolali
Pengunjung menikmati pemandangan dari Restoran Langit Pitu di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali. Foto diambil Selasa (24/1/2023) sore. Restoran ini menjadi restoran paling atas di Desa Samiran. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Penginapan di kawasan wisata Selo, Boyolali, ada Selo Pass, Bungalow Tersenyum, D’Highland, Kampung Homestay Damandiri, Kawasan Homestay Dewi Sambi, Bukit Sanjaya Resort, Villa Sanjaya, Hartono Resort, Azana Essence Villa, Argo Loro, The Great Villa, Homestay Gardu Pandang, dan Penginapan Gardu Pandang 2.

Pergeseran Tren Pasar

Kalangan pelaku usaha pariwisata tertarik menanamkan investasi dalam bentuk rumah makan atau penginapan di Selo karena menilai kawasan itu punya potensi besar untuk menjadi pesaing Tawangmangu. Apalagi selama masa pandemi Covid-19 yang merebak awal 2020 lalu, terjadi pergeseran tren pasar wisata lebih ke alam dan kebugaran atau wellness tourism.

Hal itu membuat kawasan Selo menjadi incaran para investor untuk mengembangkan pariwisata di sana. Seperti diungkapkan Founder dan CEO Azana Hotels and Resorts, Dicky Sumarsono, mengaku tertarik untuk membuat glamping mewah di daerah Gebyok, Selo karena semenjak pandemi Covid-19, muncul pasar baru bernama NEWA (Nature, Eco-tourism, Wellness dan Adventure).

“Pasar tersebut suka dengan hotel-hotel yang konsepnya di alam seperti gunung, pantai, hutan, bahkan persawahan,” ungkap dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/6/2023).

Azana membuka Azana Essence Selo Boyolali yang menawarkan vila, tempat meeting, hingga luxury glamping di kawasan wisata ini. Menurut Dicky, glamping Azana Selo paling mewah dibandingkan di Tawangmangu, Sarangan, Kopeng, Batu Malang, Lembang, Bandung, Puncak Bogor. Dicky optimistis investasinya di Selo bakal berjalan baik karena banyak orang yang menyukai suasana alam yang segar dan instagrammable.

“Tempat kami ini diapit dua gunung, view-nya dapat dua gunung, bagus banget. Nah, dua gunung ini kalau buat foto bisa menjadi background yang sangat bagus. Itulah alasan saya bikin di sana, karena saya yakin Selo akan menjadi daerah tujuan wisata setelah melihat Tawangmangu dan Sarangan mulai crowded,” kata dia.

kawasan wisata selo boyolali
Kawasan wisata Bukit Sanjaya di Selo, Boyolali, Jumat (9/6/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Hal senada diungkapkan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Boyolali, Trijoko, yang membuka tempat wisata bernama Bukit Sanjaya di Selo pada 2021. Ia memanfaatkan momentum masyarakat yang terkekang Covid-19. Masyarakat saat itu memilih berwisata ke alam terbuka untuk refreshing.

“Selo memiliki potensi besar untuk lebih dari Tawangmangu karena view yang dijual tidak kalah dengan sana. Di Selo ada Gunung Merapi dan Merbabu, untuk Gunung Merapi, siapa sih yang tidak kenal Merapi,” ungkap dia.

Tri menilai prospek masa depan Selo sebagai kawasan wisata di Boyolali sangat menjanjikan. Tantangannya adalah bagaimana agar para investor bekerja sama menyajikan atraksi wisata di Selo. Ia mengusulkan adanya kerja sama antarpengelola objek wisata agar wisatawan bisa betah berlama-lama di Selo.

Harapan Warga

“Jadi bagaimana upayanya agar pengunjung Selo tidak hanya cukup sehari-dua hari. Tapi kalau bisa tiga hari bahkan satu minggu [pekan],” kata dia.

Tantangan lainnya, menurut Tri, adalah ketersediaan air. Menurutnya, itu memang masalah klasik yang membutuhkan penyelesaian bersama. Tri mengaku dalam sebulan mesti keluar biaya Rp750.000-Rp1 juta untuk penyediaan air bersih bagi pengunjung di Bukit Sanjaya, vila, dan kafenya.

Ia juga berharap ada campur tangan pemerintah untuk pengadaan bank sampah sehingga pengusaha bisa mengelola sampah-sampah wisatawan.

kawasan wisata selo boyolali
Kawasan wisata Selo di Jalan Solo-Selo-Borobudur (SSB) dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi Boyolali, Jumat (9/6/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Salah satu warga Dukuh Gebyok, Desa/Kecamatan Selo, Boyolali, Nanang Setyawan, 41, mengakui sekarang Selo sudah banyak berubah sebagai kawasan wisata yang semakin maju. Saat ini telah menjamur warung makan, homestay, kafe, dan tempat-tempat wisata lainnya.

“Selo sekarang sudah sangat maju, tidak ketinggalan dengan kecamatan yang lain. Kondisi ekonomi masyarakat juga bagus, investor juga mulai masuk. Tentu semua ini ada dampak negatif dan positifnya bagi masyarakat,” kata dia.

Di sisi lain, Nanang berharap Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) antardesa bisa bekerja sama agar bisa maju bersama-sama investor atau pemodal luar. “Jadi kita semua tidak bisa sendiri kalau mau bersaing dengan pemodal luar. Kalau sendiri-sendiri jelas tidak mampu,” kata dia.

Ia mencontohkan Selo yang kebanyakan masyarakatnya petani sayur bisa menjadi daya tarik sendiri untuk mengembangkan agrowisata. Para wisatawan bisa menikmati sensasi petik sayur atau wisata pertanian lainnya.



Contoh lain, Selo memiliki banyak kesenian dan budaya yang juga bisa jadi daya tarik untuk dipertontonkan kepada para wisatawan. Sehingga, berwisata ke Selo tidak sekadar menikmati pemandangan tapi juga agrowisata dan budaya.

Nanang juga berharap Pemkab Boyolali bisa membuat peraturan daerah yang mengatur pendirian kafe dan tempat wisata di Selo agar memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

“Dalam hal ini misal CSR [Corporate Social Responsibility] untuk masyarakat. Lalu pihak-pihak swasta yang berinvestasi di Selo bisa melibatkan masyarakat, agar warga Selo tidak hanya sebagai penonton,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya