SOLOPOS.COM - Peziarah berdoa di depan batu hitam yang dipercaya merupakan peninggalan Sunan Giri di Astana Gunung Giri, Alas Kethu, Kelurahan Giriwono, Wonogiri, Selasa (13/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebongkah batu hitam di Astana Gunung Giri, Alas Kethu, Kelurahan Giriwono, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, menyimpan misteri dan konon dipercaya menjadi persinggahan Sunan Giri pada masa lampau.

Batu hitam itu kini kerap diziarahi orang dari berbagai daerah. Juru Kunci Petilasan Sunan Giri di Astana Gunung Giri, Badrun, mengatakan batu hitam itu sudah ada sejak zaman purba di Astana Gunung Giri.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Batu itu kini diletakkan di satu bangunan rumah dengan ukuran 4 rumah x 4 meter di tengah Alas Kethu. Panjang batu sekitar dua meter dengan ketinggian satu meter dan lebar satu meter. 

“Batunya seperti gabungan dari beberapa batu-batuan kecil. Menurut cerita turun-temurun, batu itu dulu jadi tempat persinggahan Sunan Giri. Jadi tempat bersemedi,” kata Badrun menceritakan soal batu hitam di Alas Kethu, Wonogiri, kepada Solopos.com, Jumat (30/6/2023).

Badrun mengisahkan pada suatu kala salah satu anggota Wali Songo, Sunan Giri, datang ke Wonogiri untuk mencari kayu jati guna membangun Masjid Demak. Kemudian ia berkelana di belantara hutan Wonogiri sampai akhirnya menemukan kayu jati di Hutan Donoloyo, Slogohimo. 

Tidak pikir panjang, Sunan Giri langsung menebang kayu jati tersebut. Dengan keterbatasan tenaga dan medan Wonogiri yang sulit, Sunan Giri lalu menghanyutkan kayu jati itu di Sungai Keduwang yang bermuara di Sungai Bengawan Solo. 

Tempat Bersemedi Sunan Giri

Dalam perjalanan pulang, Sunan Giri beristirahat sembari beribadah sebuah tempat dekat aliran Sungai Bengawan Solo. Sunan Giri saat ini dipercaya melakukan salat sekaligus bersemedi di batu hitam yang kini dipercaya terletak di Astana Gunung Giri Alas Kethu, Wonogiri, tersebut. 

“Batu itu kemudian dikeramatkan. Sejak dulu banyak orang datang ke Astana Giri untuk menziarahi batu yang dipercaya jadi petilasan Sunan Giri itu,” ujar Badrun.

Menurut dia, orang banyak berziarah ke petilasan Gunung Giri saat malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Dua malam itu dianggap keramat. Tetapi tidak jarang pula orang datang ke petilasan itu di luar dua waktu tersebut.

Mereka yang datang ke sana tidak hanya dari Wonogiri, bahkan orang dari Sumatra dan Kalimantan pun datang ke petilasan itu. “Orang datang ke sini, hajatnya macam-macam. Tetapi kebanyakan mereka yang datang ke sini itu ada masalah. Mereka ke sini ada yang biar usahanya lancar atau ada masalah keluarga,” jelas dia.

Badrun menyebut para peziarah yang datang ke petilasan itu sama sekali tidak menyembah batu. Batu petilasan itu hanya sebagai perantara agar doa-doa terkabul. Dia menyampaikan saat ini peziarah yang datang ke tempat itu tidak sebanyak dulu. 

“Dulu kalau malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon itu ramainya banget, bisa puluhan bahkan ratusan orang ke sini. Sekarang orang yang ke sini sudah tidak sebanyak dulu, sudah sangat berkurang, ” kata Badrun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya