SOLOPOS.COM - Pertunjukan tari dalam rangka 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang di Pendapa Prangwedanan Pura Mangkunegaran, Selasa (29/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO–Ratusan anak muda menyaksikan pagelaran tari klasik hasil kolaborasi Pura Mangkunegaran dengan Dewandaru Dance Company, Sanggar Ajisai, dan Kaori Okado di Pendapa Prangwedanan Mangkunegaran, Selasa (29/8/2023) malam. 

Kolaborasi ini sekaligus menjadi perayaan hubungan bilateral Indonesia dan Jepang yang sudah berlangsung selama 65 tahun. K.G.P.A.A. Mangkunegara X menyebut kebudayaan, khususnya seni tari, juga bisa menjadi media berdiplomasi. 

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Kita melihat kebudayaan ternyata bisa menjadi salah satu media untuk berkomunikasi dan berdiplomasi,” kata dia dalam sambutan, Selasa (29/8/2023).

Selain didominasi anak-anak muda, gelaran malam itu turut disaksikan oleh beberapa delegasi dari Jepang, abdi dalem Mangkunegara, dan tamu undangan lain. Mereka disambut tari Golek Montro.

Empat penari yakni Citra Wahyu, Nurazizah, Sri Hastuti, dan Yustini yang mengenakan rompi merah itu menari dengan amat pelan. Iringan gending Montro dan ladrang Asmaradana semakin membuat khidmat. Ini sekaligus memberikan pesan selamat datang kepada para hadirin.

Memang Golek Montro merupakan tarian untuk menyambut tamu penting. Maka tidak heran, tarian ini ditampilkan di awal. Ini sekaligus mengadakan tarian ini ‘sakral’ lantaran terdapat rangkaian doa dan mantra.  Tentu agar acara pada malam itu, direstui Tuhan dan berjalan lancar. 

Buah karya K.G.P.A.A. Mangkunegara VIl (1855-1944) itu menceritakan menceritakan putri-putri keraton yang sedang berhias atau mempercantik diri untuk menyambut kedatangan para tamu agung kerajaan.

Lalu setelah itu dipentaskan Tari Bedhaya Bedhah Madiun yang turut dimainkan tiga penari dari Jepang yakni  Miray Kawashima, Kaori Okado, dan Suguri Hariu. Lalu empat penari dari Projo Mangkunegaran.

Para penari yang mengenakan rompi ungu dan selendang batik berwarna hijau itu sangat luwes mementaskan tari  klasik yang dianggap sebagai pusaka.  Tari yang dibawakan oleh tujuh penari yang semuanya merupakan wanita ini menceritakan peperangan antara Mataram dengan Madiun.

Ini terlihat ketika beberapa penari mengeluarkan keris yang seakan merupakan simbol dari jalannya peperangan. Namun, tidak seperti tarian perang pada umumnya, justru para penari tampil dengan gerakan lembut dan teramat lambat. 

Setelahnya pentas berlanjut dengan menampilkan Tari Gatotkaca Dadungawuk yang diciptakan pada masa K.G.P.A.A. Mangkunegara V. 

Tari ini merupakan pethilan Lakon Parta Krama yang menceritakan perkawinan Arjuna dengan Subadra. Namun, sebagai persyaratan perkawinan harus diadakan ‘Kebo Pancal Panggung’ milik para dewa yang dijaga seorang Penggembala bernama Dadungawuk.

Lalu Gatotkaca untuk mengambil syarat tersebut setelah bertemu Dadungawuk.  Gatotkaca boleh membawa Kebo Pancal Panggung dengan syarat bisa mengalahkanya. Perang tanding keduanya tidak terhindar. Akhir cerita Gatotkaca menang.

Berbeda dari sebelumnya, tari ini dimainkan oleh dua laki-laki yakni Samsuri dan Aminudin. Gatotkaca waktu itu digambarkan gagah dan sakti. Lalu satu lagi, Dadungawuk digambarkan berwajah seram dengan taring panjang, mata melotot, dan rambut panjang.

Penonton diperlihatkan adegan “perang” dengan saling baku hantam. Iringan musik gamelan semakin kencang, penonton larut dalam ketegangan. Terlebih ketika keduanya mengeluarkan pusaka masing-masing.

Namun, segala ketegangan itu segara terurai ketika murid sanggar tari dari Jepang ikut menampilkan tari Golek Lambangsari. Pentas itu merupakan hasil latihan selama dua hari di Mangkunegaran.

Dipentaskan bersama para abdi dalem Mangkunegaran dan guru tari. Meski belajar dalam waktu singkat, mereka berhasil menari bersama selama kurang lebih empat puluh menit. Gerakannya juga luwes ketika mengikuti iringan gending lambangsari.

Pertunjukan tari itu emang menjadi spesial lantaran kehadiran para penari dari Jepang yang turut tampil malam itu. Beberapa di antara orang Jepang itu ada Suguri Hariu dari sanggar Ajisai, Miray Kawashima dari Dewandaru Dance Company, dan Kaoru Okado yang berasal dari Kota Nagoya.

Perwakilan Delegasi Jepang, Riyanto, menyebut orang-orang dari negeri samurai itu sudah belajar tari gaya Mangkunegaran lebih dari 20 tahun. Dia menyebut mereka merupakan generasi baru.

“Walaupun sudah 20 tahun, tapi mereka tetap konsisten untuk mengembangkan tari khususnya gaya Mangkunegaran di Jepang. Selain itu mereka juga belajar tari gaya Surakarta yang lain,” kata dia ditemui sebelum acara, Selasa (30/8/2023).

Konsistensi itu juga ditunjukkan melalui kegigihan mereka bolak balik dari Jepang ke Solo untuk belajar kebudayaan Jawa. Termasuk belajar tari dan karawitan. Riyanto menyebut biasanya mereka belajar selama satu pekan. “Habis itu pulang lagi ke Jepang,” kata dia.

Dia menyebut saat ini ada sekitar 30 murid yang tergabung dari tiga sanggar tari yang turut ikut belajar langsung di Mangkunegaran. Meski begitu tidak semua murid-murid itu langsung pulang ke negara asal. 

“Sebagiannya bakal ke Banyumas, karena mereka juga ingin belajar Tari Lengger. Mereka juga ingin menggelar pertunjukan Tari Lengger untuk warga Banyumas,” lanjut dia. 

Penari asal Kota Kumamoto, Jepang, Makiho Ikegami yang ikut menari Golek Lambangsari menyebut sudah empat tahun mempelajari tari gaya Mangkunegaran. 



Perempuan yang baru saja menamatkan sekolah Tokyo itu menyebut awal mula ketertarikannya lantaran penasaran. Rasa penasarannya terhadap gending dan tari Jawa itu mendorongnya untuk datang ke Kota Solo. 

Dia menyebut sudah dua kali datang ke Solo. “Saya sangat senang sekali, kepada semua orang yang ada di sini,” kata dia dalam bahasa Indonesia kapada Solopos.com selepas acara, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya