SOLOPOS.COM - Penyanyi asal Solo yang juga siswi SMAN 3 Solo, Mirai Naziel Dzakiyah Nugroho tampil dalam gelaran International Festival of Language and Culture (IFLC) ke-22 di RheinMain CongressCenter, Wiesbaden, Jerman, awal Juni 2024 lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Penyanyi berbakat asal Solo yang juga siswi SMAN 3 Solo, Mirai Naziel Dzakiyah Nugroho berhasil menjuarai International Festival of Language and Culture  (IFLC) ke-22 yang diselenggarakan di RheinMain CongressCenter, Wiesbaden, Jerman, awal Juni 2024 lalu.

Festival bahasa dan budaya yang telah diselenggarakan selama 21 tahun di berbagai negara itu dilaksanakan pada 8 Juni 2024 lalu. Pesertanya yakni anak-anak muda yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda, mereka menampilkan kesenian masing-masing.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Festival yang pernah diselenggarakan di Indonesia pada 2015  itu dirangkai dalam bentuk festival kreasi seni budaya. Kegiatan ini juga berupaya untuk mendorong agar saling belajar tentang budaya antarbangsa. 

Sehingga diharapkan bisa menjaga perdamaian dunia dengan merawat persahabatan dan sikap saling memahami lewat budaya. IFLC mengusung nilai-nilai keragaman.

Mirai yang mewakili Indonesia, membawakan lagu dari penyanyi Tanah Air, Anggun C. Sasmi berjudul Mimpi. Selain itu dia juga membawakan lagu Wonderland Indonesia yang dipopulerkan oleh Alffy Rev.

Lagu Mimpi dianggap mewakili budaya pop Indonesia. Terlebih Anggun tidak hanya dikenal di Tanah Air, penyanyi kelahiran 29 April itu juga dikenal di Eropa, terutama Prancis.

Sedangkan lagu Wonderland Indonesia cukup menggambarkan keberagaman budaya dan etnis Indonesia. Lagu tersebut bisa dibilang merupakan medley dari lagu-lagu daerah seperti Jawa, Bali, Minang, sampai Papua dengan aransemen yang lebih modern dan tidak menghilangkan unsur tradisi.

Bagi Mirai dua lagu itu cukup menggambarkan bahasa dan budaya Indonesia yang kaya. “Buat memperkenalkan ke orang-orang di sana bahwa Indonesia mempunyai banyak budaya,” kata perempuan Gen Z yang merupakan jebolan Indonesian Idol Junior 2018  itu, kepada Solopos.com, belum lama ini.

Mirai berada di Jerman kurang lebih selama dua pekan. Dirinya menjalani karantina terlebih dahulu sebelum tampil di panggung IFLC. Dia juga berkenalan dengan perwakilan dari 23 negara lainnya. Tidak hanya perkenalan secara personal, Mirai juga bersentuhan dengan beragam budaya dari negara lain.

“Di sana itu juga belajar bahasa lain, [ketika karantina] kami juga menyanyikan lagu dari Afrika Selatan, Mozambique, sampai Turki. Jadi kami diajari nyanyi lagu-lagu mereka,” kata dia.

Selama dua pekan di Jerman, bukan hal mudah bagi Mirai. Terutama ketika dirinya harus menyesuaikan jenis makanan. Sebagai orang Asia yang biasa memakan nasi, dirinya harus menyesuaikan agar terbiasa memakan roti.

“Tapi karena di Indonesia saya suka makan roti, jadi tidak masalah, tidak terlalu kaget, meski roti di sana sedikit berbeda,” kata dia.

Iklim tropis membuatnya lebih terbiasa dengan suhu panas. Sedangkan di Jerman, waktu itu suhunya 10°C-16 °C. Sehingga selain makanan, dirinya pun harus menyesuaikan tubuhnya agar terbiasa dengan hawa dingin.

Untungnya, dirinya tidak mendapatkan perlakuan rasis selama di Eropa, terutama Jerman. Dia sempat khawatir lantaran terdapat stereotipe orang-orang Eropa yang rasis terhadap orang Asia dan Muslim.

“Tapi untungnya, Jerman kan tidak terlalu rasis dengan orang-orang yang berjilbab, saya kan berjilbab,” kata dia.

Mirai tidak pernah menyangka dirinya bakal bernyanyi di panggung Eropa  dan disaksikan oleh orang-orang Jerman dan sekitarnya. Apalagi dirinya mewakili Indonesia dan berhasil mendapatkan Juara III di ajang IFLC Jerman tersebut.

“Tidak nyangka banget bisa mewakili Indonesia. Mewakili negara itu bebannya sangat berat gitu ya, kalau nggak juara bagaimana, beban juga kan, but it’s special thing for me untuk bisa membawa budaya Indonesia di Jerman itu,” kata dia.

Mirai mendapatkan tanggapan yang hangat dari orang-orang Jerman waktu itu. Ketika tampil di panggung IFLC dirinya mengenakan baju adat Kalimantan. Setelah selesai banyak yang kagum dengan penampilannya, tidak hanya karena suaranya yang apik, namun juga baju yang Mirai kenakan.

“Setelah selesai konser, itu banyak orang Jerman dan Turki yang meminta foto sama kami. Karena mungkin menurut mereka wow gitu Indonesia. Mayoritas fotonya sama kami. Jadi sangat bangga, ternyata Indonesia di mata mereka seperti itu,” kata dia.

Mirai pun lega. Dengan begitu dirinya berhasil menuntaskan misi yang dia emban, yakni memperkenalkan budaya dan bahasa Indonesia di dunia internasional. Bagi Mirai itu merupakan pencapaian yang patut dirayakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya