Soloraya
Minggu, 2 April 2023 - 13:58 WIB

Misa Minggu Palma Berlangsung Meriah dengan Arak-Arakan di Kota Solo

Wahyu Prakoso  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seribuan umat Katolik memegang daun palma sambil berdoa dan bernyanyi di SD Pangudi Luhur St. Timotius, Solo, Minggu (2/4/2023). Perarakan Minggu Palma berlangsung meriah. (Itimewa/Komsos Antonius Purbayan)

Solopos.com, SOLO–Umat Katolik merayakan Minggu Palma menjelang pekan peringatan kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan di Kota Solo, Minggu (2/4/2023). Perarakan Minggu Palma berlangsung meriah.

Seperti yang dilakukan jemaat Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan, Solo, mengikuti perayaan ekaristi dari awal dengan berkumpul di SD Pangudi Luhur St. Timotius, Solo, sebelum melakukan perarakan menuju Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan pukul 08.30 WIB.

Advertisement

Direktur Yayasan Kanisius Cabang Solo Romo Joseph Situmorang bertugas memimpin perarakan sampai misa Minggu Palma. Sejumlah jemaat membawa daun palem dari rumah. Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan juga menyediakan daun palem.

Romo Joseph Situmorang mengawali perarakan Minggu Palma dengan memberkati daun palem yang disaksikan seribuan umat. Para petugas menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker.

Advertisement

Romo Joseph Situmorang mengawali perarakan Minggu Palma dengan memberkati daun palem yang disaksikan seribuan umat. Para petugas menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker.

Mereka melakukan perjalanan dengan memegang daun palma sambil berdoa dan bernyanyi sampai Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan. Minggu Palma atau minggu daun-daunan merupakan minggu peringatan Yesus memasuki gerbang Kota Jerusalem.

Ribuan umat Jerusalem bergembira menyambut Yesus, masing-masing dengan daun dan ranting pohon yang dipotong. Romo Joseph menjelaskan ribuan umat waktu itu berseru hosana anak Daud, diberkatilah Dia, yang datang dengan nama Tuhan, hosanna di tempat yang maha tinggi.

Advertisement

Para pemimpin waktu itu gagah dengan ajaran agama, namun minus dalam keteladanan. Mengedepankan dialog dengan orang-orang penting, namun tak menyentuh orang-orang dalam kehidupan sehari-hari.

“Yesus berbeda. Yesus dielukan rakyat. Mereka sendiri menyaksikan berbagai macam perbuatan baik yang telah dikerjakan Yesus. Yesus digambarkan sebagai raja damai, masuk ke kota damai, Kota Jerusalem, dengan keledai,” kata dia kepada umat.

Umat menyambut penuh gairah dan para murid yang mengikuti Yesus dengan menaruh kepercayaan.  Tetapi sesudah itu ternyata Raja Damai tidak menghadapi jalan mulus.

Advertisement

Yesus menghadapi penguasa politik dan rakyat mulai dihasut. Sejumlah umat yang semula mengikuti bersama serta bersorak hosanna bagi anak Daud berbalik ikut berteriak salibkan-salibkan.

“Namun Yesus tak gentar untuk meneruskan apa yang harus dilakukan. Dia harus berkorban demi kebaikan kita tanpa ragu. Yesus menjalankan itu, Dia melakukannya karena kasihnya kepada kita,” ujarnya.

Umat yang mengikuti Yesus dengan berbagai harapan untuk mendapatkan hal baik mendapati kenyataan tragis. Sedikit orang yang tetap menyatakan sebagai murid Yesus. Yesus mati di kayu salib.

Advertisement

Yesus dalam kitab Injil tak digambarkan ingin meyakinkan orang atau berupaya membela diri. Padahal sesungguhnya bisa melakukan itu. Misalkan Petrus, salah satu murid Yesus, punya ide untuk melawan tetapi Yesus memintanya menyarungkan pedang.

“Begitu banyak kekuatan yang dimiliki Yesus, begitu banyak peristiwa yang dilihat orang banyak. Yang menjadi kekuatan Yesus untuk menghadapi orang-orang yang menyesatkan dan menyalibkan Yesus. Kecenderungan membela diri dan meyakinkan orang lain siapa Yesus tidak muncul,” ujar dia.

Yesus, menurut Romo Yoseph, menunjukkan kesejatian dengan tenang. Tidak membela diri, tidak menerangkan apa yang dipikirkan, tidak menyingkirkan rintangan. Namun, tekun melakukan tugas dengan menyerahkan diri kepada Allah.

Wakil Ketua Paroki Santo Antonius Purbayan, Gerardus Suyatman, menjelaskan gereja mengadakan perarakan Minggu Palma kembali setelah setop akibat pandemi Covid-19 sejak 2020.

Semula, kata dia, perakan Minggu Palma dilakukan di halaman gereja. Namun dengan semakin banyaknya umat yang mengikuti ibadah, perarakan dimulai dari SD Pangudi Luhur St. Timotius menuju Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan yang berjarak sekitar 200 meter.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif